Lugi dan Rena terdiam seribu bahasa, kecewa itu pasti dan hasil yang tidak sesuai harapan sudah menjadi resiko dan mereka berdua sudah siap menerima penolakan orang tua Rena terutama sang papa.
Rena mengulurkan tangan untuk mengelus punggung tangan Lugi, mencoba menguatkan dan memberitahu Lugi bahwa dia tidak sendiri. Rena akan selalu ada untuk bersamanya dalam keadaan terberat sekalipun.
Lugi sudah bertekat tidak akan memaksa dan tidak akan pula mengemis restu orang tua Rena. Karena baginya reatu yang tuluslah yang akan membawa hubungan mereka kejalan yang baik dan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan setelahnya.
Seandainya Lugi dilahirkan sebagai pria pastinya tidak sesulit ini untuk mengantongi restu kedua orang tua Rena. Tapi memang sudah takdir yang diberikan oleh sang pencipta, beginilah hidup lengkap dengan berbagai cobaan hidup.
Jangankan diukur, diperkirakan saja tidak akan bisa ya itulah hati manusia. Orang tua Rena tidak tau bagaimana perasaan yang dimiliki Lugi dan Rena. Keduanya telah berusaha memperjuangkan untuk masa depan hubungan mereka.
.
.
Sekarang hanya tinggal Lugi dan Rena yang masih duduk terdiam diruang tamu rumahnya.
"Sabar ya, kita berjuang sama-sama" kata Rena pelan
"Jangan membenci papamu ya, jangan juga menyerah karena aku yakin suatu saat nanti papamu akan memberikan restunya" balas Lugi diiringi senyum untuk menguatkan kekasihnya
"Jangan tinggalkan aku lagi, cukup lima tahun aku tersiksa" air mata Rena sudah tumpah ruah tak lagi bisa dibendung
Lugi membawa kekasihnya kedalam pelukannya, didekapnya erat wanita yang sanga dicintainya. Air matanya pun menetes mengiringi belaian lembut dipunggung Rena.
"Aku pulang dulu ya sudah terlalu malam, kamu istirahat juga" kata Lugi melepas pelukannya
"Aku mencintaimu" kata Rena disela tangisnya
"Aku juga sangat mencintaimu, sudah jangan memangis lagi" kata Lugi menghapus air mata Rena dengan ibu jarinya
.
.
.
.
.
.
Lugi kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya dikantor. Vanka yang melihat sahabatnya kembali tidak bersemangat, tau akan kejadian saat malam seminggu yang lalu. Lugi sudah menceritakan semuanya dan kembali menipu dirinya dengan berpura-pura sibuk.
"Lo ikut acara buat karyawan? Weekend ini dipuncak" kata Vanka mencoba mengajak Lugi bicara
"Iya gue pasti ikut kok, lo kalau mau ngajak Dion juga gapapa" jawab Lugi
"Lo ajak Rena juga kalau gitu, gimana?"
"Umm iya boleh deh nanti gue kerumahnya"
"Gi...... gue tau ini berat tapi lo jangan nyerah ya, inget lo masih punya gue, Dion, kak Arin dan kak Tian lo bisa cerita apapun kekita"
"Kok kedengerannya gue menyedihkan banget ya Van"
"Gue takut lo ngilang lagi Lugi"
"Kali ini gue ga akan kemana-mana Van, gue mau mendapatkan restu papanya Rena dengan gentle"
"Ya udah gue seneng dengernya, tapi lo juga jaga kesehatan itu muka lo udah mulai menampakkan gelaja tidak beresan lo mengurus diri sendiri"
"Siap nyonya pengacara, ehh lo belum ngisi ya?"