⚡ BAB 6

143 85 64
                                        

Kebiasaan aneh.

__________
Warning! Cerita ini terdapat kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca.

Happy reading
Vote dan komennya ya
__________

"Aduh, Bu Salsa, ini kan pertama kalinya saya telat. Jadi nggak apa-apa ya, Bu saya masuk?" Lia merasakan dadanya kembang kempis karena berlari mengerjar waktu.

Pertama kalinya bagi seorang Lia telat saat bersekolah. Tiba-tiba saja kakaknya jatuh sakit akibat terlalu banyak makan angin. Badannya meriang, perutnya kembung. Tapi untunglah tadi sudah bisa kentut. Hanya saja tadi kentutnya memenuhi seluruh ruangan. Usut punya usut ternyata kakaknya itu katanya juga sedang diet dan hanya makan sayuran. Lia pikir bau kentutnya itu bisa membunuh nyamuk, tapi untungnya ia masih sadar.

Jauh dari orang tua membuat dua bersaudari ini harus selalu rukun, saling menjaga, dan saling bergantung satu sama lain.

"Nggak bisa Lia, Ibu harus tetap adil." Bu Salsa membalas.

Lia menyatukan tangannya memohon kepada Bu Salsa agar dibolehkan masuk dan bebas dari hukuman, bahkan dia melompat-lompat kecil. Namun, tetap saja Bu Salsa tidak mangijinkan. Lia sejenak berpikir mencari alasan untuk proses negoisasi.

"Bu Salsa, saya telat tuh karena kakak saya lagi sakit. Ibu tau sendiri, kan, kalau saya cuma tinggal berdua sama kakak." Lia sebisa mungkin membuat wajahnya teraniaya. "Seharusnya saya juga dapat kompensasi Bu karena pertama kali telat."

Ibu Salsa terdiam sejenak sebelum mengela napas. "Baiklah, kamu bisa--"

Lia yang menunggu lanjutan kalimat itu tiba-tiba memiliki firasat yang buruk.

"KALIAN BERDUA! CEPAT KE SINI!"

Lia menoleh. Wajahnya berubah datar. Benar saja, kalimat itu tidak akan lagi diteruskan. Dua manusia yang juga telat menjadi penyebab kekacauan ini.

Kedua orang itu tak lain adalah Kafka dan Dafka.

Di depan Bu Salsa kini terdapat tiga murid. Yang paling kanan mulai cemberut, yang tengah cengar-cengir tidak jelas, dan yang kiri hanya diam tanpa ekspresi.

"Dafka! Kamu ini telat lagi, telat lagi. Kamu pikir gerbang itu terbuka otomatis kalau ada murid yang telat?" Bu Salsa memarahi. "Dan sekarang malah ngajak sepupu kamu lagi."

Lia mendongak ketika mendengar hal itu. Ia nampak kaget. "Sepupu? Maksud Ibu mereka?"

Bu Salsa menganggukkan kepala.

Lia meneliti dua orang di sampingnya. Sekarang ia menyadari kalau wajah mereka memang mirip. Kafka sepertinya sadar jika sedang ditatap, ia pun menoleh. Memiringkan kepala sedikit dan mengangkat alis kanannya. Lia mengerjap dan langsung memalingkan muka.

"Bu Salsa, saya telat tuh karena dia." Tunjuknya pada Kafka "Nunggu dia lelet banget. Ibu jangan suka menyimpulkan dong, don't judge book by the clover, Bu."

"Cover Daf, bukan daun semanggi." Lia memutar matanya jengah. Kenapa dirinya harus berada di antara mereka dan mendengarkan ini semua.

"Sudah, sudah. Sana, kalian bersihkan rumput liar di halaman belakang sekolah."

"Lho, lho, Bu. Kok kalian? Saya juga?" dengan tidak percaya Lia menunjuk dirinya sendiri.

"Sudah sana kan, ada temennya," putus bu Salsa dan langsung melangkah pergi.

"BU!"

"Udah Li, ayo--"

"Diem lo!" Lia langsung membentak Dafka. "Ini gara-gara lo gue juga dihukum."

TROUBLE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang