Sebulan kemudian hari ini adalah hari keberangkatan Rena untuk melanjutkan kuliahnya diPerancis. Dua malam kemarin Rena memaksaku untuk menginap dirumahnya dan aku tentu saja menyanggupi setelah mengantongi ijin dari mami.
Jadwal keberangkatan Rena malam hari jadi sejak pagi keadaan rumahnya sudah ramai karena orang tua dan kedua kakaknya ada dirumah dan sengaja mengkosongkan jadwal untuk mengantar Rena.
"Udah siap semua kan sayang? Ga ada yang ketinggalan?" Tanyaku memastikan
"Udah siap semua tapi ada yang ketinggalan" jawabnya
"Hahh apa yang ketinggalan biar aku siapin" kataku panik
"Kamu" jawabnya terkekeh
"Isss receh banget sih kamu, aku serius tau"
"Ya kamu kan ga ikut jadi ya kamu aku tinggal disini"
Semua sudah siap menuju bandara, aku dan Rena dengan mobilku sedangkan orang tua dan kedua kakaknya dimobil mereka.
Selama perjalanan Rena tidak melepaskan tatapannya dariku dan aku bisa menagkapnya dari sudut mataku.
"Kenapa ngeliatin aku sampe segitunya?" Kataku
"Aku pasti kangen banget sama kamu"
"Aku juga kangen sama kamu"
"Kamu mau janji satu hal?"
"Apa itu?"
"Janji dulu"
"Aku ga mau janji atas hal yang ga aku tau sayang, gimana kalau aku ingkari nantinya apa itu ga akan buat sakit hati" jawabku
"Ya udah ga usah janji, cuma aku minta kamu satu hal aja" katanya lagi dan aku mengangguk melihatnya sebentar
"Jaga hatimu buat aku, dan aku akan melakukan hal yang sama" katanya dengan nada yang berbeda
"Dengar ya, aku tau hubungan yang kita jalani tidak akan mudah sayang, aku ga mau menghalangi kamu dan ga akan mencegahmu. Raihlah semua mimpi kamu dimasa depan dan jangan menengok kebelakang kalau itu menyakitkan. Aku akan ada untuk melengkapi semua mimpimu nanti dan ya sepenuhnya hati ini sudah menjadi milikmu" jawabku
"Kenapa kamu ngomong gitu seolah ini akan berakhir?"
"Aku bicara fakta sayang, kita ga akan pernah tau masa depan itu seperti apa makanya aku ga mau menjanjikan sesuatu yang nantinya ga bisa aku tepati karena itu pasti lebih menyakitkan"
"Papa ga minta kamu jauhin aku kan? Aku batalin pergi kalau ternyata papa ada bilang sesuatu"
"Engga kok papa kamu baik, jangan kecewain mereka adalah keluarga kamu yang selalu mendukung kamu"
Sampai dibandara aku memarkir mobil dan kemudian kembali menyusul keluarga Rena yang sudah menunggu dipintu keberangkatan. Rena juga sudah checkin dan membereskan urusan.
"Pa aku berangkat" Rena memeluk papanya
"Ma aku berangkat" kini memeluk mamanya dan sedikit air mata membasahi kedua pipinya begitu juga dengan sang mama
"Gue berangkat ya bang" memeluk kakak pertamanya
"Gue berangkat ya botak" memeluk kakak keduanya
Tibalah giliranku dan Rena benar-benar memelukku dengan sangat erat, kurasakan air matanya membasahi bahuku. Kubalas pelukannya dan mengusap lembut punggungnya. Kami berdua menjadi pusat perhatian orang tua dan kedua kakak Rena, aku mencoba melepaskan pelukannya tapi dia menggeleng.
"Biar seperti ini sebentar lebih lama" ucapnya berbisik
"Iya sayang" jawabku
"I love you Lugi"