Tiba-tiba ponsel Sabine berbunyi. Diraihnya gawai yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur."Siapa, Sabine?" tanya Akhyar.
"Pesan dari Om Niko, Papa. Haha."
"Apa katanya?"
"Ih. Papa kepo."
Akhyar bangkit dari rebahnya. Dia ikut duduk di samping Sabine sambil melihat-lihat layar ponsel Sabine.
"Ih. Papa...,"
"Apa katanya, Sayang?"
Sabine menggelengkan kepalanya. Dia tertawa kecil setelah membaca pesan dari Niko.
Kedinginan, Sayang. Om dingin. Nggak ada kamu.
Akhyar ikut tertawa membacanya.
"Balas apa, Pa?" tanya Sabine usil.
Akhyar tampak berpikir. Tapi sepertinya Niko masih mengetik pesan.
"Haha...," tawa Sabine saat membaca pesan Niko selanjutnya.
Pasti kamu lagi dipeluk-peluk Akhyar.
Akhyar menggeleng.
"Sini. Papa telepon,"
"Ih, Papa. Kasian Om Niko."
Tapi Sabine tak kuasa menahan tangan Akhyar. Dia sadar, dia masih milik papanya.
"Halo, Sayaaaaang." Terdengar suara melas Niko. Merana sekali dia.
"Apa kamu sayang-sayang," balas Akhyar.
"Oh Eh, Pak. Maaf."
"Peluk guling kalo dingin,"
"Nggak ada guling di sini, Pak."
"Ah. Kamu. Aku cuma minta semalam. Awas kamu. Pake ngelarang aku meluk anakku."
"I...iya, Pak. Maaf."
Sabine tak sanggup menahan tawa. Sedikit tersanjung mengamati sikap papanya, juga membayangkan sikap Niko yang menantinya di kamar depan.
Tapi Akhyar cukup bijak. Diserahkannya ponsel ke Sabine.
"Iya, Om."
Terdengar suara serak melas dari Niko.
"Duh. Om sudah relain kamu lo. Masa ponsel kamu serahin ke dia juga. Om dapat apa?"
Akhyar tersenyum simpul mendengar sayup suara Niko.
"Ntar juga dapat aku, kan, Om?"
"Iya. Jantungan Om denger suara dia."
"Haha, Om Nikooo, ampun dah,"
"Ok, Sayang. Mmuach. Salam buat camer Om."
"Iya..."
Sabine menutup panggilannya.
Lalu Sabine dan papanya saling pandang.
"Niko...," gumam Akhyar.
"Apa yang Papa tau tentang Om Niko?"
Akhyar menggeleng tertawa.
Lalu keduanya duduk di atas lantai yang berkarpet, seraya menyenderkan bahu masing-masing di sisi tempat tidur. Keduanya duduk sambil memeluk dua lutut masing-masing. Sepertinya cerita mereka akan berlanjut.
"Rajin. Idola perempuan. Karena dia tampan. Baik. Mau membantu pekerjaan staff lain tanpa pamrih."
Sabine mengeratkan pelukan ke teddy bear yang berada di dalam pelukannya kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabine (The Unforgettable Girl)
Storie d'amoreKisah Sabine yang akhirnya bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Meski harus melewati masa-masa sulit. Selamat membaca kisah ini. Terima kasih... 18+ #1 in agegap (26 January 2021) #1 in sabine(26 January 2021) #5 in apartemen (26 January 2021) #...