37. 🥐 Gelisah Akhyar

8.3K 688 1
                                    

Sesak dada Akhyar melihat foto pernikahan Sabine dan Niko lewat layar ponselnya. Dia terisak sambil mendekap kemeja putih bekas pakai Sabine yang tak pernah dia cuci. Ada bau tubuh Sabine yang bisa dia baui tiap-tiap malam sejak Sabine menghilang.

Lalu pandangannya mengedar di setiap sudut apartemennya. Masih ingat tubuh telanjang Sabine berjalan-jalan bebas di apartemennya yang luas. Tubuh polos yang wangi yang selalu dia dekap di kala berduaan.

Akhyar memejamkan matanya. Bibirnya bergerak-gerak seakan mengingat saat-saat dia mencumbui gadis itu. mengecup seluruh tubuh gadis itu. Masih terngiang-ngiang di telinganya suara erang dan desah Sabine kala dicumbunya. Akhyar membasahi bibirnya dengan lidahnya membayangkan kewanitaan Sabine yang sering dia kecup, hisap, dan dia jilat. Dia wangi sekali. Tidak ada gadis sewangi dia, gumamnya.

Akhyar menelan salivanya. Lalu mengatur napasnya yang mulai tidak teratur.

***

"Maaf, Pak Akhyar. Apa perlu kami kembalikan semua yang pernah Pak Akhyar berikan kepada kami. Kami juga tidak tahu bahwa Sabine sudah menikah. Kami tidak mau jadi beban," ujar Bude Rita melalui telepon genggamnya.

Sebenarnya Bude Rita enggan menerima segala pemberian Akhyar sejak Sabine menghilang. Tapi karena Akhyar tahu bahwa Sabine sangat menyayangi pasutri yang sudah berusia senja itu lewat cerita Asni, Akhyar berinisiatif membantu mereka. Bahkan Akhyar terkesan sedikit memaksa.

"Tidak usah, Bude Rita. Malah saya berharap kita akan terus berkomunikasi. Saya ingin kita semua sehat-sehat...,"

Begitu tahu dari Asni bahwa Sabine sudah menikah, Bude Rita yang selama ini dibantu Akhyar menjadi agak segan menerima segala jenis bantuan Akhyar. Tapi setelah mendapat jawaban Akhyar lewat telepon barusan, Bude Rita sedikit lega.

"Asni..., Bude rindu Sabine...," isak Bude Rita sambil memegang dadanya. Saat itu Asni sedang mampir di rumahnya karena ingin menyampaikan kabar terbaru Sabine.

"Kapan Bude bisa bertemu dia ya? Bude pingin meluk dia...,"

"Nanti Asni kasih kabar segera, Bude..., yang penting Bude dan Pakde terus jaga kesehatan,"

***

Sementara itu di Alam Sutera...

Kediaman Nikolaus Loudin

Hidup Niko dan Sabine sangat bahagia sekarang. Terutama Niko, dia merasa rumahnya benar-benar seperti surga. Sebelumnya, jika sudah saatnya pulang kantor, dia malah keluyuran di luar, ke mall, ngafe, atau bahkan nonton. Kadang sendirian, kadang juga bersama teman-temannya. Hingga tengah malam. Niko tidak betah di rumah, karena merasa kesepian. Sekarang, jam pulang kantor selalu dia tunggu-tunggu di setiap harinya. Senyum rekah Sabine membuatnya semangat untuk pulang segera.

Seperti sore ini. Sabine yang hanya memakai atasan baju kaos tipis tanpa bra berlarian menuju garasi menyambut kepulangan Niko dari kantor.

"Hei...," sapa Niko dengan senyum lebarnya. Dikecupnya bibir Sabine yang sudah menggelayut manja di bawah ketiaknya. Sabine mengerang manja. Niko suka sekali melihat wajah binar istrinya itu.

Sabine langsung menyambut tas kerja dan tas bekal Niko.

Lalu, sambil bergandengan tangan, mereka melangkah memasuki rumah.
————

"Sedang apa barusan?," tanya Niko yang kini sudah duduk di tepi tempat tidur.

"Nyari info kuliah, Om," jawab Sabine sambil meraih sepatu yang baru dilepas Niko dari kakinya. Lalu meletakkannya di rak sepatu sisi pintu kamar mandi.

"Udah ada gambaran mau belajar apa?,"

Sabine tersenyum malu. Dia lalu duduk mengangkan di pangkuan Niko sambil melepas kancing-kancing kemeja Niko.

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang