⚡ BAB 10

83 51 56
                                        

Cobaan yang tiada habisnya.

__________
Warning! Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar, bijaklah dalam membaca.

Happy reading
Penutup klik bintang dan komen.
__________

"Lo mau jadi tukang parkir?" Lia menoleh ke belakang ketika tidak merasakan sosok lain yang mengikutinya.

Kafka menatap Lia dengan malas. "Gue tunggu sini."

Lia menghembuskan napasnya ke atas, kemudian melangkah mendekati Kafka. "Enak aja lo. Belanjaan banyak kayak gini disatuin ke gue."

"Ya, kan emang tugas lo buat belanja."

"Lo aja sana belanja, gue ntar yang nyetir! Enak banget jadi orang. Suka ngerugiin orang lain cuma buat manjain diri sendiri. Nggak tau diri emang. Nggak ada sopan santun, nggak bisa mik--"

Kafka mendorong dahi Lia menggunakan jari telunjuknya sambil berkata, "Brisik anjir." Sejurus kemudian, ia melangkah memasuki supermarket.

Karena hari sudah siang, pasar di sekitar sudah tutup. Jadinya mereka memilih pergi ke supermarket. Tidak apa, sesekali bakso harus mewah.

"Nggak ada troli?" tanya Kafka ketika Lia menyodorkan keranjang kepadanya.

"Ini cuma supermarket kecil, bukan mall. Manja banget lo."

"Siapa di sini yang manja, gue yang bawain barang belanjaan... atau lo yang cuma komenin orang?"

Lia berhenti melangkah. Menoleh dengan tenang kepada Kafka. "Kalau di sekitar ada cowok emang seharusnya digunain, daripada lembek, ntar siapa yang mau."

"...."

Pada akhirnya Kafka terus memegang keranjang belanjaan tapi sesekali memaksa Lia untuk segera mengakhiri acara ini.

Lima belas menit kemudian, mereka akhirnya sudah ada di kasir.

Kafka dan Lia diam, hanya saja si penjaga kasir terus-menerus melirik mereka berdua.

"Mata Mas juling?" tanya Lia datar.

"Hubungan kalian nggak direstui ya?"

"...." Kafka dan Lia sama-sama melihat si penjaga kasir.

"Atau kalian mau kabur?" lanjutnya.

Kafka mendengkus, sedangkan Lia mengkerutkan alisnya.

"Maksud Mas apa?" Lia bertanya.

"Kalian masih pakai seragam sekolah, dan pada jam segini ... pelajaran pasti sedang berlangsung. Tapi bukannya sekolah, kalian malah di sini belanja bahan pokok. Jadi, kalian berencana kabur karena hubungan kalian tidak direstui, kan?"

Lia diam-diam menenangkan diri. Setelahnya, ia mendekat ke si penjaga kasir. "Dugaan Mas bagus, tapi ada yang salah. Saya tidak direstui karena saya itu suka sama sejenis."

"...." Wajah si penjaga kasir langsung membeku.

Kafka di samping yang mendengarnya melirik sekilas.

Lia tersenyum dan menyuruh si penjaga kasir untuk segera menyelesaikan anggaran biaya belanjaannya.

Tidak sampai lima menit, kedua murid ini--yang sama-sama mengaku suka kepada sejenis, sudah keluar dari supermarket tersebut. Kini, mereka kembali menuju tempat parkir.

"Mas Gama!" tiba-tiba Lia memanggil.

Sosok Gama yang dipanggil segera menoleh. Tersenyum hangat, dan segera menghampiri Lia. Ternyata Gama baru saja keluar dari toko sebelah bersama teman cowoknya.

TROUBLE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang