Onze

1.7K 227 33
                                    

3 hari berlalu dengan sangat cepat, Chan dan Minho masih belum mengaku. Minho tidak masalah sama sekali, keputusan ada di tangan Chan. Minho memang sangat pengertian, itulah salah satu dari ribuan alasan Chan menyukai Minho.

Pangeran manis itu kini sedang menikmati pemandangan malam hari di halaman belakang istana, dia duduk di bangku yang berada di dekat pintu dengan seekor rubah gurun bernama Luna.

Sebenarnya alasan Minho berada disini sekarang karena Minho dengar akan ada hujan bintang jatuh di langit malam hari ini, dan kebetulan Minho suka dengan bintang jatuh. Jadi Minho memutuskan untuk menikmati langsung di tempat terbuka di bandingkan di kamarnya.

Minho benar-benar menikmati kesunyian malam hari, semuanya begitu tenang dan yang terdengar hanya suara beberapa serangga malam yang terdengar mengalun indah di telinganya. Minho sibuk menikmati semuanya sendirian dengan Luna, sampai tiba-tiba ada selimut yang menutupi kedua bahunya.

"Chan?"

"Udara malam dingin, Minho. Lain kali pakai baju lapis atau mantel" peringat Chan sambil duduk di samping kekasihnya. "Aku sudah terbiasa, Chan di kerajaanku juga aku sering seperti ini" sahut Minho berusaha meyakinkan dia baik-baik saja dengan udara malam.

"Lalu kamu akan terus melakukan ini bahkan saat nanti kamu hamil dengan anakku?" pipi Minho langsung bersemu merah mendengar ucapan Chan. "Apa sih" Minho langsung melayangkan pukulan pelan di bahu Chan.

"Kamu keberatan jika kutemani?" Minho menggeleng sambil tersenyum tipis, "Tidak sama sekali" Chan perlahan mendorong kepala Minho ke arahnya, membiarkan pangeran manis itu bersender pada pundaknya.

"Ah, Chan!! Bintang jatuh!!" seruan Minho sambil menunjuk ke arah langit membuat Chan langsung mendongakkan kepalanya menatap langit. Hujan bintang jatuhnya sudah mulai ternyata, satu persatu bintang jatuh mulai terlihat.

"Why don't you make a wish, dear?" ucap Chan menawarkan ide. Merasa itu ide yang bagus, Minho memejamkan matanya. Entah berharap apa dalam hatinya, hanya Minho yang tau kan?

"Sudah?" yang lebih tua langsung bertanya saat melihat Minho membuka matanya kembali.

Minho mengangguk, "Ayo, kamu juga buat permohonan Chan!! bintang jatuhnya ada banyak!!" ajak Minho dengan antusias.

Jika Minho yang meminta mana bisa Chan menolak. Chan mulai memejamkan matanya, setelah beberapa saat putra mahkota rupawan itu kembali membuka matanya.

"Hey"

"Hm?"

"Can I kiss you?"

Minho langsung mematung mendengar pertanyaan Chan, haruskah dia bersedia? Atau menolaknya? Tapi...bagaimanapun Chan sudah sah menjadi kekasihnya.

"Y-yes..." jawab Minho pelan sambil menunduk.

Chan mengangkat sebelah tangannya guna mengangkat dagu yang lebih muda agar Minho mendongak menatap matanya langsung. Pandangan keduanya terkunci, Chan perlahan-lahan maju mengikis jarak di antara mereka.

Sampai akhirnya kedua belah bibir itu bertemu untuk yang pertama kalinya. Awalnya hanya sedekar menempel, tapi Chan memberanikan diri melumat bibir tipis yang lebih muda pelan. Minho perlahan juga mulai rileks dan melingkarkan kedua lengannya di leher yang lebih tua.

Kedua lengan Chan juga kini melingkar di pinggang ramping Minho. Keduanya berpangutan mesra di bawah langit malam, menjadikan bulan, bintang jatuh dan Luna, si ruban gurun sebagai saksi bisu mereka.

Mereka begitu larut dalam suasana, sampai tidak sadar ada yang melihat mereka sedari tadi.

