Bencana Akibat Adegan Drakor.
__________
🐣 Warning! Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca. 🐣Happy reading.
Silakan komen dan diakhiri vote.
__________Hari terus berganti tanpa dirasa, momen-momen yang tercipta telah terbawa masa namun melekat di asa. Waktu ini telah membentuk perubahan baru terhadap hidup Lia. Ia dan Kafka menjadi dekat dan lebih dekat dalam hubungan pertemanan. Mereka tidak lagi saling menyerang dengan cacian, kata-kata sinis, atau pun perkataan kasar lainnya. Hanya saja ... terkadang mereka akan berdebat hal-hal yang aneh dan tidak penting. Misal ... Kafka yang setiap hari melihat perkembangan perut Lia yang buncit, mengukur perutnya secara berkala--bahkan sampai rela membawa timbangan, tentu saja itu membuat Lia kesal. Dan akhirnya Lia tahu kalau Kafka dan Dafka sama saja. Dan usut punya usut, kata Dafka ... sikap asli sepupunya itu memang menyebalkan.
Perubahan lainnya ialah Kafka tidak lagi seberani sebelum-sebelumnya, seperti ... nampak takut akan kemarahan Lia.
Karena hari berlalu begitu cepat, lomba nasional yang diadakan oleh fakultas tempat Nila kuliah sudah tiba. Hari ini adalah hari kedua. Karena bertepatan dengan hari minggu--seperti yang Lia janjikan tempo lalu, maka ia akan pergi ke sana.
Ia sudah siap dan sedang menunggu Ara untuk menjemputnya. Awalnya Nila dan Gama mengajaknya untuk berangkat bersama tapi ia menolak dengan beberapa alasan.
Suara sepeda motor lambat laun terdengar jelas. Lia menolehkan kepalanya. Detik kemudian matanya menyipit hanya untuk memastikan kalau penglihatannya salah atau tidak. Semakin lama mata yang menyipit itu semakin datar, pasalnya di belakang Aea ada dua motor lainnya yang mengikuti--siapa lagi kalau bukan sepupu edan itu.
"Ra, titip aja motor lo di rumah Lia dulu. Ntar bonceng ke gue," kata Dafka.
"Lo mau gue jalan kaki?!" darah Lia langsung naik.
"Sama gue." Kafka menimpali.
Lia melihatnya datar.
"Gimana?" Dafka bertanya.
"Lo mau gue jambak di atas motor?" Lia dan Ara sama-sama bertanya.
Saudara sepupu itu mengerjap. Dua cewek ini terlalu kompak. Bahkan sangat kompak untuk menganiaya seseorang.
"Berangkat, Ra." Lia langsung naik ke sepeda motor Ara--tidak ingin membuang waktu lagi.
Kontrakan yang ditempati Lia memiliki tempat yang strategis, dekat dengan sekolahnya dan tidak terlalu jauh dengan kampus. Karena itu, tidak memakan waktu lama mereka sudah sampai.
Mereka berjalan menuju gedung seni setelah memarkirkan motornya. Di sana sudah banyak para pelajar dan peserta lomba yang berlalu lalang.
"Kaf, kayaknya kuliah seru, deh. Lo mau kuliah di mana setelah lulus?" Dafka yang berjalan berdampingan dengan sepupunya di belakang memulai obrolan.
"Gue mau kuliah di mana dosennya nggak suka ngasih tugas," balas Kafka santai.
Rahang Dafka hampir jatuh mendengar itu. Lia dan Ara langsung berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.
Kafka menatap mereka. "Kenapa? Manusiawi."
Lia memutar bola matanya. "Mn, rasa manusiawi lo emang nggak manusiawi."
Dafka cekikikan mendengarnya.
Lia meliriknya dengan malas. Ia kemudian berpaling dan seketika matanya berbinar. "Mas Gama!"
Lia melompat-lompat seraya menggerakkan tangannya. Ia tersenyum puas ketika Gama mulai berjalan menghampirinya.
"Ruang panitia di mana, Mas?" tanyanya, "atau tempat yang lain, Lia sama Ara mau bantu."

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE [END]
Fiksyen RemajaFIKSI REMAJA! RECEH! BAHASA KASAR! COCOK DIJADIKAN HEALING SETELAH BACA NOVEL SAD __________ 19-8-20//25-1-21 Maaf... bukan cerita yang bagus brilian gemilang keemasan. Ini hanyalah cerita MAINSTREAM penuh dengan PLOT dan KONFLIK yang sangat ringan...