Sementara itu, di waktu yang sama, di teras belakang rumah Patty.
Patty dan Niko duduk berdua. Tentu ditemani rokok, karena cuaca lumayan dingin malam itu.
"Lu kenapa harus worry gitu?" tanya Patty setelah menyeruput kopinya.
"Soalnya gue bukan suaminya lagi, Pat."
Niko memandang taman belakang rumah Patty yang penuh bunga-bunga dengan pasrah. Dia teringat pesan gambar dari Akhyar sore tadi setelah dia serahkan data-data Sabine. Surat menyurat yang berhubungan dengan pernikahannya dengan Sabine sudah dibatalkan.
"Hahaha..., itu kan secara administrasi. Lu tetap suaminya, Nik," hibur Patty.
"Takut dia berubah pikiran, Pat. Dia punya kuasa sekarang. Gue kan nggak subur."
"Aduh, Nik. Gua tau banget mantan bos lu. Mana ada dia mau nyakitin orang. Mungkin seumur-umur cuma mamanya Sabine tuh yang dia sakiti."
Niko menghisap rokoknya dalam-dalam. Entahlah. Dia tidak begitu yakin.
"Bisa mati gue kalo harus kehilangan Sabine," desahnya penuh rasa khawatir.
"Bucin lu ah."
"Lo enak. Tinggal nyaksikan doang, Pat."
"Nikoooo..., ah lu mah. Yang jantan dong. Greget dikitlah." Patty menerajang Niko dengan kakinya.
"Ok. Gua telpon ipar gua. Anggiat. Kira-kira apa pesan Akhyar ke dia. Lu mau tau nggak?" usul Patty tiba-tiba.
Seketika wajah Niko berubah cerah.
"Boleh, Pat. Biar tenang gue juga,"
"Muka lu udah kayak kura-kura, Nik. Jelek."
Patty langsung beranjak dari duduknya, melangkah menuju bagian dalam rumahnya, lalu diraihnya telepon rumah tanpa kabel yang berada di sisi dapur. Kemudian melangkah cepat kembali ke posisi duduknya di teras belakang rumahnya, sambil mendengar nada sambung dari teleponnya.
"Mana sih Restu. Di Indo paling jam sepuluh malam nih. Kira-kira udah tidur nggak ya," ujar Patty sedikit menggerutu. Saat itu, di Melbourne menunjukkan pukul enam. Jarak waktu di Indonesia kira-kira empat jam lebih maju.
"Lu tidur jam berapa di Indo?" Patty iseng bertanya. Dia sedikit gusar, karena panggilannya belum disambut dari Jakarta.
Niko terkekeh.
"Gue tidur yah..., seringnya jam dua pagilah. Gue tidur kadang cuma empat jam, kadang tiga jam."
"Ngapain? Rodi ama bini lu?"
"Bos gue yang baru nih, mabuk kerja. Sebenarnya sih tergantung kita-kita. Cuma dia emang bikin semangat kita cari duit banyak. Iming-iming bonus kalo kita mau begadang."
"Pinter bos lu, Nik. Bos yang ini gimana? Sedeng nggak?"
"Akhyar baik," tanggap Niko. "Dia beda lagi. Berani kasih gaji gede juga ama yang loyal ma dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabine (The Unforgettable Girl)
RomanceKisah Sabine yang akhirnya bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Meski harus melewati masa-masa sulit. Selamat membaca kisah ini. Terima kasih... 18+ #1 in agegap (26 January 2021) #1 in sabine(26 January 2021) #5 in apartemen (26 January 2021) #...