Nayeon.





Kingdom





Pagi ini semuanya berkumpul di ruang makan untuk sarapan seperti biasanya. Tapi suasana pagi ini begitu sunyi. Tidak ada yang membuka pembicaraan sampai sarapan selesai.

"Maaf menggangu, tapi saya ingin mengatakan kalau saya, Nayeon. Akan mengundurkan diri dari perjodohan ini dan kembali ke kerajaan Anulika"

Ucapan Nayeon yang tiba-tiba sukses buat yang lainnya terkejut.

"Ada apa tiba-tiba putri Nayeon?" tanya Hendry.

"Tidak ada apa-apa. Saya hanya merasa tidak bisa melanjutkan lebih jauh atau lebih lama lagi. Saya mohon maaf sebesar-besarnya pada paduka raja dan ratu" jawab Nayeon sopan.

"Haaah, baiklah jika itu yang putri Nayeon putuskan. Terima kasih sudah mau bergabung diperjodohan ini dan tinggal di sini selama satu bulan lebih"

"Tidak, semua kehormatan berada pada saya. Saya sangat berterima kasih anda sekalian sudah menjaga saya dengan baik. Saya permisi, masih banyak barang yang harus saya kemas" Nayeon kemudian langsung keluar dari ruang makan meninggalkan yang lainnya.

"Eum...ibunda, nanti aku dan Jeno akan pergi ke kerajaan Osmond dan menginap di sana selama beberapa hari, tidak masalahkan?" tanya Mikyung pada sang ibunda.

"Loh? Kenapa tanya ibunda sayang? Tanyalah kepada ayahmu"

"Tidak mau ayah menyebalkan. Kalau aku minta izin padanya tidak akan pernah diizinkan" jawab Mikyung tajam. Padahal Hendry masih di sana bahkan hanya berjarak 3 kursi dari tempatnya duduk.

Wendy menghela nafas sambil menggeleng, "Baiklah, jaga diri yang benar ya? Jeno, ibunda titip putri ibunda yang sangat berharga ini padamu selama di sana" Jeno mengangguk yakin.

"Tenang saja, ibunda. Mikyung aman selama bersama saya, dia akan saya jaga dengan seluruh jiwa dan raga saya"

"Ibunda percaya padamu, ingat. Jangan mengecewakan ibunda"

"Tidak akan pernah dalam ribuan tahun sekalipun, ibunda. Ayo, sayang, kita juga harus mulai mengemas beberapa pakaian" ajak Jeno sambil mengulurkan tangannya. Uluran tangannya diterima dengan senang hati oleh sang tunangan. Keduanya kemudian ikut meninggalkan ruang makan.


.

.

.



"Tiga hari yang lalu aku yang bengong, sekarang kamu yang bengong. Kalau ada yang menggangu pikiranmu katakan Minho, i'm your home too, dear" teguran Chan langsung membuyarkan lamunan Minho seketika.

Kedua sedang berada dikamar Chan omong-omong, Minho baru saja melihat Nayeon masuk ke dalam kereta kuda dan meninggalkan istana Adelard. Putri itu sendiri yang meminta untuk tidak diantar kepergiannya seperti Myunghee.

"Tidak apa, hanya kepikiran apa alasan tiba-tiba putri Nayeon memutuskan untuk mengundurkan diri" jawab Minho sambil duduk di tepi kasur Chan. Chan mengernyitkan dahinya, "Bukankah dia sudah bilang alasannya tadi saat minta izin pulang?"

"Memang, tapi aku rasa itu bukan alasan jujur. Biasanya dia tidak mau menyerah sama sekali. Kenapa tiba-tiba langsung menyerah dengan begitu mudah? Kamu tidak melakukan sesuatu kan?"

"Tentu saja tidak! untuk apa?! itu hanya membuang waktuku, lebih baik aku habiskan bersamamu. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan Minho"

"Baiklah, baiklah" jawab Minho menurut.





-------------------------------------
Author's note: Saingan sudah berkurang satu lagi :) sebentar lagi naik ke tingkat baru lagi nih hubungan Chan dan Minho ^3^

Kingdom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang