30. 🥐 You're Still my First Love

8K 755 4
                                    

Niko tersenyum melihat beberapa buku dongeng berbahasa Inggris yang tergeletak di atas meja kecil di kamar Sabine. Dia ingat dirinya yang selalu membacakan buku-buku tersebut menjelang Sabine tertidur.

"Masih dibaca?," tanya Niko sambil meraih salah satu buku.

"Masih, Om. Kalo nggak, aku nggak bisa tidur," jawab Sabine yang sedang menunggu lampu kettle air panas padam. Sabine hendak membuat minuman panas buat Niko.

Tak lama, air panas sudah masak dan Sabine pun siap menyeduh teh buat Niko.

"Om Niko sekarang tinggal di mana?," tanya Sabine sambil mengaduk air panas yang sudah bercampur dengan teh di wadah kecil. Lalu diletakkannya di hadapan Niko.

"Alam Sutera...,"

"Wah jauh...,"

"Jadi..., ceritanya tau posisi aku dari siapa?,"

Niko tergelak.

"Bentar..., Om mau nanya. Kenapa kamu nggak pernah balas pesan Om. Kenapa kamu nggak pernah hubungi Om lagi? Kenapa kamu nggak kasih kabar tentang orang tua kamu?,"

Sabine terdiam. Ternyata Niko juga menghubunginya dulu.

"Karenaa..., karena Om nggak pernah balas pesan aku," jawab Sabine.

Niko terhenyak dengan jawaban Sabine. Kok bisa?

"Terakhir aku dapat pesan dari Tante Evi, dia bilang Om sibuk bolak balik Jakarta-Malaysia..., trus setelah itu aku kirim pesan terus-terusan, nggak pernah dibalas. Trus, kayak dihapus gitu...,"

Niko memejamkan matanya. Ini pasti ulah Evi, batinnya. Karena Evilah satu-satunya yang mengetahui kata kunci semua media sosialnya. Tapi kenapa? Padahal Evi dulu sangat menyukai Sabine. Apa Evi berubah saat itu?

"Aku pikir Om nggak mau peduli aku lagi,"

Niko menyeruput teh yang dibuat Sabine. Kini dia lega, karena sudah tahu penyebab kenapa dirinya dan Sabine sulit saling kasih kabar.

"Om keliling cari kamu, Sabine. Om Syok. Dari Kemang sampai ke sekolah kamu. Hingga akhirnya Om berpikir bahwa kamu ikut Mama kamu ke Melbourne,"

Sabine mencibir.

"Mana mau Mama ajak aku ke sana, Om. Dia nggak peduli aku lagi."

Niko menghela napas panjang, menatap langit-langit kamar Sabine.

"Trus..., kamu..., Akhyar?,"

Sabine menelan ludahnya. Dia sebenarnya sudah tidak ingin membicarakan masalah besarnya yang terjadi dulu.

Sabine cemberut. Perasaannya mulai terganggu.

"I don't wanna talk about it," desahnya dengan raut wajah kecewa.

"Ok..., Om sudah tau semuanya. Dari Bella, teman kamu. Dia cerita sedetail-detailnya," ungkap Niko akhirnya. Dia tidak ingin mengacaukan perasaan Sabine. Toh, hubungan Sabine dan Akhyar sudah tidak diinginkan Sabine lagi sepertinya.

Sabine menatap kosong lantai kamar kosnya. "Bella...," batinnya. Dia bingung, apakah dia senang atau tidak dengan apa yang telah dilakukan Bella. Tapi akhirnya dia cukup menghargai Bella. Bella sangat peduli dengannya.

"Makasih, Om. Masih mau ketemu aku," ucap Sabine akhirnya.

Niko tersenyum.

"Kamu nggak punya hape? Kalo Om suatu hari pingin ketemu kamu lagi gimana hubungi kamu?," tanya Niko yang sudah siap-siap beranjak dari kamar Sabine.

"Kan tinggal singgah di pasar," balas Sabine.

"Kamu pegang hape Om ya? Om punya dua. Satu ada di rumah...," bujuk Niko seraya meraih tangan Sabine dan meletakkan ponselnya di genggaman Sabine.

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang