DUSK TILL DAWN | 29

807 105 61
                                    

JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG SEBELUM MEMBACA!❤️

EPISODE 29 : PUTUS ASA

Jika bahagia saja mampu mencinta tangis, apalagi kesedihan yang begitu mendalam?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika bahagia saja mampu mencinta tangis, apalagi kesedihan yang begitu mendalam?

=||~•~||=

Jakarta, 2006

Seorang anak laki-laki berusia sekitar lima tahun, memakai seragam sekolah dengan rompi kotak-kotak. Anak yang masih berada di bangku taman kanak-kanak itu tampak santai melahap sarapannya berupa roti panggang dengan topping selai nanas kesukaannya ditemani susu coklat hangat membuat paginya terasa sempurna.

Lebih sempurnanya lagi, kedua orang tua yang sangat dia sayangi duduk di hadapannya. Menikmati sarapan bersama mereka mungkin sudah menjadi rutinitas sehari-hari tapi tetap saja akan selalu terasa hangat bagi anak pemilik mode rambut  buzz cut rapi itu.

Ditaburkan dengan senyuman cerah yang selalu dipamerkan oleh anak kecil tersebut.

"Ibu senang lihat kamu setiap hari senyum manis kayak gitu. Artinya setiap hari kamu bisa bersyukur dengan hal-hal sederhana yang kamu dapatkan." Wanita yang sibuk mengolesi madu pada roti gandumnya berucap demikian.

Abimanyu meneguk pelan susu coklatnya. "Hal sedelhana sepeti bisa makan di meja makan baleng kalian setiap hali," sahutnya sedikit cadel. Ia masih kesulitan untuk mengucapkan huruf 'r' apalagi mengucapkannya berkali-kali.

"Abi, Ayah mau tanya sesuatu sama kamu." Pria dewasa yang baru selesai meletakkan gelasnya setelah menyeruput kopi itu bertanya kepada anak tunggalnya.

"Apa yah?" tanya Abi balik disertai kerutan pada dahinya.

"Nanti kalau kamu sudah besar, apa yang ingin kamu raih?"

Tampak Abimanyu sedang menghabiskan roti yang ada di dalam mulutnya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Tentu saja ingin membuat Ayah dan Ibu bangga! Aku bakal jadi penerus Ayah! Aku bakal jadi penerus Danendra Group yang hebat seperti Ayah. Aku akan belajar giat untuk itu!" sahut anak itu dengan semangat membara.

Wanita berambut panjang lurus dengan warna hitam pekat itu tersenyum. Mengambil selembar tisu sebelum membersihkan selai nanas yang melekat di sudut bibir Abimanyu. "Kamu boleh, justru harus memiliki cita-cita yang sangat tinggi... tapi kamu jangan sampai lupa bahagia itu penting. Kamu bisa jadi orang hebat, jadi apapun, tapi yang paling penting adalah kebahagiaan, percuma jika kamu sukses namun menjalaninya dengan merasa terbebani."

Abimanyu menggeleng. "Tidak. Malah Abi melasa seneng! Jika Ayah dan Ibu bisa bikin Abi bahagia... udah seharusnya bukan Abi bikin kalian melasa bahagia!"

Linda tersenyum haru menatap putranya, suatu hal unik untuk anak se-usia Abimanyu yang telah memikirkan dan memiliki tekad kuat untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Linda tidak mengharapkan putranya tumbuh menjadi anak paling hebat, paling pintar, sukes dan sumber kekayaan nantinya.

DUSK TILL DAWN [HSG2] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang