Sementara itu Akhyar yang masih sedih, tampak sedang mengatur perasaannya. Dia dan Patty berada di bagian ruang depan rumah Patty yang penuh dengan alat-alat musik milik suaminya."Aku hanya sempat memilikinya beberapa saat. Setelah itu dia sudah jadi hak milik orang lain, Patty..." isak Akhyar yang duduk di sebuah bangku. Dia tertunduk lesu.
Patty yang berdiri menyender di dinding, tak sanggup menahan tangis. Melihat Akhyar yang begitu terpukul.
"Relakan, Akhyar. Ini akan jadi awal mula lu perbaiki hidup lu. Hidup baru lu. Bersama anak dan cucu lu kelak... Gua yakin. Mereka memiliki banyak anak ..., jangan putus harapan."
Patty juga baru mengetahui alasan Akhyar yang dulu sempat memelihara dan memanjakan dirinya tanpa menyentuhnya sama sekali. Akhyar ternyata memiliki masa lalu yang kelam. Meski Akhyar mengaku hanya sekali melakukannya, tapi Akhyar merasakan dampaknya di sepanjang usianya. Akhyar belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri, hingga dia akhirnya bertemu dengan Sabine. Dan hanya Sabine yang mampu merubah hidupnya.
"Lu bayangin aja nanti. Sabine yang hidup bahagia dengan cintanya. Gua yakin dia akan terus sama lu, Yar. Dia nanti yang mau rawat lu. Karena dia juga pernah jatuh cinta sama lu. Meski sekarang sudah berbeda."
Patty menghisap rokoknya dalam-dalam.
"Sepertinya memang begini jalan hidup lu dengan Sabine. Seandainya, lu ketemu dengan dia dengan cara yang lain, mungkin nggak bakal sedalam ini sayang lu ke dia. Karena lu tau dia pernah sangat perhatian ke elu dulu, perempuan yang sangat baik, berusaha menyenangkan orang-orang sekitarnya. Perempuan tulus."
"Yes. She is. Rasanya ingin sekali aku memutar waktu, Pat. Jika datang gilaku, aku sempat berpikir bahwa lebih baik aku tidak mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Seharusnya dari dulu aku putuskan hubunganku dengan anak-anak asuhku dulu secepat mungkin begitu tahu bahwa aku benar-benar mencintainya. Dan hidup bersamanya. Karena dia bersedia awalnya, Patty. Bersedia menikah denganku." Akhyar menutup penuh wajahnya. Dia masih mengingat kata-kata Sabine saat masih bersamanya dulu. Sabine memang menginginkan dirinya seutuhnya.
"Gila, Patty. Aku masih saja mengenang masa-masa indah dengannya. Dia dulu adalah gadis tenang, gadis yang benar-benar tenang. Dia wangi, Patty. Aroma tubuhnya beda."
Patty memejamkan matanya. Tentu tidak mudah bagi Akhyar melupakan perasaannya serta kenangan-kenangan bersama Sabine dulu.
Akhyar mengusap-ngusap hidungnya dengan sapu tangan.
Kemudian menghela lega.
"Niko sangat beruntung memilikinya..." desahnya.
Keduanya terdiam. Cukup lama.
Patty yang masih dengan rokoknya dan Akhyar yang tatapannya kosong tertuju ke piano yang berada di hadapannya.
Tak lama kemudian, terdengar kata-kata ampun dari mulut Akhyar. Sangat pelan. Patty tersenyum melihatnya. Akhyar benar-benar ingin berubah dan berusaha melupakan hal-hal buruk, meski memang sangat sulit.
Patty memang sangat mengenal Akhyar. Pria yang memiliki hati lembut dan sangat perasa.
"Lu lebih baik istirahat, Yar. Gua tau pikiran lu pasti capek banget. Tapi setidaknya, satu fase sudah lu lewati. Hidup lu ke depan juga nggak lagi terjebak dengan masa lalu. Lu ikuti aja, kayak gua. Lu kenal gua kan? Gua juga pernah kehilangan cinta. Tapi buat apa diteruskan jika menyakitkan. Dan gua tau apa yang terbaik buat hidup gua. Felix tetap gua anggap yang terbaik buat gua."
Patty menelan ludahnya.
"Kayak lu. Sabine pernah singgah di hati lu dulu. Tapi ternyata dia nggak bisa lu dapetin lagi. Lu harus tau apa yang musti lu hadapin selanjutnya. Hidup lu pasti lebih istimewa. Memiliki seorang putri yang baik hati lagi cantik. Putri yang hidupnya sangat bahagia dengan pria yang dia cinta. Dan pria itu juga sangat mencintainya, mau menerima statusnya, menerima apa adanya. Pria itu juga sangat mengenal papa putri itu..." Patty terkekeh. Senyumnya mengembang lebar.
"Kurang apa hidup lu, Yar. Sabine dan Niko pasti sayang banget ma lu," tutup Patty sambil menepuk-nepuk bahu Akhyar.
