17. 🥐 Better Moment

7.4K 630 1
                                    

Sabine meraih ponselnya yang dia tidak acuhkan sejak semalam. Bibirnya mencebik melihat ada banyak panggilan yang dia terima. Dari Bella juga Katie.

"Di mana lo, Sab?." Terdengar suara garang Bella di telinga Sabine.

"OTW balik. Gue baru pulang dari hotel. Ini masih di taksi," jawab Sabine cuek.

"Ha? Dari hotel? Lo bukannya kabur dari Om Bira semalam?,"

"Tau dari mana lo?,"

Helaan jengkel dari Bella terdengar.

"Sabine..., gue ditelpon sama Om Ikhsan, dia cerita kalo lo mewek pas mo mulai. Bira yang kasih tau dia semalam,"

"Lo? Kok Om Bira hubungi Om Ikhsan? Bukannya perjanjiannya harus jaga rahasia?,"

"Soriii, gue lupa ngasih tau lo soal kedekatan Om Ikhsan ma Om Bira. Mereka sepupuan."

Sabine mendengus kesal. Sebelum memutuskan untuk 'bekerja', Bella berhasil meyakinkan dirinya bahwa menjadi piaraan pria hidung belang kelas atas harus pandai-pandai menjaga rahasia dan tidak mengumbar kegiatan yang berhubungan dengan mereka di medsos. Ternyata bocor juga dan malah terjadi di saat dia baru saja memulai. Ya, mungkin aku memang nggak berbakat menjadi sugar baby, Sabine membatin.

"Eh, trus lo baru dari hotel? Lo ngapain di sana? Nginap di mana lo?,"

Pertanyaan yang di luar dugaan muncul dari mulut Bella. Sabine sempat terdiam.

"Gue nginap di balik-balik tiang hotel," dusta Sabine.

"Ha? Masa? Kok bisa? Nggak diangkut satpam hotel lo?," cecar Bella.

"Nggak..., gue disayang satpam, Bellaaaa," canda Sabine.

"Aih? Sabiiiine!! Geliii,"

***

Minggu sore, Sabine kembali meluncur bersama Bella dan Katie dengan mobil mewah yang dikendarai Bella. Mereka menuju sebuah café mewah di daerah Sudirman. Bukan mengincar para gadun yang sering nongkrong di sana, tapi Bella hanya iseng ingin menjelaskan ke Sabine dunia yang dia geluti sekarang.

Dan kini mereka sudah duduk cantik di dalam café dan mulai menyalakan rokok masing-masing. Minuman dingin yang sebelumnya mereka pesan pun sudah siap dinikmati.

"Sab Sab. Untung kita sobitan dari awal SMP. Kalo nggak, gue cekek leher lo sampe mampus!," mulai Bella. Katie yang di sebelahnya cekikikan.

"Sori, Bel. Gue bener-bener nggak siap semalam. Gue ngerasa Om Bira nggak begitu senang sama gue,"

"Gimana mau senang, lah komuk lo aja anyep gitu. Kan udah gue bilang ke elo, lo harus centil-centil, manja-manja...,"

"Enak banget Sabine, duit dapet, sementara lo masih 'utuh'," Katie ikut menyela.

Bella terlihat kesal dengan Sabine.

"Jadi gimana nih? Lo masih mau terusin? Atau lo jalan sendiri. Gue punya aplikasi nih kalo lo mau. Cuma kekurangannya kalo lewat aplikasi, kita benar-benar blank. Kalo lewat gue ya orangnya jelas. Nih, macam-macam jenisnya, ada yang cuma sekadar ajak ngobrol tanpa ngesex, tapi emang bayarannya kecil. Terserah lo. Gue cuma ngasih lo jalan. Kalo masih ngarepin relasi gue, gue bisa atur,"

Sabine hanya memandang layar ponsel Bella sekilas. Senyum sinis muncul begitu saja dari bibirnya. Dia tidak begitu bergairah membaca berbagai informasi yang ditawarkan lewat aplikasi tersebut. Dia sudah dimanja Akhyar semalam.

Sabine menghisap dalam-dalam rokoknya mengenang kejadian semalam. Benar-benar di luar perkiraannya. Masih terasa lembutnya sentuhan-sentuhan jari-jari panjang halus Akhyar yang memandikannya semalam. Penuh kasih sayang. Kembali terkenang masa kecilnya yang senang dimandikan oleh pengasuh-pengasuhnya terdahulu, dari Ika, Erni, terakhir Niko. Lalu semalam Akhyar.

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang