Hazel bangun pagi seperti biasa. Ia mengecek ponselnya sejenak, sebelum lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan bersiap-siap ke kantornya.
Rutinitas yang sudah ia jalani hampir sembilan tahun. Memulai karir sejak berusia 20 tahun, dan kini ia sudah memasuki usia 28 tahun, tetapi fokusnya hanya tetap pada karir.
Bahkan ia meninggalkan waktu bermain bersama teman-temannya sejak usia 15 tahun, karena lebih suka belajar, melakukan berbagai macam eksperimen untuk menjadi bisnisnya di masa depan.
Karena kehidupannya susah di masa lalu, ia pun punya ambisi ingin memiliki banyak uang di masa depan. Orang tuanya pun tidak bisa melakukan apa-apa, karena Hazel kalau sudah punya tujuan dan keinginan, akan ia usahakan mati-matian agar tercapai. Orang tuanya tidak bisa terlalu mengontrol Hazel, karena mereka memang bukan tipe orang tua yang keras.
Bisa ditebak, kalau Hazel tidak memiliki teman sama sekali. Jadi jangan heran, di ulang tahunnya hari ini, tidak ada satupun ucapan yang masuk.
Mungkin ada nanti siang, itu juga dari bawahannya.
Bagi Hazel tidak masalah tidak punya teman, orang-orang bisa saja adalah pengkhianat. Dari pada ia terluka, lebih baik menghindar sejak awal. Toh, kalau punya masalah, ia sanggup untuk memendamnya dan menyelesaikannya sendiri.
Ia hanya bergaul seperlunya, misalnya untuk menjalin kerjasama.
Dingin, mungkin jadi julukan yang pas untuk Hazel.
Seusai berpakaian rapi dan dandan, gadis itu pergi ke dapur, untuk membuat kopi serta sarapan.
Ia menatap keluar jendela apartemen yang berada di dapur, sembari menunggu gelas yang sedang diisi kopi penuh.
Padahal dulu awal memulai karirnya, ia selalu berpikir ingin cepat-cepat menikah, karena lelah. Namun setelah kesuksesan berhasil ia raih, ia merasa pria hanya akan menghambat kehidupannya.
•••
Bangchan diperlihatkan sebuah foto yang tertampil di layar ponsel ayahnya.
Ia menghentikan sejenak aktifitasnya menyantap cake, untuk memperhatikan wajah serta penampilan gadis itu.
"Makeupnya terlalu tebal, ya? Aku sudah menyuruhnya jangan pakai makeup tebal padahal," ujar ayah gadis dalam foto itu.
"Itu hanya caranya mengekspresikan diri, tidak menganggu bagiku," ucap Bangchan sembari tersenyum.
"Dia anak pertama, dari empat bersaudara. Dari kecil dia sudah punya jiwa pemimpin, tidak masalah sebenarnya meskipun dia perempuan, tapi... dia kadang-kadang bisa jadi sangat sulit diatur. Dia memang tidak pernah, bertindak tanpa berpikir dulu, dia juga sangat tahu mana baik dan buruk, tapi dia kadang-kadang ceroboh, dan kalau sedang frustasi, akan melakukan sesuatu yang tidak terduga. Seperti mabuk-mabukan contohnya, keluargaku sama seperti keluarga kalian yang punya prinsip kalau alkohol itu tidak baik, membuat keributan dengan orang juga pernah, dia gadis yang cukup kasar," tutur ayah gadis tersebut.
"Dia tidak punya keinginan untuk menikah sama sekali, awalnya kami membiarkan dia dengan pilihannya untuk tidak menikah. Kami menghormati pilihannya. Tapi setelah kami perhatikan, dia sebenarnya kesepian, dan butuh seseorang untuk mengayominya, bukannya kami sebagai orang tuanya sok tahu dengan apa yang dia butuhkan. Tapi... itu yang terjadi. Kami tidak tega mendengarnya menangis sendirian, kalau ada masalah dipendam sendiri, kami juga tahu dia selalu ingin setidaknya ada seseorang yang memeluknya saat bebannya sudah sangat berat. Karena dia berpikir kami orang tuanya tidak perlu tahu masalahnya, tidak akan memahaminya, dan juga... dia canggung untuk bermanja-manja dengan kami, jadi kami tidak bisa dia andalkan lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bo2s | Bangchan ✔
FanfictionKetika dua orang bossy yang selalu ingin mendominasi disatukan, inilah yang akan terjadi rate: 18+ (karena temanya pernikahan, mungkin sesekali akan ada pembahasan dan sedikit adegan dewasa, tapi bukan berarti isi cerita vulgar. i hope you understan...