SERE | 27 ~ Kill Me and Disappointed

6.8K 787 144
                                    

Catatan dan tumpukkan berkas serta laptop menyala sudah biasa dimata Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Tuan Kim. Matanya terlihat jengah mengerjakan pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, bahkan sampai menjelang pagi ia masih setia duduk disini karena ingin memberikan yang terbaik untuk kedua putrinya yakni Jisoo dan Lisa.

Hingga ketukan dipintu membuat matanya langsung refleks menatap ke arah kanan dimana letak pintu berada, ketukannya terdengar halus tetapi juga tidak sabar.

Tok Tok Tok

"Dad, boleh aku masuk?" Itu suara Lisa, sudah lama sekali Lisa tidak menggunakan panggilan itu pada Tuan Kim bahkan saat Lisa pulang kemari, ia memanggil Tuan Kim dengan sebutan Ayah. Ya, meski sewaktu kecil Lisa lebih fasih dengan menyebut Tuan Kim menggunakan panggilan ayah.

Senyuman Tuan Kim merekah, pria itu langsung menutup laptopnya dan bergegas menuju pintu untuk membukanya. Menyambut Lisa dengan senyum hangat lantas dipersilakan untuk masuk, "Silakan masuk Nak..ayah senang kau datang" Tuturnya menyambut.

Tapi Lisa sama sekali tidak tersenyum, Lisa memegang sesuatu ditangannya yaitu ponsel dan sebuah kertas yang dilipat jadi persegi empat.

"Tapi aku datang bukan untuk membuatmu senang," Ucapan serius Lisa jelas membuat ekspresi Tuan Kim berubah drastis dari yang tadinya cerah perlahan jadi penuh tanya.

"Maksudmu apa nak?" Tuan Kim mencoba positif, ia berjalan menyusul Lisa sedang pintunya langsung kembali tertutup sendiri. "Ada sesuatu yang menganggumu?"

Lisa berhenti dilangkahnya, tangannya yang tak memegang apapun mulai mengepal. Lisa tidak boleh lampiaskan pada ayah angkatnya, ia hanya berniat memaparkan segalanya jadi, wanita itu serta-merta berbalik tanpa mengubah ekspresi dinginnya.

"Kau tau Dad, ini menyakitiku.." Lisa mengangkat pergelangan tangannya yang dibalut perban seadanya, terdapat bercak darah kering disana karena Lisa dengan sengaja menambahkan lagi lukanya supaya terlihat lebih dramatis.

"Hah? Bagaimana kau dapat luka itu?" Kekhawatiran itu membuat Tuan Kim langsung meraih hati-hati tangan Lisa dan memerhatikannya. "Lukanya pasti dalam sekali, aku akan panggilkan doktet"

"Aku tidak membutuhkan obat, aku cuma mau keadilan darimu saja sebagai ayah angkat yang memiliki tanggung jawab atas diriku" Ujar Lisa, ia menunjukkan layar ponselnya yang memutar hasil rekamannya hari itu.

"Dad, Lihat? sakit" Lantas ia tertawa miris sementara Tuan Kim menatap ponsel itu dengan tidak percaya, hingga Lisa mengulurkan kertas sedikit lecek itu kepada Tuan Kim. "Ini juga milik kakak, kau tidak tau, Dad?"

Tuan Kim bungkam, keringat dingin mengalir dipelipisnya sedangkan kedua tangannya gemetar tetapi netranya tidak lepas dari kekerasan yang Jisoo perbuat pada Lisa. Tuan Kim tidak mau percaya tetapi luka dan bukti video itu membuat ia tidak bisa mengelak atau membela siapapun.

"Kalau kau berpikir itu pertama kalinya, kau salah. Setelah aku berakhir dirumah ini, luka-luka itu selalu aku terima tapi aku diam sampai hari ini kuungkap semuanya. Aku lelah, aku manusia bukan hewan apalagi benda mati..kau mengerti maksudku, Dad?" Lisa meraih ponselnya dan menyimpannya didalam saku. Lisa tidak ingin ayah atau siapapun, Lisa mau keadilan dan Tuan Kim harus memberikan hak itu pada Lisa.

Berganti menerima kertas berisi diagnosis penyakit mental Jisoo, Tuan Kim menggeleng pelan. "Tidak mungkin" Gumamnya. Beliau sangat kaget, mustahil kalau penyakit itu menurun pada anaknya juga.

Lisa menghela napas, tangannya saling bertumpuk didepan dada tanpa ada wajah kasihan ataupun sungkan. "Aku memberimu tawaran Dad, penjara atau rumah sakit jiwa?"

SWEET REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang