26

3.1K 230 0
                                    

"Van lo kenapa? Muka lo pucet gitu gue anterin kedokter ya" kaya Lugi yang melihat Vanka sepertinya sedang sakit

"Gue gapapa Gi, wajar kali" jawab Vanka santai

"Sakit itu ga wajar Vanka gue ga mau dituntut laki lo ya" kata Lugi lagi

"Ya wajar tau namannya juga lagi hamil, lo berisik banget sih" kata Vanka malas meladeni Lugi

"Hahhh lo hamil Van? Kenapa lo ga bilang gue? Kenapa lo ga minta libur aja?" Cerosos Lugi duduk didepan Vanka

"Gi, lo bisa biasa aja ga sih reaksinya ngelebihin Dion deh. Lagian masa selama sembilan bulan gue libur, lo ga berencana mecat gue kan"

"Gue seneng Vanka, gue cuma ga mau lo kecapean apalagi kondisi hamil muda dan lo bisa ambil libur sesuka lo"

"Makanya lo juga buruan nikah sama Rena, udah waktunya Gi"

"Emang Rena juga pernah bilang nanti dia yang hamil ya gimana gue kan udah ga bisa"

"Udah waktunya lo punya pendamping Gi, apalagi Rena juga gue yakin kok dia juga pengen punya anak kalian bisa ikut progam jaman sekarang udah makin canggih"

"Gue ga tau gimana hidup gue kalau ga ada lo Van, lo sahabat gue dan makasih ya lo selalu ada buat gue dan ga bosen nemenin gue"

"Kok malah sedih sih Gi, udah udah sekarang cerita kapan lo mau nikahin Rena"

"Ya papanya sih udah nanyain juga cuma gue belum ada rencana, ngelamar Rena aja gue belum"

"Ehh lo kan mau keBali buat pembukaan restoran bang Revan, gimana kalau sekalian lo ngelamar Rena juga kan keluarganya juga pasti ada semua kan Gi" Vanka langsung kepikiran ide dan Ligi juga merasa senang lagi-lagi Vanka membantunya

"Lo bisa ikut juga ga Van?" Tanya Lugi

"Iya bisa kok, gue nanti konsultasi kedokter dan kasih tau Dion"

Lugi sangat senang dan begitu bersemangat menyusun rencana untuk melamar Rena. Dan mendekati keberangkatan mereka keBali, Lugi sengaja menjaga jarak karena takut rencana ketahuan Rena karena bagaimana pun Rena adalah wanita yang sangat peka. Lugi sempat kelimpungan mencari-cari alasan saat dua hari tidak muncul dihadapan Rena. Lugi memang langsung terbang keKanada untuk membeli cincin yang nantinya akan dipakai saat melamar Rena.

Dihari keberangkatan mereka keBali, Lugi dan Rena menjemput Vanka dan Dion terlebih dahulu sebelum menuju bandara. Semenjak tau Vanka hamil, Lugi memang menjadi lebih perhatian dan terkadang protektif pada Vanka. Sebenarnya Vanka kesal dengan sikap Lugi dan menceritakan semyuanya pada Rena.

"Van beneran gapapa kan?" Tanya Lugi lagi saat mereka semua sudah berada didalam pesawat yang sebentar lagi akan tinggal landas

"Gi, ini udah berapa puluh kalinya lo nanyain itu terus, kalau ga boleh gue ga bakal disini sekarang" kesal Vanka memutar  bola matanya

"Iya deh sorry gue cuma mastiin aja, gue ga mau lo kenapa-napa" jawab Lugi yang sadar memang dirinya lebih cerewet dibanding Dion

Melihat Lugi yang diamuk Vanka, malah membuat keluarganya tertawa dan menggoda Lugi. Lugi kemudian duduk disebelah Rena dan diam tidak lagi banyak bicara. Rena yang mengetahui perubahan Lugi berusaha menenangkan kekasihnya itu.

"Vanka pasti baik-baik aja kok, kamu tenang ya" kata Rena mengusap lengan Lugi

"Maaf ya, kamu ga cemburu kan sayang? Aku terlalu berlebihan karena aku khawatir" jawab Lugi menatap mata Rena

"Cuma sama Vanka aku ga bisa cemburu, dia punya posisi lain dihati kamu dan tentunya Vanka juga sama" jawab Rena lembut

"I love you sayang" kata Lugi mengecup kening Rena

"I love you too sayangku"

Pesawat yang mereka tumpangi sudah mengudara dan beberapa menit kemudian akan segera mendarat di bandara Bali.

Sambil menunggu bagasi, Lugi sibuk memainkan ponsel untuk mengecek jadwal pekerjaan dan acara pembukaan restoran milik Revan.

Awalnya Lugi akan menginap dihotel dikdekat restoran Revan, tapi Vanka dengan ganas memarahi Lugi waktu itu karena Lugi memiliki sebuah hotel dan juga beberapa villa. Akhirnya Villa adalah pilihannya untuk tempat menginap mereka selama tiga hari kedepan.

"Gi lo sibuk? Anterin gue keluar yuk" panggil bang Revan saat melihat Lugi bersantai didekat kolam renang

"Ayo bang, bawa mobil atau motor?" Tanya Lugi

"Motor aja yuk kan berdua doang"

Lugi dan Revan akhirnya sampai disebuah pantai dikawasan Seminyak dan duduk diatas pasir melihat deburan ombak dan masing-masing mereka menikmati sebotol beer.

"Gi, thanks ya lo udah bertahan sejauh ini buat adik gue" kata Revan tetap menatap lurus kedepan

"Iya bang, makasih abang juga kasih dukungan dan nerima hubungan luar biasa ini" jawab Lugi

"Gue cuma minta satu hal Gi, tolong jangan sakitin Rena. Kalau suatu saat nanti lo berdua ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin dan inget lagi kemasa dimana lo berjuang untuk dapetin dia"

"Iya bang gue akan jagain Rena, bukan cuma fisiknya tapi juga jagain hatinya"

"Lo tau kenapa akhirnya papa kasih restu buat lo?"  Tanya Revan menoleh pada Lugi

"Engga bang, papa cuma ketawa aja kalau gue nanyain itu" jawab Lugi

"Karena lo lebih keras kepala dibanding papa, dan lo cuma bisa luluh sama Rena. Mama ga bisa ngeluluhin papa semudah itu, tapi Rena bisa Gi. Jadi papa yakin kalau lo bisa jagain Rena seperti papa jagain Rena" jawab Revan tersenyum

"Tapi kayaknya papa yang lebih keras kepala deh bang" sanggah Lugi

"Coba aja lo tanya mama dan tanya Rena juga, sebenernya lo lebih pantes jadi anak papa dibanding kita bertiga karena sifat papa ga ada yang nurun kekita bertiga, ya kecuali galaknya Rena sih itu bawaan dari papa hahaha" kata Revan lagi

"Iya juga bang Rena kalo udah marah bikin gue gemetaran" kata Lugi tertawa

"Ya udah yuk balik ntar diamuk kalo mereka nyariin, lo ga bawa handphone kan?" Pertanyaan Revan membuat Lugi merogoh semua sakunya

"Mampus deh gue bang" dengan wajah konyolnya

"Soalnya gue juga ga bawa handphone Gi, jadi nasib kita sama makanya ayo buruan" kata Revan dan berdiri

Mereka berdua menertawakan diri mereka sepanjang perjalanan menuju villa dan membayangkan bagaimana nanti riwayat mereka. Dan benar saja begitu memasuki vila mereka berdua mendapat tatapan tajam dari kedua wanita mereka. Belum lagi dengan keadaan mereka yang sedikit merah karena keasikan minum beer.

"Gi"

"Bang"

Panggil mereka bersamaan setelah mendapat tatapan tajam.

"Anak gue masih kecil Gi" bisik Revan

"Gue malah belum ngerasain nikmat dunia bang" bisik Lugi juga

Lugi dan Revan benar-benar memasang wajah ketakutan seolah-olah kedapatan tertangkap basah mencuri sesuatu. Sebenarnya diruangan itu banyak orang termasuk orang tua Rena. Tapi pandangan Lugi dan Revan hanya tertuju pada wanita mereka masing-masing.

Kedua orang tuanya menatap geli pada Lugi dan Revan dan membuat Lugi tersenyum kikuk karena berpikir pasti lamarannya tidak semulus harapannya.

"Revan cepat beli pampers buat anak kamu"  kak cindy memerintah dan Revan langsung berbalik badan

"Kamu... beli pembalut sana" Lugi pun melakukan hal yang sama langsung berlari menyusul Revan

Setelah kepergian Lugi dan Revan seisi ruang mendadak tertawa terbahak bahak bahkan Vanka sampai keluar air mata mengingat bagaimana ekspresi Lugi. Bagaimana bisa seorang pemilik perusahaan besar yang dikenal tegas, garang dan sangat dingin itu sekarang menjadi ciut karena seorang Rena.

.

.

.

.

My BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang