Lugi sudah merasa lebih baik walaupun belum bisa berjalan tegak tanpa tongkatnya, tapi karena keras kepala dan tidak betah diam dirumah, seminggu ini dia memaksakan untuk berangkat kekantor. Sejak pengakuannya tiga bulan yang lalu, Rena benar-benar mengibarkan bendera perang pada papanya dan tentu saja semua berada dipihaknya termasuk kedua kakaknya.
Berulang kali juga papanya mengajak bicara tapi Rena selalu menolak dan lebih sering menghabiskan waktunya direstoran.
"Renata papa mau bicara" papanya yang tiba-tiba muncul diruangan kerjanya direstoran
"Apa lagi pa? Papa mau misahin Rena dan Lugi lagi?" Jawab Rena ketus tidak melihat papanya
"Iya papa memang salah tapi jangan diamkan papa begini, papa kan masih papa kamu"
"Pa, langsung aja mau bicara apa ga usah kebanyakan basa basi yang ujungnya nyuruh Lugi ninggalin aku"
"Ya sudah kalau kamu masih ga mau lihat papa, nanti malam ada jamuan makan malam disini papa minta kamu datang"
"Ya Rena usahakan pa"
Setelah kepergian papanya Rena memijit keningnya karena memikirkan apa lagi yang akan diperbuat papanya kali ini. Sebelumnya juga membuat Rena kesal karena Lugi mendadak memberi kabar harus terbang keBali bersama Revan karena proyek pembangunan restoran sudah selesai dan mulai mengatur interiornya jadi Lugi memaksa berangkat.
Akhirnya Rena memutuskan untuk menunggu direstoran saja karena mamanya juga menyuruhnya untuk ikut menemani. Rena tidak mau mengecewakan mamanya karena hanya mamanya yang selalu mengerti apapun kondisi Rena.
Sekitar jam tujuh malam Rena diminta untuk turun oleh salah seorang pegawainya karena kedua orangtuanya sudah menunggu dibawah.
Saat turun menemui kedua orang tuanya Rena melihat situasi restoran yang cukup ramai karena memang hal wajar dijam seperti ini orang datang untuk makan malam.
"Mama nunggu siapa?" Tanya Rena yang melihat kearah mamanya
"Ya nunggu yang punya acara, janjiannya disini tapi ini sedikit terlambat" jawab mamanya melirik pada jam tangan
"Emang siapa ma? Kenapa juga Rena harus nemenin"
"Temen papa kamu mau ngenalin anaknya juga" jawab mamanya dan sukses membuat Rena membelalakan matanya
"Papa mau jodohin Rena?? Gak pa, Rena ga mau" kata Rena berdiri dan mendorong kursinya kasar
"Tapi Ren, papa.."
Lampu restoran tiba-tiba saja padam dan menjadi gelap gulita seluruhnya. Rena yang terbawa emosi meneriaki pegawainya untuk segera menyalakan genset.
Seketika lampunya menyala dan restoran sudah menjadi terang kembali.
Rena dikagetkan dengan kemunculan Lugi yang sudah berdiri didekatnya. Tidak hanya Lugi tapi ada juga kak Tian dan kak Arin yang menggendong Egi. Dan menyusul sura panggilan yang membuat Rena menoleh kebelakang yaitu suara Vanka yang menggandeng Dion.
Rena kemudian berbalik dan menatap lekat pada papa dan mamanya meminta penjelasan.
"Aku kaget kamu marah tadi" kata Lugi melihat Rena
"Ka kamu bukannya pergi keBali sama kak Revan?" Tanya Rena bingung
"Bisa kalian duduk dulu? Ya minimal sajikan minuman untuk kami sebelum melihat drama marahmu lagi" celetuk Elvin yang juga berada disana sontak membuat Rena menyapu pandangannya yang ternyata semua keluarganya berada disini
Mereka semua tampak biasa-biasa saja dan berbicara ringan sambil menunggu makanan tersaji. Begitu juga saat menikmati hidangan mereka terlihat akrab.