Bandara tampak sangat ramai hari ini, seminggu setelah kejadian itu akhirnya Vanka memberi tau dimana keberadaan Lugi dan Rena langsung mengurus tiket dan keperluan lainnya untuk segera berangkat.
Rena tampak terburu-buru sekali dan menbrak beberapa orang.
Bruuukkkk
Rena menabrak tubuh seseorang dengan sangat keras kali ini dan sepertinya orang itu juga sedang terburu buru juga.
"Maaf maaf ..." kata orang itu
Rena tidak asing dengan suara ini, dilihatnya wajah orang itu. Dan begitu juga orang itu diam melihat kearah Rena.
"Maaf" kata orang itu dan melangkah pergi
"Tunggu!!" Rena menahan langkah orang itu
"Kita perlu bicara" kata Rena lagi
Mereka berdua sudah mengambil posisi duduk berhadapan disalah satu meja pojok cafe yang berada dibandara. Keduanya hanya diam saling menatap.
"Kamu apa kabar?" Pertanyaan dari bibir Rena
"Em aku baik seperti yang kamu lihat" jawab orang itu
"Mencoba menghibur diri sendiri atau orang lain?" Kata Rena
"Maksud kamu?"
"Kamu dari mana atau mau kemana?"
"Itu ga penting buat kamu"
"Mulai sekarang apapun yang menyangkut dirimu itu penting" kata Rena
"Aku ga ngerti maksud kamu" kata orang itu dengan ekspresi bingung
"Mukamu lucu kalau seperti itu" kata Rena tersenyum kecil
"Aku..."
"Aku udah tau semuanya Lugi" kata Rena memotong ucapan orang dihadapannya
"Kamu kenapa? Aku udah ikutin apa mau kamu, kamu minta aku menjauh dari hidup kamu waktu kita terakhir ketemu tolong jangan buat usahaku menjadi sia-sia" kata Lugi
"Itu karena aku ga tau kebenarannya, sekarang keadaannya sudah berbeda. Jawab pertanyaanku" raut tegas diwajah Rena
"Aku baru datang dari Kanada"
"Ya sudah kita cari tempat lain yang lebih nyaman, kita pakai taxi ga masalah kan"
"Bukannya kamu mau pergi?"
"Orang yang aku cari sudah dihadapanku" kata Rena dan berjalan terlebih dulu
Lugi merasa tidak nyaman dengan rasa canggung ini dan pikirannya masih menerawang kenapa Rena berubah tidak lagi memakinya seperti pertemuan mereka saat dipesta pernikahan Vanka.
Lugi hanya mampu menahan semua gejolak yang dirasakannya, tak tau kemana arah tujuan mobil yang membawa mereka berdua, sedikit melirik jam dipergelangan tangan kirinya.
"Kalo capek tidur aja sini dibahu aku, perjalanan masih lumayan jauh" kata Rena
"Emang ini mau kemana?"
"Kepuncak, banyak yang harus diselesaikan diantara kita" perkataan Rena membuat Lugi heran dan lemas
Keras kepalanya masih mendarah daging dan beberapa kali kepalanya terantuk membentur kaca jendela samping. Melihat itu Rena tersenyum dan memindahkan kepalanya untuk bersandar dibahunya. Karena sudah teramat mengantuk Lugi menurut dan kembali tertidur. Lengkuhan nafasnya mulai teratur, Rena menggenggam menautkan jarinya agak menempel.
Rasa penyesalan kembali menghampirinya, bagaimana bisa selama lima tahun dia menutup diri dan tidak mencari tau tentang apa yang sebenarnya terjadi.
