Trente - trois

1.1K 135 52
                                    

Tubuh Mikyung kejang-kejang tiba-tiba membuat semua orang membulatkan matanya, dua orang perawat langsung mendorong semua orang yang berada di ruangan menuju ke pintu keluar sementara dokter dengan perawat lainnya dengan sigap langsung menahan tubuh Mikyung.

Jeno yang melihat pemandangan di depannya menggelengkan kepalanya dengan air mata memenuhi pelupuk matanya dia menatap tubuh sang istri yang masih kejang-kejang. Dia tidak bergeming meski perawat sudah mendorongnya sekuat tenaga.

Kejang-kejang berlangsung selama 2 menit, sebelum akhirnya kejang-kejang berhenti setelah kelopak mata itu mengernyit dan terbuka, menampilkan manik hazel indah yang sudah begitu lama tidak terlihat dan dirindukan semua orang.

Manik hazel itu terbuka disusul dengan nafas yang terengah-engah. Membuat semua orang kembali membulatkan mata mereka.

"Maaf!! Tapi mohon keluar dulu!!" dua perawat tadi kembali mendorong mereka semua keluar dengan bantuan perawat lain.

Kali ini berhasil, mereka semua keluar dari kamar inap Mikyung dan pintu langsung tertutup rapat. Jeno berdiri diam mematung menatap pintu berwarna putih dengan hiasan berwarna emas itu.

"M-Mikyung...Mikyung..." gumam Jeno terus menerus. "Kak Jeno..." panggil sang adik bungsu, Jisung sambil menepuk pundak kakaknya itu. "Jeno, sadarlah. Hei" Jaemin ikut memegang bahu kembarannya.

"Chan, Mikyung akan baik-baik saja kan?" tanya Minho sambil menatap suaminya.

"...ya, pasti. Dia pasti akan baik-baik saja. Aku yakin" jawab Chan setelah terdiam beberapa saat.

"Ya Tuhan, hamba mohon jangan ambil menantu dan istri anak hamba. Biarkanlah mereka bahagia dulu" rapal Taeyong

Sementara itu di dalam, dokter dengan cepat memulai pemeriksaan reaksi Mikyung, nafas Mikyung sudah kembali teratur tapi pelan. Matanya juga sudah sayu kembali, dokter menyorotkan cahaya senter ke manik hazel yang indah itu, mengetes respon.

Satu persatu pemeriksaan dilakukan, di luar sana semuanya menunggu dengan gelisah. Tidak ada yang bisa tenang satupun, semuanya menunggu berita lebih lanjut dari dokter. 20 menit kemudian, pintu kembali terbuka dan dokter melangkah keluar bersama dengan para perawat.

"Dok, gimana istri saya dok?! Dia selamat kan? IYA KAN?!" desak Jeno sedetik setelah dokter itu keluar.

"Tuan putri sudah siuman dan kondisinya sudah meningkat banyak, jika ada apa-apa harap panggil kami segera. Jangan biarkan tuan putri terlalu lelah, jika kondisinya terus meningkat, tuan putri bisa kembali ke istana dalam keadaan sehat sempurna seperti sebelumnya. Ah, tadi tuan putri sempat berpesan pada saya, pangeran Jeno saja yang masuk dulu, saya permisi"

"Syukurlah ya Tuhaan"

"Putriku...putriku, Mikyung. Dia selamat Hendry! Dia sudah sadar!"

"Aku tau Wendy, dia memang anak yang kuat...itu baru putriku, Mikyung"

"Chan, Mikyung.."

"Aku tau sayang, aku tau"

"Jeno sayang, ayo masuk. Istrimu sudah menunggumu di dalam" ucap Taeyong sambil mengelus punggung putra keduanya itu.

"I-iya, bunda" Jenopun masuk ke dalam. Air mata kembali menggenang untuk yang kesekian kalinya saat melihat sang istri sedang memejamkan matanya dalam posisi setengah duduk dan menggunakan nasal canulla.

"S-sayang?"

Manik hazel itu kembali terbuka perlahan, senyuman tipis langsung terukir di wajah yang masih sedikit pucat itu setelah manik keduanya bertabrakkan.

"Hei" sapa Mikyung pelan, tapi cukup untuk didengar Jeno.

Jeno dengan cepat langsung berjalan menghampiri Mikyung lalu memeluk istrinya dengan erat, Mikyung hanya bisa membalas dengan senyuman tipis dan mengelus punggung Jeno dengan tangannya yang tertancap infus.

Kingdom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang