🌸
"Lo, nggak bilang ke Alexi. Kalau sebenarnya bisa berenang?" tanya Darren dengan alis terangkat. Tatapan menantang tercetak jelas di rawut wajah cowok itu.
"Lo bisa berenang?" timpal Alexi.
"A-aku nggak bisa berenang. Darren bohong," elak Halen dengan menggelengkan kepala.
Darren berdesis. "Mau bohong sampai kapan lagi, Halen. Kalau Alexi tau kebenarannya di saat lo bohong, siap-siap bakal di benci!" serunya.
Halen menggeleng kembali. "Nggak! Aku nggak bisa berenang. Kamu kok malah salahin aku dan buat kebohongan!" timpal baliknya.
Darren mengepal kan kedua tangan nya. Sungguh, gadis di depannya ini sangat menyebalkan. Kalau saja dia bukan seorang perempuan, sudah di pastikan Darren akan langsung memberikan bogeman kuat.
"Ren, jangan nuduh orang," ucap Alexi dingin yang sontak membuat Darren menatap tajam Alexi.
"Lo bela dia?!" tanya Darren tidak percaya.
"Gue nggak bela siapa-siapa. Tapi jangan memojokkan orang," balas Alexi tegas.
Halen mendekat kan tubuh nya pada Alexi dan ingin menggandeng lengan cowok itu. Namun Alexi menolak untuk di pegangan. "Jangan sentuh gue," seru nya.
Terpaksa Halen melepaskan tangan Alexi dengan cemberut.
Darren menatap serius Alexi. "Gue cuman mau bilang. Jangan mudah terpengaruh sama sikap manis tuh cewek. Lo belum tau sifat asli dia," ucapnya dengan penekanan.
"Dan buat lo!" tunjuk Darren pada Halen. "Jangan pernah sentuh Zeelina lagi, sekalipun orang tua gue dekat dengan orang tua lo," lanjutnya tegas. Karena Adelard dan Kavin sering berlatih menembak bersama, jadi hubungan nya lumayan dekat.
Setelah memperingati Halen. Darren memilih pergi untuk menemui Zeelina yang sudah keluar ruangan dengan Kenzo.
Keadaan di dalam ruangan xox sangat hening dan mereka yang di sana juga tidak tau permasalahan yang terjadi antara Halen dan Zeelina.
Setelah Darren pergi, kini Alexi yang menatap tajam Halen. "Jangan gunain kesempatan lo, buat persahabatan gue hancur. Gue dekat karena bunda. Bukan karena lo, ingat!" ucap nya dan langsung pergi meninggalkan Halen.
🌸
Zeelina sedang berada diluar tepatnya di rooftop dengan Kenzo hanya mendengarkan gerutu nya Zeelina. Rasa kesal di hati Zeelina terhadap Halen belum juga hilang.
"Sumpah kak! Dia nuduh aku. Udah jelas-jelas dia sendiri yang ke tempat dalam itu. Terus aku bilangin, ehh! Dia malah ngeyel dan nggak mau dengerin ucapan aku," Adu Zeelina pada Kenzo.
Kenzo yang melihat Zeelina marah-marah hanya bisa tersenyum tipis. Sangat jarang sekali adiknya marah-marah seperti ini. "Iya kakak tau. Kamu nggak mungkin kaya gitu," balas Kenzo membela.
Zeelina mengangguk dan duduk di kursi taman dengan kasar. Ia lelah karena sudah emosi. "Kok bisa sih! Cashel dekat sama Halen," tanyanya lagi dengan heran.
"Aku baru tau, Halen muka dua. Memutar balikan fakta banget!" lanjutnya.
Kenzo ikut duduk di sebelah Zeelina dan memberikan segelas minuman ke tangan Zeelina. "Terus kamu mau apa? Marah-marah kaya tadi? Mau narik rambut dia?" tanyanya dengan tatapan lembut.
Zeelina menghela nafas dan minum sebentar minuman pemberian Kenzo. Marah-marah membuat nya haus.
"Maaf, tadi Zee kelepasan. Habis nya kesal banget!" balasnya setelah selesai minum. Nada nya juga sudah sedikit menurun.
Kenzo memakluminya. "Kalau bisa jangan pakai kekerasan. Ingat apa kata bunda, bersikap elegan dalam melawan musuh," ucap nya.
"Iya, iya. Tadi khilaf tau. Jangan aduin ke bunda ya," balas Zeelina dengan wajah memelas.
Kenzo terkekeh dan mengusak surai hitam Zeelina. "Iya, tenang aja. Tapi jangan di ulangi lagi. Jangan buat perpecahan karena emosi sesaat, okee?"
Zeelina mengangguk. "Iya kak Ken. Makasih udah tenangin Zee."
Mata Kenzo yang tadi nya menatap Zeelina teralih dengan seseorang yang berada di belakang Zeelina. Orang itu baru saja membuka pintu rooftop.
"Ada Alexi. Kakak tinggal ya," ucap Kenzo yang mengerti akan kedatangan Alexi.
Zeelina menoleh dan mata nya langsung mengerjap. "Ehh, kakak di sini aja. Zee masih mau sama kak Ken," tahan Zeelina. Namun Kenzo menggeleng. "Alexi kayanya mau ngomong sama kamu, kakak tunggu di bawah. Jangan lama-lama," balas nya dan melepaskan pelan tangan Zeelina. Membiarkan Zeelina dengan Alexi.
Zeelina cemberut. Padahal ia ingin menjauh sementara dari Alexi. Tapi kakak nya malah mendekat kan cowok itu padanya.
Zeelina langsung menegakkan duduknya saat kursi sebelahnya di isi Alexi. Keheningan terjadi beberapa saat. Tapi Zeelina sangat tidak suka kecanggungan.
"Ada apa?" tanya Zeelina datar. Bahkan tatapan nya hanya ke depan.
"Kesal banget kayanya, sampai ngomong ke gue ketus," ucap Alexi.
Zeelina melirik sekilas Alexi, setelah nya berdesis. "Kalau nggak ada yang mau di omongin, aku mau balik ke ruangan."
Alexi menghela nafas. "Gue percaya, kalau bukan lo yang lakuin itu," ucap nya tiba-tiba.
Zeelina langsung menatap Alexi. Begitupun Alexi yang juga menatap Zeelina.
"Ka-kamu percaya?" tanya Zeelina memastikan.
Alexi berdehem. "Gue percaya. Cewek kaya lo, nggak mungkin celakain orang."
Kedua sudut bibir Zeelina berkedut. Ingin sekali ia tersenyum, tapi sekarang ia dalam mode cuek. Jadi Zeelina harus totalitas dalam menjalankan rencana nya.
"Ohh."
Kening Alexi mengkerut. "Itu aja?"
"Iya." Singkat dan padat.
Tapi Alexi yang hanya di respon dengan ucapan singkat mulai tidak suka.
"Sejak kapan lo ngomong singkat gitu? Biasanya balas nya panjang lebar sampai capek gue dengar nya," tanya Alexi heran.
Zeelina bangun dari duduknya. "Sejak kamu dekat Halen. Kayanya aku udah di gantikan sama dia. Jadi lebih baik menjauh daripada di sakitin terus sama kamu," jawab nya jujur dan ingin pergi. Namun tangan Zeelina di tahan Alexi dan tubuh nya di hadapkan ke cowok itu. Bahkan kedua tangan Alexi juga berada di bahu Zeelina.
Mata Zeelina melebar. Ia menelan saliva nya. Tatapan Alexi berubah tajam dan berbeda dari tatapan biasanya.
"Ke-kenapa?" tanya Zeelina gugup campur takut.
Alexi tidak menjawab, cowok itu hanya menatap Zeelina tajam.
"Kalau nggak ada yang penting, aku mau—"
"Lo mau menjauh dari gue?" potong Alexi dengan meremas kedua bahu Zeelina.
Zeelina meringis. Bahu nya terasa sedikit sakit. "Kalau iya kenapa?" tanya balik Zeelina yang memberanikan diri nya.
Alexi semakin mencengkram kedua bahu Zeelina.
"Cas, sa-kit," ucap Zeelina kesakitan.
Alexi langsung melunak saat mendengar Zeelina kesakitan, ia juga mengendurkan cengkeramannya. "Zeelina..."
Zeelina langsung mengatupkan bibirnya. Ia tidak bisa berkutik jika seorang Alexi Cashel Liam memanggil nama panjang nya.
"Jangan menjauh dari gue."
🌸
Vote and comments
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟶𝟺. ᴍʏ ᴄʜɪʟᴅʜᴏᴏᴅ ғʀɪᴇɴᴅ [ᴇɴᴅ]✔
Teen FictionSequel cerita 'Alvaro'. "Cashel, kamu mau kan anterin aku ke toko buku?" Zee. "Nggak!" Alexi. "Kenapa?" "Males!" "Ihh! Ayoo dong! Cashel anterin. Aku butuh banget bukunya!" Zee. "Lo kenapa panggil gue, Cashel sih?! dan lo bisa sama orang lain pe...