77. 🥐 Resah Niko

7.1K 579 2
                                    

Bukan main Katie senang saat Sabine dan Niko melangkah menuju pelaminan hendak menyalami dirinya dan Ridwan. Dipeluknya Sabine lama-lama, sambil menangis sesenggukan.

"Makasih, Sabine. Lo inspirasi gue banget. Gue nggak tau harus bilang apa lagi ke elo...,"

Sabine mengusap-usap punggung Katie.

"Gue juga makasih, Katie. Mau jagain abang gue...,"

Katie tergelak di tengah tangisnya.

"Abang Ridwan memang bikin gue jatuh hati banget. Baiiiiik," bisik Katie yang tidak sanggup menahan harunya.

Ridwan yang di sebelahnya tersenyum melihat keduanya berpelukan.

"Sudah..., giliran abangmu peluk Sabine. Sini kau, Sabine. Rindu kali abang sama kau...," decaknya. Sementara Niko yang di belakang Sabine tersenyum simpul melihat Ridwan berceloteh.

"Abaaaang..." teriak Sabine tertahan. Dipeluknya tubuh gendut Ridwan kuat-kuat. Tak ayal Ridwan memeluk dan mencium-cium pipi Sabine berulang-ulang. Wajah Sabine memerah menahan malu. Ridwan belum pernah melakukannya.

"Abang sayang kau, Sabine...," ujar Ridwan sambil mengacak rambut Sabine.

Kemudian giliran Niko menyalami keduanya.

Pernikahan Katie dan Ridwan berlangsung sangat meriah di sebuah gedung mewah. Paduan dua adat yang berbeda, Batak dan Sunda, di pesta perkawinan mereka menambah suasana kian hikmad lagi akrab. Wajah-wajah puas terlihat dari para undangan yang terlayani dengan baik, juga yang mengundang. Semua yang terlibat sangat bahagia.

Sabine dan Niko duduk berdua sambil pandang-pandangan di salah satu sudut ruangan. Keduanya saling lempar senyum.

"Kenapa?" tanya Niko dengan mata sayunya. Diraihnya tangan Sabine dan menggenggamnya.

Sabine menghela napas pendek. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruang besar yang masih dipenuhi para tamu yang lalu lalang memilih-milih makanan.

"Nggak papa kan jika pernikahan kita nggak semeriah ini?,"

Sabine menggeleng tersenyum. Manis sekali.

"Aku bukan mikirin itu, Om. Aku senang banget sahabat-sahabatku semua mendapatkan kebahagiaan. Aku juga. Dari Om pasti. Makasih, Om Niko. I love you..., so much,"

Niko menundukkan kepalanya sesaat, lalu mendongak memandang wajah cantik Sabine.

"Kamu masih kayak dulu. Selalu sweet. Nyenengin hati Om...,"

Sabine malu-malu memandang wajah tampan Niko. Wajah yang selalu ada di benaknya di sepanjang usianya.

"Om cinta kamu juga..., pake banget," ucap Niko sambil mencubit pipi Sabine.

***

Akhyar akhirnya menyetujui usulan Niko, mengunjungi keluarga Niko di Bantul akhir bulan Desember. Niko berhasil meyakinkan papanya bahwa Natal adalah saat yang sangat tepat untuk mengunjungi keluarganya di Bantul, karena semua keluarga saudara-saudaranya dan keponakan-keponakannya akan berkunjung ke Bantul.

Wajah Niko terlihat cemas saat mendengar nada sambung telepon dari ponselnya.

"Halo...," terdengar suara wanita setengah baya dari ujung ponsel Niko.

"Ma. Aku...,"

"Ck. Nikooo. Kok baru hubungi Mama sekarang. Ke mana aja kamu?"

Niko menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Masih di Jakarta, Ma."

"Sebentar lagi Natal. Kapan pulang?"

"Iya..., aku pulang. Lusa..., sama istri...,"

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang