⚡ BAB 4

175 99 41
                                        

Pengibaran Bendera Peperangan.

__________
Warning ! Di cerita ini terdapat kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca.

Happy reading
Jangan lupa Vote Komennya.
__________

Pada jam tiga sore, Lia baru melangkahkan kakinya keluar dari lingkungan sekolah. Suasana sudah sangat sunyi. Jika sosoknya menjadi yang terakhir keluar dari sekolah, maka itu mengartikan bahwa ia sedang menjalankan jadwal piket kelasnya.

Piket kelas setiap hari diisi oleh empat murid dan sistem piketnya dibagi dua. Dua murid pada saat pagi, dan dua murid lainnya saat pulang sekolah. Walaupun sekolah itu memiliki predikat sekolah teraneh, untuk urusan kebersihannya masih bisa diacungi jempol.

Lia mengedarkan pandangannya. Bener-bener tenang, beda banget pas ada isinya.

Ia kemudian menghela napas sebelum melanjutkan langkah. "Mas Gama," ucapnya ketika sampai di gerbang.

Ada sesosok pemuda yang berumur sekitar 22 tahun duduk di atas sepeda motor. Bibirnya langsung tersenyum ketika Lia menyapa. Ia pun beranjak untuk menyerahkan helm. "Udah selesai piketnya?"

"Mas Gama, kan Lia udah bilang nggak usah dijemput. Lia bisa naik angkot atau ojek," ujarnya dengan sedikit raut wajah cemberut. "Dari kampus ke sini itu terlalu jauh, Mas."

"Nggak masalah." Ia tersenyum lagi. "Udah, yuk. Naik. Mau hujan lagi nih kayaknya."

Wajah Lia masih saja cemberut. Walau Gama adalah--mungkin satu-satunya orang yang waras di hidupnya, ia juga merasa tidak nyaman jika setiap minggu selalu dijemput seperti ini. Apalagi itu bentrok dengan jadwal Gama yang rapat BEM di kampusnya.

Lia sudah naik. Tiba-tiba ia menoleh karena mendengar ada suara motor sport keluar dari sekolah. Aneh, bukannya seharusnya sudah tidak ada orang?

Lia tertegun. Yang mengendarai itu ternyata si murid baru tadi--Kafka. Arah pandangannya terus mengikuti. Namun Kafka seakan tidak melihat orang lain di sekitarnya, jadi ia terus melaju.

"Kok, dia masih ada di sini?" gumamnya.

"Heum? Kenapa?"

"Oh, enggak. Nggak pa-pa, Mas."

Gama mengangguk singkat. Ia pun menjalankan motornya.

"Mas Gama, boleh mampir buat beli mangga dulu, nggak?" Lia sedikit mengeraskan suaranya.

"Nggak boleh."

Lia langsung mengembangkan hidungnya. Dirinya terlalu keras kepala, padahal sudah tahu akan jawabannya.

"Mas sudah bilang, minimal satu bulan sekali kalo mau rujak. Kamu tiap hari makan bakso, pedas lagi. Asam lambung bisa naik Lia, bahaya."

Lia di belakang yang sedang diomeli hanya menggerakkan mulutnya mengikuti ucapan Gama. Terlampau sering, ia sudah hafal.

Suasana hatinya tiba-tiba berubah. Merasa heran, kenapa dirinya tidak pernah bisa membujuk atau memperdayai Gama.

Memanfaatkan Gama yang masih mengomel. Lia mengeluarkan ponselnya untuk menjelajahi internet. Ia mengetikkan judul di kolom search seraya tersenyum miring.

Di sana tertera judul : Guna-guna online.

__________

Ketika musim hujan mencapai puncaknya, intensitas turunnya akan menjadi semakin besar, dan waktu turunnya hujan pun relatif lama.

Seperti pagi ini, baru bel sekolah berbunyi dan guru-guru akan mengajar ... hujan tiba-tiba turun dengan sangat lebat, angin juga ikut tertiup. Untungnya guntur tidak ada.

TROUBLE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang