Trente et un

1.1K 130 96
                                    

"KAK MINHO!!"

Mikyung langsung berlari dengan cepat ke arah Minho, apapun yang terjadi Minho harus selamat meskipun taruhannya-

'JLEB!!'

Mikyung membelalakkan matanya, dia berhasil, dia langsung melayangkan pedang miliknya sehingga Daehan tumbang dan mencegah Daehan melukai Minho. Rasanya begitu mustahil dan ajaib dia bisa mencegah Daehan melukai Minho. Nafas Mikyung terengah, bahkan rasanya sesak.

"M-Mikyung?" Minho mengangkat kepalanya menatap punggung adik iparnya itu yang berdiri di depannya dengan pedang berlumuran darah.

"M-Mikyung? Mikyung?"

"U-ukhh..."

"MIKYUNG?! HEI!! ASTAGA MIKYUNG!!" pekik Minho terkejut, merasa ada yang tidak beres dengan adik iparnya itu. Pisau, ada pisau kecil yang menancap di perut Mikyung. Bahkan putri itu sedang memegang gagang pisau itu. Telapak tangannya sudah penuh dengan darah.

"Uhuk..khh" Mikyung terbatuk, darah juga mulai keluar dari mulutnya.

"M-Mikyung" Mikyung perlahan mengangkat kepalanya menatap kakak iparnya dengan wajah yang mulai memucat dan senyuman tipis, buliran keringat terlihat dengan jelas di dahinya.

"Kak-Minho...syukurlah...kau...selamat" lirih Mikyung dengan pelan.

Didetik berikutnya, Mikyung selama ini Minho kenal sebagai gadis yang sangat kuat tumbang. Minho langsung menangkap Mikyung, membiarkan pakaiannya terkena darah segar yang terus mengalir dari perut Mikyung.

"MIKYUNG!! JENO!! TOLONG JENO!!" teriak Minho sekuat tenaga.

"APA YANG-MIKYUNG!!" betapa terkejutnya Jeno saat melihat Mikyung tidak sadarkan diri berlumuran darah di pegangan Minho.

"Mikyung? Hei...bangun sayang. HEI!! JANGAN TINGGALKAN AKU!! SADARLAH!! Aku mohon, bertahanlah..." bila waktu itu Chan begitu takut saat Minho pendarahan. Sekarang giliran Jeno, dia takut. Bagaimana jika Mikyung meninggalkannya hanya karena pertempuran ini.

Sementara itu, Minho sudah terduduk lemas. Permaisuri itu menangis dalam diam, suara-suara dan kenangan bersama Mikyung langsung terlintas kembali di dalam kepalanya.

"Kak Minho!!"

"Kak Minho! Jadi nggak?"

"Ih kak, salah bukan begitu cara rajutnya!"

"Tapi bagus juga idenya, aku juga udah nggak sabar ingin lihat wajah keponakkanku dari kakak dan kak Chan nih"

"Tenang aja, bakal aku bantuin bikin surprise ulang tahun kak Chan"

"Aku sayang kak Minho!"

"Selamat ya, kak!! Aku turut senang kakak hamil!"

"Kak Minho, syukurlah kakak selamat"

Tangisan Minho semakin deras, Mikyungnya, Mikyung adik iparnya yang cantik, manis, pemberani, periang, ceria. Kini begitu diam rona merah pada wajahnya sudah hilang tergantikan dengan wajah pucat. Nafasnya juga mulai melemah.

"Minho? Apa yang terjadi?! Apa kamu terluka?!" Minho langsung mengangkat kepalanya mendengar suara yang amat sangat familiar itu.

"C-Chan" lirih Minho pelan, air matanya masih mengalir dengan deras.

"Kenapa? Ada apa?!" tanya Chan dengan panik, dia langsung memeluk tubuh Minho. "M-Mikyung Chan, Mikyung, adikmu itu..." lirih Minho sebagai jawaban.

"M-Mikyung? Ada apa dengan Mikyung?"

Minho sudah tidak sanggup berkata apapun lagi, dia hanya bisa menunjuk ke arah Mikyung dan jeno sebagai jawaban sebelum ikut jatuh pingsan. Kedua mata Chan kembali membelalak saat menoleh ke arah yang Minho tunjuk, dia melihat Jeno.

Kingdom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang