Nb : petik dua (") untuk percakapan
petik satu (') diucapkan didalam hati
***Semuanya sempurna.
Termasuk rumah setengah bawah tanah untuk satu orang yang seukuran dengan kamar mandi di rumah yang kutinggali sebelumnya.
Aku memang harus mulai bekerja kedepannya, tapi itu bukan masalah.
Yang terpenting, akhirnya aku bisa melarikan diri dari rumah yang seperti neraka itu dan mendapatkan kebebasanku.
Hanya dengan satu fakta itu saja, Aku bisa hidup bahagia selamanya.
Tapi .......
"Aku yakin sudah memberitahumu untuk hidup setenang tikus tanpa keributan, bahkan suara nafasmu pun tidak boleh terdengar."
Seorang pria membuka mulutnya. Menatapku dengan penuh kebencian seolah melihat serangga yang mengerikan.
"Kudengar kau bertingkah seperti anjing gila di pesta perayaan kembalinya putra mahkota."
Tatapan sedingin es yang tampak seperti ingin menendangku sampai mati itu tidak asing bagiku. Karena itu sama dengan jenis tatapan yang selalu kudapat dari rumah 'itu'.
Namun bukan berarti aku baik-baik saja meski sudah sering mengalaminya.
"Apa tujuanmu bertingkah seperti itu?"
Aku tidak bisa bernapas tertekan oleh auranya. Bibirku mulai gemetar ketakutan.
Saat itu,
Grafik putih muncul di depan wajahku.
Dan aku bisa melihat kalimat yang ditulis baris demi baris disana.
1. Bagaimana aku tahu?
2. Aku tidak punya tujuan.
3. (Dengan nada suara yang menyedihkan) Yah ...... Um, itu .......
'......Apa ini?'
Aku ingin bertanya 'apa ini' dengan mulutku, namun seolah ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan, aku tidak bisa mengeluarkan suara.
Pria itu kembali bicara dengan nada mengancam saat aku hanya berdiri diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Jawab!"
Aura mematikan darinya seolah melukai kulitku. Rasanya aku akan mati jika tidak memberikan jawaban.
Tanpa sadar, aku menekan angka 3 pada grafik putih.
"Yah ...... Um, itu ......."
Kata-kata yang sama di bagan secara otomatis keluar dari mulutku diluar keinginanku.
'Hah. Apa-apaan ini?!'
Mulutku terbuka dengan bodohnya, masih tidak percaya pada apa yang baru saja kukatakan.
Aku sama sekali tidak bisa menebak situasi seperti apa yang kuhadapi saat ini.
Aku berada di tempat yang asing ketika bangun, dan berhadapan dengan orang-orang asing yang semuanya memiliki aura mematikan.
Aku tidak bisa memikirkan apa pun seolah baru saja terbangun dari tidur.
"Bicara yang jelas."
Pria itu sepertinya tidak menyukai jawabanku yang tidak lengkap dan memerintah dengan wajah menakutkan.
Saat itu kalimat baru akhirnya muncul pada grafik.
1. Maafkan aku. Aku akan bersikap dengan benar kedepannya.