Sring... Sring... Sring....
"Ampun... Hiks... Hiks... " Lelaki dengan baju sekolah itu merengek menahan ampun.
"Leon! Ambil guntingnya," ucap seorang lelaki tampan seakan tidak mendengarkan korbannya merengek.
Lelaki bernama Leon itu tersenyum lalu mengambil sebuah gunting di atas meja. "Lo tau kesalahan lo?" ucap lelaki di depannya.
Lelaki itu diam, dengan air mata di pipi. "Lo salah karena lo hidup!" sahut seorang gadis di iringi dengan tawa kerasnya.
Mereka semua tertawa, di ruangan sempit nan gelap. Berisikan 9 orang, rasanya sangat pengap.
"Cuih! Makan tuh ludah gue!" ucap gadis itu lagi. Kali ini ia meludahi wajah lelaki di bawahnya.
"Giel, agaknya kita perlu bermain-main dengan si cupu ini!" sambung gadis lain.
"Itu yang gue mau Kane," ucap Giel tersenyum misterius.
Leon datang, membawa gunting yang di inginkan oleh Giel. "Lo mau mati secara perlahan. Atau..... lo mau mati sendiri?"
Giel memberi penawaran kepada lelaki itu. "Stop Giel! Lo gak perlu ngelakuin itu," ucap seorang gadis yang sedari tadi diam.
Giel menatap gadis itu. "Dia udah numpahin saus di baju lo Gwen!" ucap Giel.
"Astaga, cuma saus Giel. Lo gak perlu berlebihan," ucap gadis itu.
"Gue tau, kenapa lo begitu belain si cupu ini." Kane menyahut ucapan Gwen. "Karena lo suka kan sama si cupu ini?" sambung Kane seraya tersenyum sinis ke arah Gwen.
Darah Giel sudah mendidih. Mendengar penuturan dari Kane. "Gwen, jawab? Lo suka sama si cupu ini?" ucap Giel mendesak Gwen.
Gwen diam, lalu menatap lelaki yang duduk di bawahnya. Kedua mata mereka bertemu. "Gwen! Jawab!" teriak Giel.
"Lo salah paham Iel, gue gak ada rasa sama si cupu ini," ucap Gwen kepada Giel.
Giel tersenyum mendengar penuturan dari Gwen. "Kalau gitu, lo boleh dong kasih saus ini di wajah dia?"
Gwen terkejut dengan ucapan Giel. "Iel, lo kan tau kalau gue... "
"Lakuin perintah gue!" bentak Giel memberikan botol saus kepada Gwen.
Gwen diam, kepalanya menggeleng. "Kalau lo gak mau ngelakuin perintah Giel. Tandanya lo emang beneran suka sama si cupu? Iya kan Iel?" ucap Kane.
"Bener kata Kane. Kalau lo gak mau ngelakuin perintah gue. Tandanya lo suka sama si cupu! Dan lo tau? Kalau sampe itu terjadi gue bakalan ngelakuin yang lebih ke si cupu!" ucap Giel mengancam Gwen.
Gwen bingung harus berbuat apa. Gadis itu dengan ragu mengambil botol saus di tangan Giel. Ia maju selangkah, menatap kedua mata lelaki di bawahnya. Lelaki itu memohon, kepada Gwen.
"Gwen.... Jangan.... "
Gwen diam, menatap wajah kasihan lelaki itu. "Gwen.... Jangan... "
Kedua tangan Gwen terangkat. Ia membuka tutup botol saus di tangannya. "Gwen.... Aku mohon jangan... "
"Gwen.... Jangan.... "
"Jangan.... Arghhh..... "
"Raja!" Aku terbangun dari tidurku. Mimpi yang sama selama hampir 5 bulan ini yang selalu aku rasakan.
Semua masih berbekas. Bagaimana mereka membunuh Raja di depanku. Raja, lelaki cupu yang ada dalam mimpiku tadi. Dia mati dengan mengenaskan di tangan Giel, Leon, Kane, Alana, Lea, Nea, dan Rian.
Hanya aku yang pingsan lemas menyaksikan mereka semua membunuh Raja. Bayang-bayang Raja masih teringat, dimana ia menangis dan merintih ketika sebuah gunting mengoyak mulutnya.
Dimana ia menangis ketika jarinya di potong oleh Kane. Ya Tuhan, kenapa harus aku mengingat semua itu lagi?
"Hiks... Hiks... Bisa gila aku!" gumam ku mencoba menenangkan dirimu sendiri.
Drettt.... Dretttt... Drettt....
Ponselku bergetar. Aku segera mengangkat ponsel tersebut. Lea? Tumben dia menghubungiku?
Aku menggeser tombol hijau. Lalu menempelkan benda itu pada telingaku. "Halo? Ada apa Le?" tanyaku.
"Gwen! Lo harus ke sini sekarang. Hiks... Hiks... Please, lo harus ke sini," ucap Lea di ujung sana.
"Le, lo tenang dulu. Tarik nafas, terus lo ceritain semuanya ke gue?" ucapku mencoba menenangkan Lea.
"Hiks.... Giel Gwen, Giel.... " ucap Lea terbata.
"Iya, Giel kenapa Le?" desak ku.
"Giel, mati... " ucap Lea langsung dengan tangis yang pecah.
Ponsel di telingaku jatuh begitu saja. Mendengar kabar duka dari Lea. Air mataku jatuh. Apa lagi ini? Kenapa semuanya bisa seperti ini?
Prangg....
Aku kaget, mendengar sebuah vas bunga yang jatuh. Hal itu membuatku mengintip, apa yang membuat vas bunga jatuh.
"Meong.... " aku bernafas lega. Begitu mendengar suara Copy, kucing kesayanganku. Aku mengambilnya mencoba melihat apakah ada yang luka di tubuhnya.
"Kau baik-baik saja Copy?" tanyaku melihat semua bagian tubuhnya.
Setelah tidak menemukan luka sama sekali, aku berbalik arah dan saat menatap cermin besar di depanku terdapat sebuah tulisan dengan darah.
"GAME OF THE DEATH... "
****
Cerita misteri lagi, kali ini gak terlalu horor kok, tenang aja. Malah lebih ke psikopat.
Jangan lupa vote, comment dan share ke teman-teman kalian.
Maafkuen typo!
Follow IG aku untuk mengetahui kapan aku update. @mya.ng04.
Follow juga akun wattpadku.
Mayang 😎
13 Oktober 2020
❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF THE DEATH✔️
Mystery / ThrillerSetelah ketua gengnya meninggal. Keadaan semakin runyam. Mereka harus menemukan siapa pelakunya. Satu persatu meninggal. meninggalkan teka-teki yang sulit di pecahkan. Siapa pelakunya? siapkah kalian bermain. GAME OF THE DEATH....