3

5.6K 447 0
                                    

Entahlah sejak pagi tadi sekolah ini nampak tidak seramai biasanya. Tidak ada teriakan untuk menyambut gadis populer itu.

"Lo diem makin serem Gi" kata Vanka

"Hmmm"

"Lo sakit gi?" tanya Vanka lagi

"Engga Vanka"

"Trus kenapa lo jadi pendiem banget? Ngalahin es dikutub tau" kata Vanka meledek

"Trus lo mau ngapain?" Tanyaku dengan nada kesal

"Ayo ikut gue" Vanka sudah menarikku mengikutinya

Kami berdua sudah berada dikantin sekolah karena Vanka adalah gadis pecinta makan jadi kalau ada waktu kosong, makan akan menjadi sasaran utamanya. Hari ini guru-guru sedang rapat jadi kami murid dikelas hanya diberi tugas saja.

Saat dikantin aku mendengar beberapa murid membicarakan Renata dan Jordan yang katanya janjian tidak masuk sekolah hari ini. Entah kenapa ada rasa tidak enak dihati mendengar kedekatan mereka berdua. Vanka yang mengetahui gelagatku juga membuka suaraa.

"Lo suka sama Renata? Atau Jordan?" tanya Vanka to the point

"Ngomong apaan sih, gue sekolah buat belajar bukan pacaran" jawabku

"Ya ampun Lugi, wajar juga kan seenggaknya lo punya penyemangat buat berangkat sekolah"

"Ahh ga perlu kayak gitu juga kali, emang lo ngincer itu tuh" jawabku dan menunjuk kesegerombolan anak laki-laki

"Hahhh kok lo bisa tau sih?" tanya Vanka dengan kaget

"Kita udah kenal dari kecil Vanka, dan tanpa lo sadari setiap liat dia lo pasti senyum ga jelas" jawabku dan meneguk segelas ea jeruk

Vanka hanya manggut-manggut malu dan tersipu malu saat lelaki yang disukainya melihat kearahnya. Sesaat kemudian laki-laki itu sudah berdiri tepat disebelah meja kami berdua.

"Hai kalian berdua, gue ganggu sebentar boleh?" tanya laki-laki itu

"Umm i iya kenapa?" Jawab Vanka gugup

"Hari sabtu besok gue ngadain party dirumah, dan gue ngundang kalian berdua" katanya

"Aduhh sorry sebelumnya, party apa ya?" Tanya Vanka yang penasaran

"Ulang tahun gue, tenang aja party dirumah kok dan tanpa alkohol pastinya, kita cuma makan-makan biasa. Gimana kalian dateng kan?" dia bertanya dengan nada yang memang mengharap

"Uumm oke kita dateng kok" jawab Vanka yang sempat melihat kearahku

"Oke gue tunggu kedatangan kalian besok, ehh Vanka boleh minta nomor HP gue kirim alamat rumah dan bisa share lokasinya"

Mereka berdua saling bertukar nomor dan terlihat jelas kalau Vanka sangat suka dan wajahnya merah entah karena apa.

Vanka memang gadis yang ceplas-ceplos, sangat santai dan terkadang terlihat urakan. Tapi satu hal yang aku tau adalah dia sangat menjaga diri tentang perasaan dan juga pergaulan. Vanka tak jauh berbeda denganku kalau soal membatasi pergaulan.

"Lo harus temenin gue Gi, ntar gue yang ngomong sama mami"

"Iya Vanka"

"Ya udah ntar sore gue jemput, temenin gue cari baju"

..........

Sorenya aku dan Vanka sudah berada disalah satu mall. Aku sebenarnya tidak terlalu suka berada ditempat keramaian seperti ini, paling hanya betah tidak lebih dari dua jam. Tapi kali ini aku tidak tega melihat sahabatku yang sangat gembira jadi dengan sabar aku menemaninya keluar masuk toko baju.

