1. 🥐 A Governess

31.1K 1.1K 16
                                    

Niko tersenyum lebar saat membaca sebuah pesan singkat. Ternyata lamaran kerjanya diterima. Dia senang sekali, karena awalnya merasa putus asa tidak mampu membayar SPP kuliah semester depan. Dengan pesan yang baru diterimanya, dia kembali yakin bahwa dia tidak akan putus kuliah dan bisa meneruskannya hingga menyelesaikannya.

 Dengan pesan yang baru diterimanya, dia kembali yakin bahwa dia tidak akan putus kuliah dan bisa meneruskannya hingga menyelesaikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niko kini sudah berada di depan sebuah rumah mewah minimalis berlantai dua. Setelah menghela napas cukup panjang dan sedikit memperbaiki letak kacamatanya, dia lalu memencet mesin bel penjawab yang ada di sisi pagar.

"Ya..., cari siapa?" tanya suara dari mesin penjawab.

"Saya Nikolaus Loudin..., yang melamar pekerjaan di rumah ini, Mbak," jawab Niko.

Dan terdengar bunyi pagar terbuka.

"Dorong aja, Mas."

________

Niko disambut pembantu perempuan saat melangkah menuju pintu utama rumah. Pembantu itu tersenyum genit ke arah Niko. Wajar, Niko tampan.

"Saya Erni. Yang bantu-bantu di sini. Mas NIkolaus ya?" sapa Erni malu-malu.

"Panggil Niko aja, Mbak," balas Niko santai.

"Oh. Oke oke. Niko...,"

Niko hendak melepas alas kakinya.

"Eh..., Ojo, eh, jangan dilepas. Pake aja sepatunya. Ntar dikira peminta-minta sama tuan rumah,"

Niko sedikit terperangah, tapi diikutinya saran Erni.
—————-

Kini Niko sudah duduk di atas sofa empuk.

Ternyata rumah itu sangatlah luas ketika berada di dalamnya. Niko sedikit mendengus karena awalnya dia mengira rumah yang ditujunya tidak begitu besar ketika dilihat dari luar, rupanya ruangan dalam rumah itu di luar dugaannya.

Niko sejenak mengedarkan pandangan ke hampir seluruh penjuru ruang tamu. Tidak banyak perabot atau hiasan-hiasan. Hanya saja cukup banyak lukisan-lukisan yang tergantung di dinding ruangan. Bahkan ada sebuah lukisan yang besar, lukisan siluet panorama sebuah kota.

Tidak lama kemudian, muncul seorang wanita cantik yang usianya sekitar 40an. Dia diikuti Erni yang membawa baki dengan secangkir minuman hangat di atasnya.

"Nikolaus?" sapa wanita cantik itu dengan nada tanya.

"Niko, Bu," balas Niko seraya berdiri dan membungkuk penuh hormat.

"Duduk, duduk," wanita itu menyuruh Niko yang terlihat segan itu duduk. Dia sendiri juga duduk dengan sangat sopan di depan Niko.

Penampakan wanita itu sangat glamour, beberapa perhiasan lengkap melekat di tubuhnya. Dari gelang, cincin, jam tangan, anting-anting, kalung, hingga gelang kaki. Meski semuanya tidak mencolok, tapi tetap membuat penampilan wanita itu sangat mewah. Wajahnya sangat mulus bak perempuan dua puluh lima tahun. Tapi lehernya tidak bisa berbohong, tetap menunjukkan bahwa dia adalah perempuan yang sudah berumur.

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang