🌸
"Kamu lihatin aku nya biasa aja, Cashel," dengus Zeelina. Sedari ia sadar, cowok itu selalu menatap nya dengan lekat. Bahkan gerak-geriknya pun tidak pernah lepas dari mata elang cowok itu. Oiya, Darren sudah pulang dari setengah jam yang lalu.Alexi menghela nafas. "Gue khawatir," ucapnya datar.
Zeelina menarik sudut bibirnya hingga membentuk bulan sabit. Setelahnya menggerakkan tangan nya agar Alexi mendekat pada nya.
"Ngapain?" tanya Alexi heran.
Zeelina berdecis. "Nurut aja bisa."
Alexi menghela nafas kembali dan terpaksa mendekat. "Tutup mata," pinta Zeelina.
"Mau apa sih?" tanya Alexi lagi.
"Nurut ih! Susah banget di bilangin," kesal Zeelina karena Alexi banyak tanya.
Terpaksa Alexi menutup mata nya. "Udah, mau—"
"Makasih, udah peduli sama aku," ucap Zeelina memotong ucapan Alexi dengan memberikan kecupan tepat di bibir cowok itu dengan sekilas.
Alexi membuka mata nya. Ia menatap Zeelina dengan terkejut, sedangkan tersangka yang membuat Alexi mematung hanya cengengesan. "Lo..."
Zeelina menaikan alisnya dengan tersenyum. "Hm? Apa? Kenapa?" goda Zeelina dengan kekehannya.
Grep!
Pelukan di berikan Alexi tiba-tiba dengan sangat erat. Zeelina tentu terkejut, tapi setelahnya membalas pelukan Alexi. "Gue takut lo kenapa-napa tadi. Apa lagi saat wajah lo pucat banget." Lirih Alexi.
Zeelina menggerjapkan mata, ia tidak salah dengar. Ucapan cowok itu yang terdengar sangat khawatir.
Zeelina melepaskan pelukan nya dan menatap Alexi dengan senyuman. "Aku udah nggak apa-apa, jahitan waktu usus buntu nggak kena juga kok," Balasnya lembut.
Alexi mengerang sebal, padahal dirinya sangat khawatir. Tapi gadis nya malah menanggapinya dengan santai. "Ya tapi gue khawatir. Kenapa lo nggak teriak saat di ganggu Halen?" tanya Alexi tegas.
Zeelina mengangkat kedua bahu nya. "Aku kira bisa lawan mereka. Tapi nyatanya mereka curang. Pukul aku, saat lagi lengah," jawab nya.
Alexi menghela nafas. "Tapi jangan pernah kaya gitu lagi. Gue nggak mau lo kenapa-napa. Cukup ini aja, ngerti!" ucapnya tegas.
"Yes sir!" balas Zeelina semangat.
Alexi berdecak. "Serius, Zee."
"Iyaa, sayang. Ini aku serius," balas Zeelina santai.
"Sayang?" Alexi mengulang ucapan Zeelina tadi.
"Hmm, sayang. Kenapa? Kamu pacar aku."
Alexi menggeleng dan mengusak surai hitam Zeelina pelan. "Nggak apa-apa, gue heran aja. Sifat lo itu sama kelakuan beda seratus persen."
Alis Zeelina terangkat. "Maksud nya?"
Alexi menyenderkan punggungnya pada kursi dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Sifat lo itu polos-polos bego, tapi kelakuan bar-bar," ucapnya tanpa di saring.
Mata Zeelina memicing. "Ihh! Kok bego! Aku nggak gitu tau?"
Alexi berdecak. "Lo nggak sadar. Tapi orang di sekitar lo yang merasakannya. Lo itu kadang terlalu baik, kadang polos merapat ke bego, kadang nyebelin, kadang bar-bar," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟶𝟺. ᴍʏ ᴄʜɪʟᴅʜᴏᴏᴅ ғʀɪᴇɴᴅ [ᴇɴᴅ]✔
Teen FictionSequel cerita 'Alvaro'. "Cashel, kamu mau kan anterin aku ke toko buku?" Zee. "Nggak!" Alexi. "Kenapa?" "Males!" "Ihh! Ayoo dong! Cashel anterin. Aku butuh banget bukunya!" Zee. "Lo kenapa panggil gue, Cashel sih?! dan lo bisa sama orang lain pe...