"Lalisa bangun!"
Jennie berteriak keras sampai melempar bantal tepat ke wajah Lisa. Jennie bukan tega, dia hanya khawatir saat Lisa tidak pulang semalam bahkan ketika Jennie hendak berangkat kerja pagi tadi ia melihat Lisa turun dari taksi tanpa membawa mobilnya-meski sebenarnya Jennie lebih cemas mengenai keberadaan mobilnya maka selepas pulang kerja Jennie melempari wajah Lisa dengan bantal.
"Errr...nuguya?" Lisa mengerang kecil, tubuhnya dibungkus oleh selimut tebal yang digulung. Sebelum tidur juga, Lisa sudah melapisi jejak-jejak kemerahan itu dengan foundation supaya ia tak khawatir dan harus menyiapkan alasan apa kalau ada yang datang ke kamarnya tanpa izin.
Seperti Jennie sekarang, misalnya.
"Mobilku kau kemana'kan Lalisa!?" Jennie berteriak, ia merunduk dan meraih telinga Lisa. Menariknya seperti biasa sampai keponakannya itu sadar dari tidurnya.
Masih dalam keterkejutannya, Lisa mengubah posisinya jadi duduk, matanya masih meremang-remang. Lisa mengucek matanya yang berat, "Siapa disana? Aku ingin tidur biarkan aku-"
Jennie tertegun, wanita itu langsung naik ke sisi ranjang Lisa tepat dihadapannya. Jennie mengangkat dagu Lisa hingga wajahnya terlihat jelas, Jennie tersentak kemudian. "Lisa apa ini? Kau tidur sambil menangis atau kau menangis sebelum tertidur?"
"Benarkah?" Sahut Lisa malas, tidak peduli. Toh, ia sendiri juga tidak tau maka kemungkinannya besarnya ia menangis saat sedang tidur.
Jennie mengangguk ia kelihatan prihatin pada keponakannya, "Aku tidak tau apapun tapi rasanya seperti kau terbebani sesuatu?" Tebaknya setelah cukup lama diam mengamati wajah Lisa. "Kau sedang cemas?"
Lisa tidak tau, sungguh. Ia mengangkat bahunya sambil menggeleng pelan, "Tidak ada aunty mungkin yang seharusnya cemas itu aunty, bagaimana aunty bisa sampai apartemen dihari kita minum-minum malam itu padahal aku juga mabuk berat dan ...ah lupakan soal aku!"
Pipi Jennie memerah, ia jelas tau siapa yang membawanya pulang. Jennie dibawah oleh Yoongi, ia menginap diapartemen pria itu dan tentu saja tak ada yang boleh tau kisah cintanya termasuk Lisa.
"Itu-itu ah iya, ngomong-ngomong kau tau tidak cincin tunangannya sudah sampai kemari lho, aunty sudah lihat dan itu bagus sekali!" Jennie mengalihkan topik dengan cepat, ia hanya tersenyum canggung setelahnya lalu mengalihkan perhatian Lisa dengan menyingkap selimutnya dan berpura-pura merapihkannya sambil mengomel.
Lisa menggigit bibir dalamnya, ia punya kesempatan untuk mencuri cincinnya malam ini akan tetapi hatinya masih sayu untuk saat ini. Lisa menggeleng cepat, "Fokus! Aku harus fokus dan mengambil cincin itu atau setidaknya membuangnya saja sekalian!"
"Eh apa ini? Kau digigit nyamuk?" Celetuk Jennie dengan ekspresi keterkejutannya, ia menunjuk tepat pada bahu Lisa yang kaosnya sedikit melorot.
"Yaampun, aku kan cuma menutupi yang leher" - Lisa bermonolog dalam hatinya, ia pura-pura terkejut juga agar Jennie tak curiga.
"Ah ini aku tidak tau aunty mungkin saja digigit kupu-kupu!" Lisa melempar cengiran yang menampilkan deretan gigi rapihnya, ia segera membenarkan kaosnya yang menurun lalu bangkit dari posisi duduknya menjadi berdiri, ia terlihat berjalan melewati Jennie yang terdiam memikirkan sesuatu.
Jennie melempar selimut yang dipegangnya ke kasur, ia berbalik dan menepuk bahu Lisa. "Kau mau bodohi aku ya? Kupu-kupu tidak menggigit Lisa, kau digigit oleh apa?"
Lisa terlonjak, ia sedang melamun saat dapat tepukan. "Aku digigit Jung-eh! tidak-tidak!" ia nyaris keceplosan barusan sampai harus membekap mulutnya sendiri dan menggeleng kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET REVENGE
Fanfiction✔️[M]Lisa hanya ingin balas dendam pada Jisoo dengan merebut calon suaminya setelah dimasa lalu kekasihnya direbut oleh wanita itu akan tetapi siapa sangka kalau lelaki yang menjadi calon suami kakaknya adalah Jeon Jungkook, korban muntahannya pada...