Semenjak pertemuan tak terduga sebulan yang lalu antara Lugi dan Rena keduanya tetap biasa menjalankan kegiatannya. Lugi mendadak pergi keluar negeri dengan alasan perusahaan padahal itu hanya pelariannya.
Sedangkan Vanka dia sudah kehabisan akal untuk membujuk Lugi kembali pulang. Vanka tau betul bagaimana perasaan sahabatnya dan tau betul bagaimana selama ini dia hidup dengan rasa sakit yang dipikulnya sendirian.
Vanka dan Dion sedang makan siang bersama disebuah mall. Saat itu mata Vanka tidak sengaja menangkap sosok wanita yang menjadi penyebab terlukanya sabahat baiknya. Vanka dengan langkah pasti mendekati wanita itu.
"Ren, bisa ngobrol sebentar" pinta Vanka dan Rena kaget melihat Vanka
"Sorry Van kalo lo mau ngebahas masalah itu gue ga bisa, gue dan sahabat lo udah berakhir" jawab Rena
"Kasih gue waktu 15menit, setelah lo denger nanti semua terserah lo" dengan tekanan Vanka meminta lagi
"Oke mau ngobrol dimana?" Rena yang menyetujui
Kini mereka berdua sudah duduk disalah satu meja tempat Vanka dan Dion makan, tetapi Vanka memilih meja yang lain karena Rena pasti tidak mau jika didengar orang lain.
"Langsung aja lo mau ngomong apa?" Kata Rena bernaga tegas
"Cih ga sabaran banget, ya udah lebih cepet lebih baik bukan" kata Vanka memutar bola matanya dan menghembuskan nafasnya kasar lalu menariknya lagi
"Gue ga minta lo balikan atau hal lainnya, gue rasa ada beberapa hal yang lo ga tau selama lima tahun ini"
"Lo salah, gue udah tau semuanya Van" sela Rena
"Dengerin gue dulu, lo tau alasan dia mati-matian ngejar kuliahnya biar cepet selesai? Lo tau alasan dia selama ini menghilang? Lo tau alasan dia akhirnya balik lagi kesini? Dan apa lo tau alasan sebenarnya dia mutusin lo waktu itu?" Pertanyaan Vanka berhasil membungkam Rena seketika
"Alasannya dia ga cinta gue, dia udah sama orang lain" jawab Rena menatap mata Vanka
"Dan lo percaya gitu aja? Kalau lo tau alasan dibalik semua yang dia lakuin, lo akan sadar cuma lo yang ada dipikiran dia"
"Dia yang mutusin gue dan dia yang ninggalin gue, bukan gue Van ya jelas itu salah dia" ada urat amarah yang nampak diwajah Rena
"Selama lima tahun ini dia menjaga perasaan orang lain dibanding harus menjaga perasaannya sendiri. Dia mengalah karena karena ga mau orang lain tersakiti dan dia rela mengorbankan dirinya sendiri untuk menikmati semua rasa sakit itu sendiri" ujar Vanka mengambil jeda
"Katanya lo cinta dia, tapi kenapa lo ga bisa sedikit lebih peka sama apa yang dia lakuin dan apa yang dia rasa, gue disini ga mau ngemis-ngemis untuk lo nnerima dia lagi tujuan gue cuma mau meluruskan kejadian yang sebenarnya. Lo boleh marah Ren, lo boleh ngelakuin apa aja yang menurut lo benar. Tapi tolong lo coba buka mata hati lo lagi"
"Gue ga ngerti maksud lo siapa untuk siapa Van?" Kata Rena
"Berarti lo ga tau kan?" Vanka menatap Rena yang menunduk
"Sorry sebelumnya, lo deket sama bokap lo kan? Lo pernah bahas masalah ini atau sekedar bertanya apa tanggapan bokap lo tentang hubungan lo?" Dan Rena menggeleng pelan
"Kenapa? Bokap lo pasti jadi pahlawan buat lo kan?"
"Maksud lo ini semua salah bokap gue?"
"Sahabat gue yang bodoh itu menyetujui permintaan bokap lo, bokap lo minta jangan ganggu kuliah lo dan biarin lo hidup normal. Dia ga mau orang tua lo kecewa sama anak gadisnya, dan karena omongan bokap lo dia sadar kalau hidup sama dia memang ga bisa bikin lo hidup normal. Dia berpikiran jauh kedepan Ren, gimana lo dimata orang lain, gimana lo bahagia memiliki keluarga dan keturunan, gimana biar hidup lo sempurna seperti anak perempuan lain. Itu ada dipikiran dia yang saat itu masih anak SMA dan semua ditanggung sendirian, lo bisa bayangin gimana frustasinya dia saat itu? Lo bisa bayangin gimana dia jalani hari berikutnya?" Kata Vanka dengan suara bergetar menahan air matanya
Rena kaget mengetahui semua kenyataan ini yang ternyata adalah perbuatan papanya.