Akhyar benar-benar lega setelah mencurahkan perasaannya dengan Patty. Dia cerna kata-kata supportive Patty. Patty memang sangat benar. Dia seharusnya membayangkan hidupnya yang akan bahagia di hari-hari yang akan datang. Dia tidak perlu sedih lagi. Toh Sabine dan Niko adalah orang-orang yang sangat mengenalnya. Sabine yang pernah merawatnya, membuatnya bahagia, dan Niko yang dulu sangat mengenal baik dirinya. Akhyar tak perlu mengkhawatirkan hidupnya lagi.
_______
Wajah Niko sangat lega saat Mama Lita, Silvi dan Olive pamit meninggalkan mereka. Pesan-pesan pun tak luput terucap dari mulut mereka. Berharap akan berjumpa lagi di lain waktu.
Niko langsung menggendong tubuh Sabine yang masih berbalut gaun pengantin itu ke kamar. Lalu menutup dan mengunci pintu kamar dengan amat perlahan.
"Jangan dibuka...," desah Niko ketika Sabine hendak melepas gaun pengatinnya.
"Gerah, Om," keluh Sabine. Keringat memang sedari tadi mengucur dari seluruh tubuhnya yang berbalut gaun indah. Entah berapa tisu yang dia habiskan hanya untuk menyeka keringat di bagian dahinya saja.
Sabine hendak melepas ikatan pita yang berada di atas pinggangnya.
"Please... Jangan," cegah Niko memelas. Dipegangnya tangan Sabine yang hendak melepas ikatan pita itu. Ditatapnya wajah Sabine tajam. Sabine pun menghentikannya.
Niko lalu menggamit lengan Sabine dan membimbingnya duduk di tepi tempat tidur.
"Om belum puas liat kamu secantik ini," lirih Niko sambil menggenggam tangan Sabine. Diamatinya wajah Sabine dari samping. Sabine meliriknya malu-malu. Tak sanggup membalas kata-kata Niko.
Niko mendaratkan kecupan di bibir merah Sabine. Cukup lama. Hanya kecupan. Tak ada balasan dari Sabine. Sabine hanya memejamkan matanya.
"Om. Rasanya masih sama kayak pertama kali Om kecup aku dulu," ujar Sabine dengan bibir gemetar. Lalu Sabine meraba bibir Niko. Bibir yang pertama kali menyentuh bibirnya. Meski dia menyadari Niko mengecupnya dulu hanya untuk menenangkan dirinya. Akan tetapi bagi Sabine, itu adalah ciuman pertama yang tak terlupakan.
Dan kecupan itu pun berlanjut menjadi saling lumat. Masing-masing merasakan gemuruh dan gejolak dari dalam dada. Desiran-desiran jantung membuat keduanya hanyut dalam perasaan cinta. Juga napsu.
Niko merebahkan tubuh Sabine perlahan ke atas tempat tidur. Dia ingin memastikan hiasan dan gaun pengantin masih melekat sempurna di tubuh Sabine.
"Om..., apa nggak terlalu awal kita melakukannya?" tanya Sabine. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaannya sekarang.
"Menurut kamu?" tanya Niko yang sudah melepas gesper dari lingkar pinggangnya, membuka celananya separuh, juga boxernya.
Niko sudah siap dengan posisi menyerangnya. Ditatapnya tajam wajah Sabine yang berada di bawah tubuhnya. Wajah khawatir dan cemas.
"Apa yang kamu khawatirkan, Sayangku?" tanya Niko yang sudah menyingkap bagian bawah gaun pengantin Sabine. Dibukanya kaki panjang Sabine lebar-lebar setelah melepas celana dalam Sabine.
Tanpa meminta persetujuan dari Sabine, Niko merekatkan pinggangnya ke tubuh Sabine.
Kini meraka saling tatap dalam diam. Niko yang menatap Sabine dengan senyum khasnya, sementara Sabine menatapnya dengan perasaan sedikit cemas.
Niko tidak buru-buru menggerakkan pinggangnya. Dia ingin melalui momen ini dengan penuh hikmad. Menikmati tubuh Sabine yang masih berbalut pakaian indah. Kapan lagi? Begitu menurutnya. Jika di lain waktu melakukannya, pasti akan berbeda pula rasanya. Ini momen tepat baginya.
Dan akhirnya Sabine pun mulai menikmati gerakan Niko yang semakin dalam menghujam tubuhnya. Senyum manis mengulas bibirnya.
"I love you," ucap Niko ketika tahu Sabine tampak mulai tenang.
"I love you too."
Sabine lalu mengangkat kakinya yang mengangkang tinggi-tinggi dan menyatukannya. Kemudian dikesampingkannya ke sisi kanan, agar senjata Niko lebih terasa sesak di dalam tubuhnya. Dan tentu dia akan mendapatkan kenikmatan lebih.
Sesak akhirnya menjalar ke sekujur tubuh Niko, ketika dia merasa milik Sabine mencengkram kuat miliknya. Sedikit kesusahan bergerak di awalnya. Namun karena nikmat tak mampu dia hindar, serta licin di area milik Sabine, Niko berhasil bergerak dengan teratur hingga membuat Sabine terlena dengan gerakannya.
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabine (The Unforgettable Girl)
RomanceKisah Sabine yang akhirnya bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Meski harus melewati masa-masa sulit. Selamat membaca kisah ini. Terima kasih... 18+ #1 in agegap (26 January 2021) #1 in sabine(26 January 2021) #5 in apartemen (26 January 2021) #...