Evi mengusap-usap punggung Niko saat Niko membuka surat dari dokter Andrologi. Niko dinyatakan memiliki gangguan kesuburan di sistem reproduksi dan fungsi seksualnya. Harapan memiliki anak sepertinya pupus sudah.
"Maaf, Sayang..., mungkin ini jawabannya kenapa kita sulit memiliki anak. Aku minta maaf jika selama ini selalu menolak diperiksa," ucap Niko seraya membuka kacamatanya dan menyeka keningnya.
Hampir enam tahun lebih Niko dan Evi menunggu kehadiran buah hati. Selama itu juga mereka sudah melakukan berbagai macam usaha, namun tidak membuahkan hasil. Sebelumnya Evi sudah memeriksakan dirinya ke dokter kandungan. Hasilnya tidak ada gangguan di kandungannya, malah semuanya dinyatakan sangat sangat normal. Hasil pemeriksaan terhadap kandungan Evi tersebut justru membuat Niko menjadi tiap siap untuk diperiksa, khawatir tidak siap dengan hasilnya.
Akhirnya, Niko pun memutuskan untuk memeriksakan dirinya. Ini karena hampir setiap malam menjelang tidur, Evi selalu tampak sedih dan sering membuka-buka laman mengenai berbagai cara agar memiliki keturunan.
"Nggak papa, Niko," ucap Evi lirih.
"Maaf," ucap Niko sekali lagi. Lalu dengan langkah gontai dia menuju ke balkon kamar, duduk termenung, lalu menyalakan rokok.
Evi hanya memandang nanar punggung Niko. Sedikit menyesal karena kerap menyuruh Niko memeriksakan diri. Dia sebenarnya hanya berharap Niko bisa menerima kenyataan dan mau mengikuti saran-saran dari dokter. Tapi sepertinya hasil pemeriksaan yang sudah diterima malah membuat perasaan Niko sangat terpukul dan tidak lagi percaya diri.
_______
"Jika kamu memang sangat menginginkannya. Kita bisa pisah baik-baik. Kamu normal, Sayang,"
"Aku nggak mau, Niko. Aku nggak sanggup pisah,"
"Aku juga nggak mau jadi beban kamu terus menerus, Evi,"
"Kita cari jalan lain. Pasti ada, Niko,"
"Sampai kapan? Kamu lelah nanti,"
Niko memandang wajah istrinya lamat-lamat. Sungguh dia tidak ingin menjadi penghalang bagi Evi yang menginginkan seorang anak.
"Niko. Aku mau menunggu,"
"Sampai kapan, Sayang?,"
Evi menggelengkan kepalanya.
"Aku belum siap. Please, jangan bicarakan tentang pisah. Aku nggak mau," isak Evi lalu memeluk Niko erat-erat.
"Mungkin memang seharusnya aku memeriksakan diri sedari dulu. Ini sudah enam tahun lebih," ujar Niko sambil membelai rambut Evi dan mengecup kepala Evi berulang-ulang. "Usiamu semakin bertambah, Sayang. Aku malah takut kamu nggak punya kesempatan lagi untuk memilikinya," lanjutnya. Suara Niko terdengar sangat serak.
Pasti sangat berat bagi keduanya. Sebelum menikah, mereka menjalin kasih selama lima tahun, lalu menikah. Dan kini usia pernikahan mereka sudah hampir memasuki tahun ke tujuh. Berpisah sangatlah tidak diinginkan keduanya. Karena mereka saling sayang dan cinta.
Evi mengeratkan pelukannya. Bimbang sudah menyelimuti jiwa dan raganya. Tidak sanggup membayangkan berpisah dari Niko, namun di sisi lain dia sangat menginginkan seorang anak.
***
Malam Minggu ini, Sabine menghabiskan waktunya bersama Bella dan Katie di sebuah café mewah. Kebetulan Bella dan Katie sedang tidak 'bertugas'.
"Jadi Om Beni sama Om Ikhsan itu satu kantor?," tanya Sabine setelah meneguk minuman sodanya.
"Iya..., sekarang lagi ditugaskan ke Pontianak," jawab Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabine (The Unforgettable Girl)
RomanceKisah Sabine yang akhirnya bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Meski harus melewati masa-masa sulit. Selamat membaca kisah ini. Terima kasih... 18+ #1 in agegap (26 January 2021) #1 in sabine(26 January 2021) #5 in apartemen (26 January 2021) #...