⚡ BAB 8

130 68 80
                                    

Melampiaskan amarah.

__________
Warning! Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar, bijaklah dalam membaca.

Happy reading
Jangan lupa vote dan komen.
__________

Seluruh murid dari kelas XI IPA-2 berbondong-bondong keluar. Wajah mereka tampak riang. Dari barisan paling depan hingga barisan paling belakang, mulutnya kompak bernyanyi.

PUTIH-PUTIH MELATI ALI BABA

MERAH-MERAH DELIMA PINOKIO

SIAPA YANG BAIK HATI CINDERELLA

MAMAKU ALIZIANA

PAPAKU PENGERAN MUDA

AH IH UH ALAIZAIZUD

AH IH UH ALAIZAIZUD

Bahkan dari saking girangnya mereka menggoyangkan bokongnya.

TAR! TAR!

Tiba-tiba suara cambuk terdengar--menghentikan nyanyian mereka. Mereka melihat ke depan. Ada seorang guru sudah bertolak pinggang dan menatap segerombolan itu dengan wajah marah.

"Kalian sudah bosan jadi tua?"

"... maaf, Pak. Kita hanya rindu masa kecil." Sang ketua kelas mewakili.

"Ya, udah nggak usah belajar, buat kue aja dari tanah!"

BRAK!

Pak guru yang bernama Ridwan itu langsung menutup pintu kelas dengan sangat keras. Segerombolan murid IPA-2 itu saling pandang, kemudian melangkah lagi.

Lia diam-diam keluar dari kerumunan dan diikuti oleh Ara. Mereka berniat untuk pergi ke toilet terlebih dahulu. Toilet sekolah di lantai satu itu terletak di dekat lapangan. Itu bertujuan untuk mempermudah para murid yang sedang menjalankan pelajaran olahraga.

Mereka berdua pun melewati lapangan tersebut. Ara berjalan di sisi kanan dan Lia di sisi kiri. Lia mengangkat tangannya untuk memperbaiki rambutnya yang mulai tidak rapi.

PUK

"AH! BANGSAT!" Lia tiba-tiba menjerit sakit. Ikat rambutnya yang bermotif lumba-lumba sampai terjatuh.

Rupanya sebuah shuttlecock terlempar keras mengenai dada bagian kirinya. Kecepatan benda kecil seperti itu hingga sampai membuatnya sakit, tentunya hasil dari lengan yang cukup kuat.

Lia menundukkan bahunya dengan raut wajah yang menunjukkan kesakitan. Sesekali ia mendesis.

"Dada lo kena shuttlecock?" Ara berdiri di depan Lia seraya melirik benda kecil putih berbulu itu yang sudah tergeletak di lantai.

Lia hanya mengangguk sekali.

Ara melirik ke samping kiri. Di sana ada dua orang yang masing-masing memegang raket, salah satunya ialah Kafka.

"... siapa yang terakhir mukul?" tanya Ara.

Kafka mendekat. "Gue."

Sialan, mukulnya nggak ngadi-ngadi nih orang. Mana gue lagi siklus bulanan lagi. Lia mengomel.

"LIA SAYANG." Tiba-tiba Jae datang. Ia mengenakan seragam olahraga oblong. Wajahnya tertegun ketika melihat ekspresi Lia. "Kok, mukanya jelek gitu? Kenapa? Mau pingsan? Sini Jae gendong."

"Dadanya kena pukulan shuttlecock," Ara menjawab.

"Yang mana? Coba sini dadanya, Aa' mau liat--"

TROUBLE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang