"Nona, anda tidak bisa seperti ini" Seorang perawat membujuk Lisa, menahan lengan wanita itu agar tidak memaksa lebih dari ini. Sambil mencoba mengingatkan, "Kondisi Nona tidak memungkinkan untuk dilakukan pendonoran darah, Nona sedang mengandung dalam usia muda, itu bisa membahayakan bagi janin diperut Nona"
Persetan dengan tes sialan, kenapa juga Lisa mengambil tes itu. Harusnya Lisa langsung minta dokter menusuk lengannya saja.
"Nyawanya bergantung padaku, orang macam apa kau ini?" Lisa membalas dengan sentakkan berupa bentakkan, menegaskan. "Setega itu, kau dengan mudah bilang aku tidak bisa memberikan darahku? Apa kau tidak punya pekerjaan lain sampai sibuk mengatur urusan orang?"
Perawat wanita itu menghela napas, kepalanya sakit berdebat dengan kekeras-kepalaan Lisa. Tetapi karena tugasnya, dia terpaksa mau tak mau melembutkan suaranya padahal yang kasar sejak awal disini adalah Lisa.
"Dengarkan dulu nona, janinmu masih sangat muda. Kekurangan darah bisa memperlemah kondisi calon bayimu, akan ada resiko besar nantinya bahkan keguguran" Jelasnya pada Lisa yang langsung terdiam seketika, tidak meronta lagi.
Lisa terdiam, wanita itu tercenung dengan tatapan menyapu lantai. Lisa menggigit bibirnya, dia menimang dengan baik apa saja sebab-akibat yang akan dia dapatkan setelah mengambil sebuah keputusan besar.
"Kalau Jungkook mati..." — Tidak bisa dibayangkan, Lisa menggeleng tidak mau tetapi pikirannya juga diganggu kalau calon bayinya terkena masalah serius nanti.
Satu menit berlalu, setelah hatinya ikut berkecamuk Lisa sampai pada ambang pengambilan keputusannya. Ya, Lisa sudah mendapatkan sebuah kesimpulan.
"Lisa, kau bisa minta buatkan banyak anak dari Jungkook. Ya, itu dia..."
Lisa melepaskan pegangan perawat itu dari lengannya, menatap perawat itu dengan sorot mata yakin. "Apapun resikonya, tolong ambil darahku sebanyak yang dibutuhkan."
Perawat itu terkejut, dia tidak menyangka dengan keputusan Lisa. Perawat itu ingin bertanya kembali, apakah Lisa akan merubah keputusannya atau tidak tetapi Lisa sudah lebih dulu masuk ke dalam bilik pendonoran darah.
Ibaratnya, Jungkook itu pohon. Janin didalam kandungannya adalah benih. Saat pohon berbuah, dia akan menjatuhkan benih yang kemudian menjadi cikal bakal kehidupan baru.
Beberapa saat lalu Lisa dihadapkan dengan dua pilihan, memilih antara pohon atau benih. Bila pohon mati, benih akan tumbuh menjadi pohon baru tetapi kenangan akan pohon lama serta rasa sesalnya tidak akan hilang.
Maka keputusannya sudah bulat, Lisa memilih pohon. Pohon harus tetap hidup, menghasilkan benih yang banyak. Banyak sekali, karena itu Lisa mempertahankan Jungkook.
"Jangan benci aku kookie" — Lisa mendesah berat, hidung dan kelopak matanya berkerut saat jarum suntik menembus kulit lengannya. Dia hampir menangis, tetapi semua terkikis karena gengsi.
Malu, sudah besar.
Nyonya Jeon mengintip dari bagian kaca dipintu, dia tidak bisa melihat seluruh prosesnya tetapi Lisa itu memberikan darahnya dengan sukarela.
"Jisoo berbohong" Gumamnya sambil menarik diri menjauh, Nyonya Jeon berbalik lalu berjalan dengan cepat. Wanita itu tak sempat memberitahu siapapun karena ponselnya tertinggal dirumah, dia buru-buru.
Dan sekarang dia harus kembali lagi ke rumah untuk memastikan sesuatu. Hanya butuh sekitar lima belas menit perjalanan naik taksi untuk kembali memijak teras megahnya mansion rumah mewah keluarga Jeon.
Sangat sepi, ah tidak. Tidak sesepi itu karena terdengar teriakan dari arah salah satu jendela kamar yang ada dilantai dua. Suaranya Jisoo.
"Lepaskan sialan!" Teriak Jisoo memberontak penuh amarah, dia membanting segalanya ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET REVENGE
Fanfiction✔️[M]Lisa hanya ingin balas dendam pada Jisoo dengan merebut calon suaminya setelah dimasa lalu kekasihnya direbut oleh wanita itu akan tetapi siapa sangka kalau lelaki yang menjadi calon suami kakaknya adalah Jeon Jungkook, korban muntahannya pada...