Perang dunia berakhir.
_________
🐣 Warning! Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca. 🐣Selamat membaca.
Silakan komen dan diakhiri vote.
__________Dafka berlari sekencang mungkin. Ia bahkan sampai terjatuh karena mengerem dadakan ketika hampir melewati kelasnya sendiri. Ketika ia berdiri, sudah ada sosok Kafka--menatapnya. Tanpa peringatan, Dafka langsung menyeretnya pergi.
"Dafka, gila ya lo?! Gue belum selesai remedi, bangsat!" Kafka menatap sepupunya heran. Dirinya baru tahu jika Dafka memiliki kekuatan turbo. Dan kenapa juga dirinya diseret pergi seperti ini, sudah kayak kawin lari saja.
"Urusan ntar. Lia dalam bahaya."
"Bahaya gimana?!" jelas tadi dirinya melihat kalau kucing garong kesayangannya itu sangat senang bermain dengan sepatu berlantai limanya.
Dafka tidak ingin menjelaskan lebih. Gila saja. Sudah berlari bolak-balik, ngos-ngosan juga.
Mereka sampai di ruang osis. Aksi gila itu masih berlanjut. Daripada emosi karena efek datang bulan, Lia lebih cocok dikira sedang kesurupan.
Kafka menarik kerah Dafka dengan kecang. "Lo mau mati? Lia dalam bahaya apanya?!" jelas-jelas di depan sana Lia yang memberikan siksaan.
Ara menghampiri. "Pisahin Lia."
Kafka menoleh. "Lo mau buat gue mati muda?" bahkan melihat situasi itu, menyerang lontong ilahinya bahkan tidak akan cukup. Mungkin badannya akan dipotong-potong kali ini.
Ara melepaskan cengkraman Kafka di leher Dafka. "Tenang aja, gue udah pesen kuburan."
Kafka menghela napas. Matanya melirik Dafka. "Calon lo pinter ngelawak."
"Ayo Kaf, tolongin. Bisa-bisa Jae sakit kepala selama lima tahun kalo Lia terus kayak gitu." Dafka juga ikut membujuk.
Mata Kafka mengerjap. Ia lantas melihat kerumunan. Ah, dirinya baru sadar kalau yang disiksa ternyata Jae. Tiba-tiba saja ia tersenyum miring. "Biarin aja dulu, tiga puluh menit," ucapnya santai.
"LO GILA?!" Dafka dan Ara membentak.
Kafka memandang mereka tak mengerti. Kenapa juga ia harus melerai padahal yang disiksa ialah Jae. Lebih baik membiarkannya saja sebentar untuk membalas perbuatan Jae yang kemarin. Bahkan kalau dipikir-pikir ... tiga puluh menit itu masih kurang.
Ara membuang napas frustasi. Otaknya memikirkan satu cara. Tapi ia belum yakin. Namun di saat seperti tidak ada jalan lain. Jadi, ia menghadap Kafka. "Kalo lo misahin Lia dari Jae, gue janji lo nggak bakal pusing-pusing lagi ngelawan Mas Gama."
Kafka menatapnya. Tawaran yang sungguh menarik. "Janji?"
Dafka melihat Ara. Cewek itu mengangguk yakin. Namun di dalam hati, ia meminta maaf pada Lia.
Kafka mengangguk puas. Ia lantas melangkah maju. Di luar terlihat tenang, namun sebenarnya ia sangat takut kalau selanjutnya yang akan dijambak ialah dirinya. Tapi tidak apa, demi tawaran menggiurkan.
"GUE TAU LO SAKUT HATI. TAPI BISA KAN MANGGIL GUE BUAT BICARAIN BAIK-BAIK. JANGAN KEKANAK-KANAKAN KAYAK GINI!" Lia berteriak untuk ke sekian kalinya. Bahkan sebelum Kafka datang, ia tadi juga sudah menggigit kepala Jae.
Kafka kini telah berada di belakang Lia. Ia menguatkan diri sejenak. Tangannya kemudian terulur, namun siapa sangka tangan Lia melayang sampai menampar pipinya hanya karena menyingkirkan orang-orang yang mau melerainya. Kafka langsung membeku.

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE [END]
Novela JuvenilFIKSI REMAJA! RECEH! BAHASA KASAR! COCOK DIJADIKAN HEALING SETELAH BACA NOVEL SAD __________ 19-8-20//25-1-21 Maaf... bukan cerita yang bagus brilian gemilang keemasan. Ini hanyalah cerita MAINSTREAM penuh dengan PLOT dan KONFLIK yang sangat ringan...