⚡ BAB 27

24 23 47
                                    

Memicu terjadinya perang dunia.

__________
🐣 Warning! Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca. 🐣

Selamat membaca.
Silakan komen dan diakhiri vote.
__________

Kafka dan Dafka yang biasanya berangkat sekolah saat hampir bel masuk berbunyi, kali ini tidak lagi. Sebaliknya, mereka datang pagi-pagi sekali. Mereka menunggu Lia dan Ara. Namun nyatanya, malah kedua cewek itu yang belum kunjung datang. Melihat jam, tiga menit lagi bel masuk berbunyi. Kedua cewek itu sengajanya nggak main-main.

"Lo udah jelasin ke Ara?"

Dafka menggeleng. Ia ingat saat kemarin mengejar Ara, membuatnya sadar jika Ara sangat handal dalam mengendarai motor. Dirinya yang membawa mobil jadi susah mengejar. Ketika sampai di rumah Ara, gerbangnya sudah tertutup rapat. Ia ingin berteriak tapi tak bisa, mengingat tetangga Ara pada galak semua. "Lo gimana?"

Kafka menghela napas. "Kemaren gue kayak om-om yang mau nyulik. Berhasilnya nggak, yang ada gue ketemu sama tuh cewek. Dan akhirnya, Lia dibawa pergi sama Gama sapu ijuk sialan itu."

"Keyla?" Dafka nampak nggak percaya.

Mata Kafka melirik jengkel. Ia berdecak. "Lagian lo, sih. Kenapa harus bahas masalah itu."

"Mana gue tau kalau Lia sama Ara bakal ke rumah gue." Dafka tidak terima karena disalahkan terus. Lagian dari pihak siapa juga yang menghamili. Tidak adil.

Kafka mengacak rambutnya. Ia frustasi. "Mana yang kita tunggu modelan kayak mereka lagi." Bayangan penganiayaan yang telah dilakukan Lia selama ini mulai menyebar.

Dafka juga tahu itu. Ia juga merasa frustasi. Dahinya pun lantas ia tempelkan ke meja.

Pas ketika bel masuk berbunyi, Lia dan Ara masuk dan menaruh tasnya. Bunyi itu membuat kedua cowok di belakangnya mendongak. Mereka langsung beranjak.

"Lia."

"Ara."

Lia dan Ara merentangkan tangannya ke depan. Lia kemudian memberi peringatan, "Jangan deket-deket. Kalo kalian nggak mau lontong ilahi kalian jadi kayak terong kukus."

Setelahnya, Ara menunjukkan sepatunya. Kedua cowok itu berubah masam. Sepatu yang dipakai Lia dan Ara memiliki tinggi 5 cm. Sudah kebayang bagaimana sakitnya jika itu beneran terjadi.

Bukannya Kafka dan Dafka tidak bisa melawan. Tahu sendiri ancaman mereka pasti terjadi jika ditantang. Mereka adalah murni cewek bar-bar.

"Kalian mau ke mana?" Kafka reflek memegang lengan Lia. Namun detik berikutnya ia langsung melepaskannya. Bahaya.

"Apa hubungannya sama kalian?" Ara melihat mereka secara bergantian. "Meski kalian tau, kalian juga nggak bisa deket-deket."

"...." Kafka dan Dafka kembali melihat sepatu mengerikan itu.

"Dan kalian pun ada remedi," timpal Lia.

Setelahnya, kedua cewek ini memberikan senyuman miring penuh kepuasan.

Dan benar, baru saja mereka keluar. Guru sudah datang dengan membawa soal.

Sekitar lima belas langkah dari kelasnya, Lia dan berhenti. Mereka menoleh ke belakang. Merasa aman, akhirnya mereka menghela napas.

"Toilet dulu, yuk. Gue mau perbaiki pembalut," kata Lia.

Ara menatap horor. "Lo datang bulan?"

"Kan, udah waktunya. Siklus lo juga udah berakhir seminggu, kan," balasnya. Lia merasa ada yang aneh jadi, ia menoleh. "Kenapa, lo?"

TROUBLE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang