Sesuai rencana bahwa hari ini acara untuk pembukaan restoran milik Revan. Semuanya sudah bersiap dengan pakaian rapi tidak terlalu formal.
Acara dimulai dengan pemotongan pita sebagai tanda restoran sudah dibuka dan seluruh tamu undangan bisa langsung masuk kedalam area restoran yang terbagi menjadi tiga bagian didalamnya.
Semua tamu yang datang memuji desain dan tema restoran milik Revan. Revan juga mengenalkan Lugi pada beberapa teman juga beberapa rekan bisnis yang datang. Bahkan dengan semangat Revan mengenalkan dengan sebutan adik ipar, tentunya membuat Lugi sangat bahagia dan bangga memiliki kakak seperti Revan.
"Hai mau aku ambilkan makan dan minum?" Lugi menghampiri meja Rena
"Ga usah ini masih ada kok" kata Rena menujuk mejanya
"Gi ini hasilnya luar biasa banget loh, keren ide lo" kata Dion yang mengulurkan tangannya untuk memberi selamat
"Thanks ya" balas Lugi
"Eh Gi ikut gue kesana bentar" kak Tian menunjuk kesalah satu meja diarea outdoor
"Sayang aku tinggal lagi ya sebentar kok" Lugi berpamitan dan dijawab anggukan oleh Rena
"Gue seneng akhirnya lo bisa nemenin dia Ren" kata Vanka
"Iya Van gue juga awalnya ini ga akan seperti apa yang gue pikir tapi dengan keras kepalanya juga sih yang dengan gigih akhirnya papa kasih jalan buat kita" jawab Rena
"Trus kapan rencananya lo berdua nih?" Dion ikut menyambung obrolan dua wanita itu
"Doain aja secepatnya, lo tau kan Lugi ga suka kerjain sesuatu setengah-setengah jadi mau beresin ini dulu katanya biar ga ada hutang sama bang Revan"
Mendadak lampu meredup dan pencahayaan menjadi remang-remang. Dan semua tertuju pada sebuah layar proyektor yang menyala ditengah. Layar besar itu menampilkan banyak slide foto dari awal mulainya pembangunan restoran itu hingga sampai berdiri seindah sekarang yang mereka nikmati.
Rena terkejut kala melihat ada dirinya dislide berikutnya dan ada foto-foto masa sekolahnya dan juga banyak foto yang lainnya, bukan hanya dia sendiri tapi ada fotonya berdua bersama Lugi.
Untuk kamu yang mengisi kehampaan dihatiku
Untuk kamu yang bersedia menungguku
Untuk kamu yang mencintaiku
Dan
Untuk kamu yang aku cintaiBegitu tulisan yang sekarang muncul dilayar besar itu. Rena tau pasti semua ini ulah manusia yang paling dicintainya. Tangis bahagia meluncur dari sudut matanya.
Lugi dengan senyum mengembang berjalan mendekati tempat duduk Rena.
"Maaf aku tidak mau ambil resiko dengan membuat ini menjadi romantis karena aku ga mau kamu salah paham lagi" kata Lugi yang mengingat kejadian beberapa bulan lalu
"Renata Birgitta Oxy, kamu harus mau menikah denganku" Lugi berlutut dihadapan Rena dan menyodorkan kotak cincin
Dan karena rangkaian katanya Lugi mendapat pelototan dari papanya juga reaksi keluarganya. Karena mereka tidak menyangka Lugi bahkan kali ini memaksa Rena harus mau menerima lamarannya.
Rena juga tak kalah terkejut dengan pilihan kalimat Lugi yang dilontarkan tadi. Tapi Rena tau bahwa orang dihadapannya mencintainya dengan tulus dan dengan gigih memperjuangkan cinta mereka.
Rena masih betah menatap Lugi dan belum juga memberikan jawaban.
"Sayang, kaki aku kesemutan" Lugi sedikit berbisik dan Rena baru ingat dengan kondisi kaki Lugi
"Iya aku mau menikah denganmu Frenzy" jawaban Rena melegakan Lugi dan langsung menyematkan cincin itu dijari Rena
Lugi sedikit merasakan sakit saat berdiri dan membiarkan rasa itu digantikan dengan senyum kebahagiaan.
"Lo anti mainstrem juga ya Gi" kata Revan mendekat
"Udah jangan digodain terus kamu kebiasaan" sergah Cindy yang menggendong anaknya
"Gas teruuuuss Gi" sekarang Elvin yang ikut nimbrung
"Gue ga nyangka bos gue bisa frontal" Vanka pun ikut-ikutan menimpali
"Bukan frontal Van, emang lo lupa kejadian direstoran? Bisa-bisa dapet gamparan kalo salah ngomong" Revan tertawa puas
"Aduuhh sakit yang" Revan mengaduh sakit karena cubitan istrinya
"Udah ya abang-abangku, jangan digodain terus adik iparnya" Rena yang tak tega akhirnya membuka suara
"Inget janjimu Lugi" ucapan papa yang terdengar tepat dibelakang Lugi membuat reaksi Lugi mendadak kaku
"Janji? Kamu ada perjanjian apa lagi sama papa?" Tanya Rena menyelidik
"Eeng itu aku.." kata Lugi
"Kamu kenapa gagap gitu? Perjanjian apa?" Rena sudah mulai meninggi
"Jangan bilang kamu belum kasih tau Rena?" Papanya kembali menyudutkan dan Lugi hanya membalas dengan cengiran
"Aku ga ngerti deh sama kamu" rena mulai kesal
"Minggu depan kita berangkat ke US, nikah disana" kata Lugi tak mau kena amuk Rena untuk kesekian kalinya
"Hahh?? Minggu depan? Ga salah?" Tanya Rena kaget
"Iya minggu depan, kamu belum siap nikah sama aku ya?" Tanya Lugi lagi
"Minggu depan kan cuma tiga hari lagi Lugi" ucap Rena
"Udah tenang dulu Ren, semua sudah disiapkan kok" kata papa menengahi
"Ya tapi pa.."
"Sudah sudah kok malah debat sih, kasian tuh menantu mama nanti makin kurus" kata mama membela Lugi
Suasana menjadi cair kembali sampai acara selesai. Mereka semua kembali ke villa untuk beristirahat. Begitu juga Rena dan Lugi setelah selesai membersihkan badan keduanya berada diatas tempat tidur dengan posisi Rena yang masih duduk bersandar dan sedangkan Lugi tiduran dengan paha Rena sebagai bantalan.
"Kenapa kamu ga cerita?" Tanya Rena sambil mengusap kepala Lugi
"Sebenarnya aku ga lupa, tapi kalau aku cerita kan ga jadi kejutan saat aku ngelamar kamu tadi" jawab Lugi melihat Rena
"Lain kali harus cerita ya, kita hidup bersama kamu dan aku jadi apapun itu kamu harus kasih tau aku, aku pasti mau nikah sama kamu emang kamu ragu?"
"Iya sayang, kamu ga marah kan? Maafin aku ya"
"Hari ini aku lagi bahagia jadi ga marah sama kamu"
"Eemm sebenarnya masih ada satu lagi permintaan papa" kata Lugi ragu ragu
"Papa minta apa lagi?"
"Papa minta sesudah kita menikah, kita langsung program"
"Kamu yakin sanggup nurutin semua permintaan papa?"
"Aku yakin, tapi kamu gimana? Kan yang hamil kamu kalau kamu belum siap ga usah buru-buru"
"Aku mau tapi ga dalam waktu dekat, ya minimal tiga sampai enam bulan aku mau berduaan dulu sama kamu"
"Iya gapapa lagian semua juga butuh proses yang ga mudah kan sayang"
"Aku mau menikmati waktu berdua dulu biar aku fokus ngurusin kamu, dan mama bilang tadi kamu kurusan itu benar loh aku juga baru sadar waktu ngecek jam tangan sama ikat pinggang kamu"
"Kan bukan karna kamu ga ngurus aku, itu kan karna aku kecelakaan. Bukan salah kamu sayang"
"Hmm iya iya, ya udah sekarang tidur yuk besok kan kita pulang keJakarta kamu juga harus jaga kesehatan"
.
.
.