Malam hari nya Dylan berjalan ke dalam ruangan yang sangat gelap dan terasa sangat dingin.
Disini ia melakukan kegiatan nys memberi hadiah untuk para tikus kecil yang sudah berani berurusan dengan nya.
Seseorang menatap Dylan takut sambil terus memundurkan badan nya hingga ujung dinding.
Seseorang itu terus meringkuk kan badan nya karena tidak berani menatap mata Dylan.
Dylan mendekati orang tersebut lalu mencengkram kuat baju nya yang sudah sangat bau anyir darah.
"G-gua b-beneran ga nyentuh d-dia" Ucap nya terbata bata.
Dylan menajamkan matanya lalu mencekik leher orang tersebut. Dylan sangat benci dengan kebohongan dan pengkhianatan.
Laki laki ini sudah berani berbohong yang artinya Dylan harus memberi sebuah hadiah yang sangat mengesankan.
Tidak Dylan tidak akan membunuhnya kita hanya bermain kecil. Dia terlihat senang dan tersenyum.
***
"Zella mau kemana?"
"Gua mau pulang ni"
"Mau gua anter?" Zella menggelengkan kepalanya.
"Gausah gua bisa pulang sendiri"
"Udah ayo gua anter sekarang udah mau sore ga boleh orang cantik pulang sendiri" Laki laki itu menarik tangan Zella untuk ikut ke parkiran.
***
Dylan melepaskan cekikan nya lalu memukul rahang nya sampai terpental dan mengeluarkan darah di ujung bibirnya.
"g-gua m-minta m-maaf l-an"
Bughh
Dylan menendang perut nya dan membenturkan kepala nya ke dinding sampai menimbulkan suara.
Dylan hanya menampilkan raut wajah datar, tidak ada kata kata, hanya mata nya yang benyalurkan rasa dendam.
Laki laki itu memegangi perutnya sambil menangis secara diam diam, karena tidak ingin Dylan mendengarnya, bisa bisa ia langsung di bunuh.
Dylan meraih pisau kecil yang sudah ia siapkan di nakas lalu kembali mendekati laki laki tersebut.
Laki laki itu sudah sangat was was saat Dylan sedang mengasah pisau. Dylan menoleh menatap raut wajah yang sudah pucat pasi.
Dylan menatap laki laki itu dengan seringai tajam. Entah selanjutnya apa, Dylan hanya ingin bermain.
***
Zella berulang kali menelpon Dylan, namun hanya operator yang terus menjawabnya. Zella punya perasaan yang aneh sekarang.
Tentang Dylan, biasanya jika Dylan tidak menjawab, ia sedang nongkrong bareng. Namun sekarang Zella punya perasaan aneh yang sulit untuk di ungkapkan.
Zella menatap jam dinding yang sudah pukul 1 malam dini hari, ia juga tidak bisa tidur karena terus memikirkan Dylan.
Sampai seseorang masuk ke dalam kamar Zella tanpa mengetuk pintu, ya. Orang itu Dylan yang berjalan ke arah Zella dengan raut wajah datar.
Zella menyipitkan matanya ketika menemukan bercak darah di pipi kanan nya. Karena merasa curiga Zella menarik tangan Dylan untuk berkaca.
Dylan melihat dirinya yang sangat berantakan lalu mengusap pipi nya dengan tangan kanannya.
Zella menatap Dylan meminta penjelasan, namun Dylan tidak kunjung bicara ia hanya terus menatap Zella dengan tatapan datar.
"Dylan?"
Dylan menatap mata Zella lalu memeluk nya, Zella memcium bau anyir di badan Dylan, Zella segera mendorong tubuhnya.
"Dylan lu abis ngapain?"
"Gua ga ngapa ngapain"
"Jangan bohong, ini lu bau darah" Zella menatap Dylan was was dan mulai menjauh dari Dylan.
Dylan yang melihat Zella menjauh, langsung menariknya. "Lepas lan, Pergiii!"
"Ga akan!" Dylan mencengkram kuat lengan Zella.
"Dylan, lepas dan pergi dari sini!"
"Jangan buat gua teriak!"
"Teriak aja disini cuma kita berdua" Zella terdiam sejenak, Lalu mencoba melepaskan cengkraman Dylan di lenganya.
"Lepass!"
"Gua ga akan lepas lu gitu aja" Dylan membawa Zella ke pojok ruangan dan mengunci pergerakan Zella.
"Sekali lu masuk, lu ga akan bisa keluar" Bisik Dylan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
D Y L A N ✓
Teen FictionFollow terlebih dahulu ❤ 'possesive & psychopath' "kamu mau ninggalin aku, aku akan bunuh diri" Dylan sosok laki laki yang menaruh semua perhatian nya pada satu perempuan yang sabar menghadapi sikap aneh dari diri Dylan. merasa sudah sangat tidak...