Berjalannya rencana.
__________
🐣 Warning! Cerita ini memiliki banyak kata kasar. Bijaklah dalam membaca. 🐣Selamat membaca.
Silakan komen dan diakhiri vote.
__________Kafka berulah lagi. Pada jam istirahat ini, ia mengumpulkan semua murid di lapangan tengah gedung. Ia berdiri tegak penuh percaya diri, di sampingnya ada Dafka. Beberapa langkah di belakangnya ada sosok Lia dan Ara. Sedangkan di depannya, ada sosok Jae.
Setelah cukup lama sepi, Kafka akhirnya angkat suara, "Gue sama Lia resmi pacaran. Lo nggak perlu lagi ngerjar-ngejar cewek gue."
Pengumuman Kafka membuat semuanya tercengang. Mereka saling lirik dan berbisik.
Dafka menoleh. "Serius lo?!"
Namun Kafka tidak menanggapi.
Lia sendiri mengabaikan tatapan Ara yang melotot lebar meminta penjelasan. Ia membiarkan dulu Kafka bertindak sesukanya, baru ia akan memikirkan cara untuk membalas. Namun jika situasi ini menguntungkannya, maka ia tidak perlu berbuat apapun. Biarkan Kafka menjadi batu loncatannya.
Jae nampak tak percaya sama sekali. "Nggak usah ngaco. Buktinya apa?"
Dalam imajiner, Kafka berdecak kesal. Ia pun menoleh ke belakang dan berkata dengan suara rendah. "Lia, mau gue cium, nggak?"
Lia langsung mengangkat kaki kanannya ke depan sebagai respon dan itu artinya ... jika Kafka ingin menciumnya, maka ia harus mencium kakinya. Hidung Kafka kembang kempis. Kucing garong menggemaskan itu memang tidak pernah bisa diajak kompromi, selalu teguh di jalannya sendiri. Terkadang itu menyebalkan, tentu saja.
Kafka pun kembali melihat Jae. "Gue ngehamilin Lia di kamar mandi. Kita sering berduaan di sana."
"...."
Pengumuman kedua ini malah lebih menyeramkan. Bisikan-bisikan pun lenyap. Semua kepala hanya bergerak untuk melihat Kafka, Lia, dan Jae secara bergantian.
"Lo nggak percaya lagi?" Kafka tidak ingin melepaskan kesempatan. "Lo bisa tanya sama temen piketnya Lia."
Karena tidak ingin ketahuan kalau dirinya lupa nama teman Lia jadi, maka Kafka menyuruh cewek itu ke depan menggunakan kepalanya. Ia sangat bersyukur saat itu ada orang lain yang menyaksikan perkataannya kepada Lia.
"Nggak usah. Gue udah tau kalo lo sering berduaan di kamar mandi," ucap Jae.
Kafka mempertahankan eskpresinya walau terkejut. Ternyata penguntit itu sudah profesional. Namun tidak apa, ini lebih memudahkannya.
Jae memiringkan kepalanya. "Beb, kalo kamu bosen sama cowok ini, nggak pa-pa balik lagi ke aku. Aku setia nunggu."
Alis Lia berkedut. Sejak kapan memangnya ia pernah bersamanya.
Kafka tidak menyangka jika menyingkirkan Jae akan semudah ini. Senyumnya merekah. Sedangkan Dafka dan Ara masih dalam kebingungan dan membutuhkan penjelasan.
Untuk saat ini Lia tidak akan membalas ulah Kafka. Jae tidak akan mengganggunya lagi, setidaknya inilah yang menguntungkan.
Namun tidak ada yang menyangka jika setelah kejadian ini, toilet siswa dan toilet siswi dipisah jauh. Toilet untuk siswi masih di tempat yang sama, sedangkan toilet untuk siswa berada di belakang gedung--di halaman belakang sana. Seketika siswa memiliki banyak keluhan setiap harinya.
__________
Setelah mengantar Lia pulang, Kafka pergi ke rumah sepupunya. Ia tertawa geli ketika mengingat bagaimana dirinya memaksa Lia.

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE [END]
JugendliteraturFIKSI REMAJA! RECEH! BAHASA KASAR! COCOK DIJADIKAN HEALING SETELAH BACA NOVEL SAD __________ 19-8-20//25-1-21 Maaf... bukan cerita yang bagus brilian gemilang keemasan. Ini hanyalah cerita MAINSTREAM penuh dengan PLOT dan KONFLIK yang sangat ringan...