"Rena anak mama, kamu juga harus istirahat nak sudah berapa hari kamu kurang tidur" kata mamanya
"Gimana aku bisa istirahat ma, kepalaku terus tertuju padanya" jawab Rena
Pintu kamar ruang rawat Lugi terbuka dan disana sudah berdiri Vanka dan juga Dion. Rena yang melihat kedatangan Vanka langsung berhambur memeluk sahabat setia kekasihnya itu.
"Gimana keadaannya sekarang?" Tanya Vanka
"Udah lewat masa kritis sekarang nunggu dia sadar dulu"
"Rena sorry kita baru bisa datang, kerjaan gue ga bisa ditinggal" kata Dion
"Ehh iya halo tante" Vanka menyapa mamanya Rena
"Hai Vanka, Dion ahh iya tante mau keluar kalian mau titip sesuatu mungkin?" Kata mamanya Rena
"Biar saya temani tante" kata Dion dan mereka segera keluar dari ruangan rawat
"Apa kata dokter Ren?"
"Luka yang parah dikakinya Van, bekas luka patahnya dan sekarang tepat diluka yang sama, terpaksa harus pasang pen"
"Eee kepalanya?" Vanka melihat ada perban dikepala Lugi
"Diatas pelipis ada tiga jahitan"
"Astaga Lugi, gue ga ngerti cobaan hidup apa lagi sekarang" kata Vanka yang miris melihatnya
Vanka mendekat ketempat tidur Lugi dan mengecup lembut kening sahabatnya itu, berharap agar Lugi cepat sadar dan kembali seperti semula.
"Van, apa lugi pernah operasi?" tanya Rena teringat sesuatu
"Seingat gue cuma dibagian kakinya itu aja Ren, emang kenapa?" Tanya Vanka penasaran
"Waktu gue bersihin badannya gue lihat ada bekas jahitan dibagian perutnya, ini lo lihat bekas jahitan operasi kan" Rena membuka sedikit baju
"Gue ga tau kalo soal bekas luka ini, coba gue tanya kak Tian ya dia pasti tau"
"Udah gapapa nanti aja Van"
"Lo sama siapa aja disini? Trus tinggal dimana?" Tanya Vanka
"Gue sama mama aja, bang Revan udah balik Jakarta kita tidur disini aja, gantian jagain Lugi"
"Lo pasti ga dikasih tau ya ini anak punya hotel dan villa segede gambreng diBali sini, mama lo istirahat divilla aja ya kasian Ren tidur dirumah sakit pasti ga nyaman"
"Iya gue belum tau Van, eem kayaknya ga usah deh soalnya mama juga mau balik kerumah, ga ada yang ngurusin papa"
"Kata dokter kira-kira kapan dia sadar? Ga ada masalah serius lain kan?" Tanya Vanka dengan nada serius
"Kita keruang dokternya aja gimana?"
Rena dan Vanka sekarang menemui dokter yang menangani Lugi. Mereka berdua meminta penjelasan lagi untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Vanka meminta agar Lugi dipindah kerumah sakit yang berada diJakarta supaya bisa lebih dekat dengan keluarganya dan bisa selalu ada yang menemaninya. Apalagi Vanka juga khawatir usaha Rena bisa saja terabaikan kalau sudah begini.
Setelah mengecek kondisi Lugi, dokter mengijinkan untuk Lugi terbang keJakarta tapi dengan beberapa persyaratan karena mengingkat kondisi kakinya yang lumayan parah dan selebihnya tidak ada yang harus dikhawatirkan.
Vanka segera mengurus semua administrasi dan persiapan keberangkatan. Menyiapkan ijin terbang untuk jet pribadi milik Lugi kalau bisa hari itu juga Lugi bisa dibawa keJakarta.
"Halo selamat sore, oh iya iya baik terima kasih banyak pak" Vanka menjawab telepon dari seseorang
"Bisa hari ini Ren tapi dapat ijin terbangnya malam, lo ga masalah kan?" Tanya Vanka