"Gue rasa lo memang harus tau semua alasan yang sebenarnya, gue udah ga tahan liat Lugi ngerasain sakit. Ga cukup disitu, dua tahun lalu maminya meninggal karena sakit, itu pukulan terberat yang diterima dia. Tapi dia ga pernah sekalipun nyalahin takdir yang begitu kejam. Dia hidup sendirian sekarang Ren, oh iya waktu lo ketemu dia terakhir kali itu juga terakhir kalinya gue ketemu dia" perkataan Vanka sudah membuat Rena tidak bisa lagi membendung air matanya
"Gue ga tau lagi apa alasan dia sekarang dan karena udah ketemu lo disini, kayaknya lo lebih tau alasannya dia" kata Vanka menatap Rena
"Dia dimana?" Tanya Rena
"Kenapa lo mau tau? Lo kaget setelah tau semua kebenaran yang selama ini dia tutupin? Atau lo baru sadar kalau ga ada yang bisa mencintai lo sebesar cintanya ke lo? Sorry gue ga bisa kasih tau karena harusnya lo tau dimana dia. Thanks buat waktunya, gue permisi" kata Vanka yang berdiri dan meninggalkan Rena sendirian
Rena merenungi setiap kata yang diucapkan Vanka, hatinya terasa teramat sakit mendengar itu semua. Seketika dunia terasa berhenti untuk memutar kembali semua kejadian dan kenangan dimasa lalu.
.
.
.
Dilangkahkan kakinya dengan terburu-buru masuk kedalam rumahnya dan mencari keberadaan sang papa.
"Kenapa papa tega ngelakuin itu semua?"
"Loh kamu kenapa kok bicara begitu sama papamu Ren?" Mama yang heran dan memang tidak tau
"Gapapa ma, papa memang melakukan kesalahan pada anak gadis papa" kata papa
"Kenapa pa? Apa salah Lugi pa? Apa salahnya kalo kami saling mencintai?" Kata Rena yang sudah berlinang air mata
"Pa jelasin maksudnya Rena tadi itu apa? Bukannya papa bilang kasih mereka waktu?" Mama yang semakin bingung
"Apa papa tau, Rena juga sama terlukanya pa dan merasa jadi orang bodoh yang termakan omongan papa. Papa kenapa tega pa?" Rena sudah hilang kendali dan memukuli dadanya
"Rena jangan seperti ini nak, papa minta maaf kalau tindakan papa ternyata menyakiti anak papa sendiri" papa mrengkuh Rena kedalam pelukannya
"Rena sangat mencintai Lugi pa, lima tahun Rena tersiksa pa" kata Rena dalam dekapan papa
"Papa akui memang semua permintaan papa karena papa ingin yang terbaik untuk kamu, kamu anak perempuan papa satu-satunya. Papa khawatir gimana masa depan kamu dan bagaimana kamu sanggup menghadapi omongan orang diluar sana" kata papanya
"Rena sudah bisa tau apa yang pantas dan tidak pantas, yang baik dan yang buruk sekarang pa. Dan untuk alasan papa bilang Rena bisa hidup normal jujur Rena sakit hati pa, apa jatuh cinta suatu kesalahan? Kesalahan kami cuma satu pa, sama-sama dilahirkan sebagai seorang perempuan" kata Rena dengan berderai air mata
"Rena percayalah semua yang papa dan mama lakukan semua ini untuk kebaikan kamu, papa mau melindungi kamu" kata papanya lagi
"Tapi Rena ga bisa bahagia diatas penderitaan orang yang mencintai Rena dengan tulus pa, apa papa bisa jamin kalau Rena jatuh cinta dengan sorang pria hidup Rena pasti sempurna?" Omongan Rena membuat papanya tertohok dan terdiam
Rena berbicara dari hati kehati dengan kedua orang tuanya dan meminta ijin untuk pergi menyusul Lugi. Mamanya tau betul bagaimana perasaan anak gadisnya dan memberi kesempatan pada Rena untuk mengejar cintanya.
.
.
.
.