Beberapa hari kemudian Iqbaal berusaha untuk tidak sedih lagi atas kecelakaan (Namakamu). Ia menyibukkan diri dengan latihan pencak silat dan menekuni hobinya untuk menyibukkan diri dan agar tidak teringat (Namakamu) terus.
Malam hari tiba, Iqbaal baru saja pulang dari tempat latihan pencak silat sebenarnya sih sudah pulang sebelum adzan maghrib namun Iqbaal pergi dulu ke cafe sebentar untuk makan di sana.
Iqbaal langsung merebahkan tubuhnya di kasur, ia memijat pelipis matanya. Iqbaal sedikit pusing. Namun ia bangun kembali karena ia akan mandi terlebih dahulu.
Setelah mandi dan memakai baju, Iqbaal kembali merebahkan tubuhnya. Lama-lama kemudian Iqbaal mulai tertidur, mungkin karena kecapekan Iqbaal langsung tidur.
-langitbiru-
Iqbaal sedang berjalan di pantai, ia sedang menikmati udara di sana yang lumayan sejuk. Pantai itu sepi, hanya ada Iqbaal seorang disana. Sebenarnya Iqbaal ingin mengajak (Namakamu) namun mengingat kondisi (Namakamu) sekarang Iqbaal akhirnya pergi sendirian.
Padahal pantai di sore hari ini bagus, Iqbaal bisa melihat matahari terbenam sebentar lagi. Sayangnya (Namakamu) tidak ada disini membuat Iqbaal hampa tanpa (Namakamu).
Iqbaal mendengar suara perempuan yang sedang tertawa, ia pun segera mencari sumbernya.
Semakin dekat, suara perempuan tertawa itu semakin jelas. Iqbaal dapat melihat di dekat batu ada dua orang perempuan yang memakai baju putih panjang dan mereka sedang mengobrol sambil tertawa.
Iqbaal pikir ia sendirian disini ternyata ada pengunjung lain.
Tunggu, Iqbaal seperti mengenal mereka.
"Gladis? (Namakamu)? Loh kok mereka bisa ketemu? Gladis kan udah gak ada" guman Iqbaal, ia benar-benar bingung.
Tanpa pikir panjang lagi, Iqbaal langsung menghampiri kedua perempuan tersebut. Iqbaal benar mereka adalah Gladis dan (Namakamu), Iqbaal semakin bingung.
"Gladis, (Namakamu)? Kenapa kalian bisa bertemu? Gladis bukannya kamu sudah gak ada?" pertanyaan beruntun di lontarkan untuk Gladis.
Gladis tersenyum pada Iqbaal, "iya memang aku sudah tidak ada baal" jawabnya.
Iqbaal semakin bingung, ia pun menatap (Namakamu). "(Namakamu) kamu kenapa bisa sama Gladis, ayo sini" ajak Iqbaal.
Iqbaal hendak memegang tangan (Namakamu) namun ia tidak bisa memegang tangan (Namakamu), saat ia hendak memegang tangan (Namakamu) malah nembus. Itu membuat Iqbaal kaget.
"Kenapa kamu gak bisa di pegang?" tanya Iqbaal.
"Karena (Namakamu) akan aku ajak Iqbaal, (Namakamu) bahagia sama aku daripada di bumi ini" kata Gladis, Iqbaal semakin kaget.
Iqbaal menggelengkan kepalanya, "jangan dis, aku mohon jangan ambil (Namakamu)"
"Kamu sudah melukai hati (Namakamu), aku gak mau kamu ngelukai hati (Namakamu) lagi"
"Aku janji gak akan ngelukain hati (Namakamu) lagi, aku janji"
"Kamu terlambat, (Namakamu) bahagianya di sana dan bahagianya bukan sama kamu lagi"
Iqbaal menatap (Namakamu), (Namakamu) juga menatap Iqbaal. Mata (Namakamu) berkaca-kaca.
"Kamu mau kan sama aku lagi? Iya kan (nam)?" tanya Iqbaal pada (Namakamu).