"Duh kemana lagi si anak es kok belum ngabarin" gerutu Vanka
"Telpon lagi coba beb atau aku yang telpon Rena aja ya?" Kata Dion
"Eh iya kamu punya kontak Rena cepet-cepet telpon beb"
Setelah tau kabar dari Rena kalau Lugi kesiangan bangun, Vanka semakin kesal dan ngomel-ngomel tidak jelas membuat Dion tertawa.
"Lo udah beli tiketnya?" Vanka mendengar pertanyaan dari Lugi yang sudah berada dihadapannya dan sama sekali tidak merasa bersalah
"Lo beli lagi sana filmnya udah mulai dari 15menit yang lalu, lagian pake acara telat segala sih lo abis ngeronda semalem?" Cecar Vanka melihat bengis
"Lo tanya aja sama Dion apa rasanya pas pertama kalinya bisa kerumah lo dan ketemu ortu lo" kata Lugi dan berjalan meninggalkan Vanka untuk kembali membeli tiket
"Maksud anak es itu, semalem abis dari rumah lo Ren?" Tanya Vanka padaku
"Iya sebenernya dari sore cuma ga tau kok papa jadi langsung akrab, jadinya diajakin nonton bola sampe subuh" aku menceritakan pada Vanka yang memang terlihat kaget
"Hahh sejak kapan Lugi mau repot nonton bola, waaahh beneran serius ternyata itu anak" kata Vanka
"Gue temenin Lugi dulu ya, kalian udah lama nunggu kan, gimana kalau gue traktir makan aja sebagai ganti lo marah-marah tadi" kataku sambil tertawa mengingat bagaimana Dion saat menelponku tadi
Kami berempat memutuskan makan disalah satu restoran jepang. Dan seperti biasa Lugi pasti memilih menu yang berkaitan dengan kesukaannya.
"Ga kerasa ya udah mau kenaikan kelas lagi" kata Dion
"Iya berarti waktu kita bareng-bareng disekolah tinggal satu tahun lagi trus kamu kuliah jauh" jawab Vanka lesu
"Waahh lo udah rencanain kuliah dimana Yon?" Tanyaku penasaran
"Gue kuliah diKanada Ren ya karena permintaan bokap biar ada yang nerusin jadi pengacara" jawab Dion sambil melirik Vanka
"Lo kan bisa nyusul kesana ga usah lebay deh" kami bertiga melihat Lugi yang membuka suara
"Lo tuh yang lebay belum apa-apa udah telat janjian sama kita, kesel gue sama lo Gi kalo ngomong tuh dipikir dulu kali" kata Vanka yang sepertinya memang sedang kesal
"Lo marah beneran nih? Marah sama gue atau marah kalau Dion ninggalin lo buat kuliah diKanada?" Timpal Lugi lagi
"Sama lo berdua, kalian bikin gue kesel hari ini" jawab Vanka
"Udah kok jadi ribut sih kan maunya refreshing, sayang udah ya" kataku dan mengelus punggung telapak tangan Lugi
Terlihat Lugi dan Vanka saling menatap sinis, sedangkan aku dan Dion dibuatnya salah tingkah karena sepertinya kami berdua mencoba mendamaikan pasangan kekasih.
"Lo kalo PMS reseknya ga berubah kayak kambing minta kawin" setelah saling diam ternyata Lugi malah memulai lagi meledek Vanka
"Bodo amat" jawab Vanka ketus
"Beneran bisa marah ke gue" Lugi terlihat suka sekali menggoda Vanka yang sekarang sedang cemberut
"Gue laporin mami lo ya kalo lo suka godain gue begini" ancam Vanka dan malah membuat Lugi tertawa puas
Sehabis acara ngambek-nganbekan kami lanjut untuk nonton. Dua jam didalam bioskop Lugi tidak melepaskan pagutan tangannya. Sedikit aku sadari kalau Lugi termasuk orang yang posesif.
Melihat kedekatan Lugi dan Vanka sejujurnya aku merasa sedikit cemburu tapi buru-buru aku hilangkan perasaan itu, karena biar bagaimana pun mereka berdua lebih kenal terlebih dulu apalagi mereka sudah bersahabat sejak masih kecil.