"Ada dress code ga? Lo udah tanya?" kataku

"Ahh iya kenapa gue ga tanya yah, tunggu gue tanyain Dion dulu" Vanka terlihat mengetik dan senyumnya mengembang saat  langsung mendapat balasan

"Ga pake dress code Gi, soalnya emang cuma buat acara biasa aja"

"Nah gitu kan enak jadi terserah deh sekarang lo bisa enak milih bajunya"

"Thanks banget ya Gi, lo emang sahabat gue yang terbaik" reflek Vanka memelukku

"Hei kalian disini" rasanya tidak asing dengan suaranya aku dan Vanka menoleh kesumber suara

"Ehh kak Rena" kata Vanka terkejut

"Lagi pada ngapain nih kok seneng banget" kata Rena melihat kearah kami berdua

"Lagi cari baju kak, kakak sama siapa nih? Ngedate sama kak Jordan ya" Vanka jiwa keponya sudah mendarah daging memenuhi pembuluh darahnya

"Itu sama dia" Rena menunjuk keseseorang dibelakang kami yang sedang berjalan mendekat

"Sorry toiletnya ngantri banget, ehh ada duo bocah" kata Kristal dengan santainya

"Ya udah kita duluan kak Rena, bye" kata Vanka dan menarik tanganku

"Gue ga disapa nih" Kristal merasa tidak dianggap

"Ehh kita mau makan nih, kalian berdua gabung aja yuk" Rena menahan kami berdua

"Lo mau Gi? Terserah sih" kata Vanka yang berbisik padaku

Aku mengangguk dan Vanka juga mengangguk, jadilah sekarang kami berempat sedang duduk didalah satu restoran dalam mall ini. Setelah memesan beberapa menu, kami mengobrol.

"Kalian itu sahabatan ya? Kemana-mana nempel" tanya Kristal

"Kepo deh" jawab Vanka membuat mata Kristal membulat

"Pada nyari apa nih?" Sekarang Rena yang kepo

"Baju buat acara ultahnya Dion kak" kali ini Vanka menjawab dengan benar

"Rena yang nanya aja lo jawabnya bener, lo masih dendam sama gue?" Kristal menyela

"Engga kok kan kita udah sepakat buat damai demi ketentraman sekolah" jawab Vanka

Setelah selesai makan kami berempat memutuskan untuk kembali berkeliling mall bersama-sama karena entah karena kebetulan Rena dan Kristal juga diundang dan mereka kesini juga untuk membeli baju. Sebenarnya aku tidak berminat belama-lama lagi berada disini tapi lagi-lagi Vanka merengek. Aku hanya mengekori ketiga perempuan ini yang entah sejak kapan, sudah terlihat sangat akrab.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, kami memutuskan untuk pulang.

"Lahh kalian parkir disini juga" kata Kristal karena kami menuju lantai yang sama

"Iya itu mobil gue" Vanka menekan remot

Dan entah siapa yang jodoh dengan siapa mobil kami juga bersebelahan.

"Waduh jangan-jangan ada yang jodoh nih" kata Vanka lagi dan aku hanya diam

"Kebetulan yang menyenangkan juga ketemu kalian"kata Kristal

"Kita duluan ya" kataku yang masuk kedalam mobil

"Ehh Gi, bentar" Rena menahanku

"Ya kenapa Ren" aku kembali berdiri keluar

"Minta nomor HP lo boleh? Sekalian sama lo juga Van"

Aku dan Vanka tanpa bertanya lagi memberikan nomor HP kami berdua. Dan sesudah itu kami pulang kerumah masing-masing. Sampai dirumah aku langsung menuju kamar dan membersihkan badan. Saat sedang asik bermain game ponselku berdering dan aku abaikan karena nomor tidak dikenal. Tidak lama masuk notofikasi pesan whatsapp. Ternyata itu adalah nomor milik Rena.

Kami bertukar pesan selama beberapa lama, ternyata Rena bisa bercanda juga dan tidak sekaku kalau kami bertemu langsung. Bahkan sikapnya sangat berbeda saat disekolah yang terlihat cuek dan menanggapi asal para fansnya.

Aku merasa senang dan tidak tau apa alasannya yang jelas aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

.

.

.

My BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang