⚡ BAB 23

24 21 33
                                    

Kucing garong kesayangan.

__________
🐣 Warning! Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca. 🐣

Selamat membaca.
Silakan komen dan diakhiri vote.
__________

Ujian tengah semester sudah selesai. Rasanya melegakan seperti beban besar terangkat dari kepalanya. Dan saatnya para murid kembali bersantai ria dalam membuat kehebohan.

Karena telah selesai, guru memberikan free class selama dua hari. Kalian bisa bayangkan bagaimana senangnya mereka. Suara-suara di sekolah tersebut bahkan sampai terdengar hingga ke seberang jalan dari saking kencangnya. Namun di sisi lain, kalian pasti bisa memikirkan bagaimana stresnya para guru.

Lia dan Ara beserta dua penguntitnya masih setia berada di kelas padahal semua orang sudah berkeliaran ke sana-sini.

Ara yang sedang merapikan kukunya tiba-tiba bersuara. "Besok lo ulang tahun."

Lia di sampingnya sedang memilah warna kutek. Ketika mendengar ucapan Ara, ia mengela napas sebelum mengangguk dengan lesu.

Karena tanggal lahir Lia langka--terjadi 4 tahun sekali, maka mereka memutuskan untuk merayakannya pada tanggal 28 februari saja.

"Lo mau kado apa?" Ara meliriknya.

Kalau bisa, Lia ingin kado agar hidupnya damai, tenang, dapat pacar yang romantis, sukses, dan kaya raya. Namun pada akhirnya ... Lia hanya menggeleng.

Ara mengernyit. "Sweet seventeen, lho, sayang."

"Terserah lo aja." Lia pasrah.

Ara pun mengangguk dan kembali sibuk.

Saudara sepupu di belakangnya diam-diam mendengarkan. Dafka akhirnya ikut bergabung. "Kalo dari gue, lo mau kado apa?"

"Jauh-jauh dari hidup gue." Lia menjawab cepat tanpa berpikir panjang.

Dafka mendelik pada sepupunya karena terkekeh. Ia lantas membalas perkataan Lia, "Susah dapetnya itu. Lo kan, sepaket sama Ara."

Lia menaruh kutek yang dipegangnya, kemudian menoleh ke belakang. "Ya, udah. Kalau gitu, jauhin aja sepupu lo itu dari gue."

Dafka melihat ke samping.

"Gue teror rumah lo seumur hidup." Kafka memberikan respon.

Dafka nyengir. "Itu... susah juga."

"Aish." Mulutnya berdecak kesal. "Gue pindah sekolah aja kalau gini terus."

"Gue ikut kalau lo pindah." Kafka menimpali.

Dafka memiliki ekspresi jengah. Ara berdecih. Lia menoleh santai. "Gue pindah ke pesantren. Lo mau apa?"

Kafka mendekatkan wajahnya pada Lia. Matanya melihat mata bening dengan pupil yang berwarna agak silver itu selama beberapa detik. "Gue bakal nyalonin diri jadi anak kiyai supaya bebas masuk keluar tempat santri putri."

Perkataan aneh itu membuat Dafka mengernyit jijik. Ara bahkan memandangnya aneh dan kemudian ia melirik Lia.

"Kenapa juga kiayi mau jadiin lo anaknya." Lia menggeleng tidak habis pikir.

"Lo sendiri mau ngasih kado apa ke Lia?" Dafka bertanya.

"Lia bisa milikin gue."

Ketiga orang lainnya langsung berekspresi ingin muntah. Narsis sekali.

__________

Lia bak seorang putri. Ia berada di kamar mandi, dan tiga orang sedang menunggunya.

"Kuenya gimana?" Dafka bertanya.

TROUBLE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang