Cahaya keemasan itu menghiasi langit, memperlihatkan lukisan alam yang begitu menarik. Menakjubkan, tapi juga menyakitkan untuk seorang gadis yang kini duduk di pinggir danau.
Masih dengan menatap senja di depannya, gadis itu meremas secarik kertas dalam genggamannya.
Sakit. Dulu ia berjanji akan menikmati senja bersama kembarannya, namun sekarang gadis itu telah tiada.
Baru saja kekosongan dihatinya terisi, tapi kini semuanya hampa kembali. Senja dan Jingga itu hanya bisa ia tatap, dan sekedar pengingat untuk seseorang yang saat ini tengah ia kenang.
Dulu, ia begitu membenci kedua unsur itu. Tapi sekarang, sepertinya Senja dan Jingga itu yang akan menjadi pengobat rindu.
Perlahan cahaya keemasan itu menghilang, sama seperti dia yang telah pergi meninggalkan gadis itu untuk selamanya.
Senyum, tawa, kecerewetan dan kegilaan sosok itu berputar di ingatan. Membuat sebuah garis lengkung di bibir gadis itu, namun seterusnya terganti oleh kepedihan dan air mata.
Sesak. Rasanya bernapas pun ia sudah tak sanggup. Terisak ditemani hari yang mulai menggelap.
Sepertinya semesta ikut berduka, terbukti dengan awan yang menjatuhkan airnya. Namun gadis itu tak beranjak dari sana, membiarkan tubuhnya terguyur hujan. Basah dan kedinginan.
Tapi sepertinya ia tak peduli. Rasa dingin yang menusuk, tak seberapa dengan hatinya yang kini telah membeku.
"Sekali lagi, lo ingkar janji. Katanya lo bakal selalu temenin gue, sekalipun kita udah punya keluarga masing-masing," isak tangis gadis itu memilukan.
"Tapi gue bahkan belum punya pacar, lo udah ninggalin gue buat selamanya," lirihnya
"Lo jahat."
🔅🔅🔅🔅
HAI... HAI...
KEMBALI LAGI DENGAN CERITA ABSURD AKU
CERITA KALI INI DIDOMINASI TENTANG KELUARGA DAN SAUDARA
CINTA? ADA, TAPI HANYA SEDIKIT UNTUK SEKEDAR BUMBU PEMANIS
SO, SUDAH SIAP BERJUANG BERSAMA SENJA DAN JINGGA?
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Jingga (End)
Teen FictionJingga pikir, memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Ia pikir keduanya akan akrab dan saling menyayangi. Namun ternyata Jingga salah, Senja justru membencinya. Senja benci segala hal tentang Jingga, sampai pada akhirnya Jingga harus s...