Niko dan Sabine kini sudah kembali ke tempat tidur setelah makan malam dan membersihkan diri.
"Ini Mama Om, namanya Yuna. Yuna Alicia Indahwati. Yogya asli. Guru SMP. Cerewet. Nyebelin juga...,"
Niko dan Sabine duduk-duduk di atas tempat tidur. Niko tampaknya sedang memperkenalkan anggota keluarganya ke Sabine lewat foto-foto yang ada di ponselnya. Dan Sabine mengamati foto-foto itu dengan seksama.
"Ih, Om Niko. Masa bilang mamanya neyebelin?,"
"Kadang. Tapi Om tetap sayang...,"
Sabine tersenyum simpul melihat sikap Niko.
Sabine menganggap Niko sedang membacakan dongeng malam itu sebelum tidur. Dongeng mengenai anggota keluarganya.
"Ini Papa Om. Darius Otte,"
Sabine memandang foto Papa Niko dengan raut serius.
"Papa Om campuran Jerman dan Belanda. Tapi udah lama banget tinggal di Bantul. Lahir juga di Bantul," ujar Niko seakan tahu bahwa Sabine hendak bertanya.
Sabine mengangguk-anggukkan kepalanya saat melihat foto Papa Niko yang perawakannya memang bukan berasal dari Indonesia.
"Nah ini kakak Om, Nechemya. Mirip ya sama Om? Tapi badannya lebih berisi,"
Sabine tersenyum. Wajah Nechemya memang sekilas mirip dengan Niko.
"Soalnya jarak usia kita hanya satu tahun. Hm..., kita suka berantem. Hehe..., tapi Om ngalah aja. Makanya Om kabur,"
Sabine tertawa kecil. Dia terus mengamati layar ponsel Niko yang penuh dengan poto-poto keluarga. Sabine senang, tampaknya Niko terlahir dari keluarga yang sangat bahagia.
"Ini Nathan, adik pas di bawah Om. Dia tinggal di tengah kota. Dosen. Pinter banget. S2nya di Singapore. Paling pinter di keluarga. Dan ini adik bungsu Om. Namanya Noah, Dokter. Pinter juga. Tinggal di Sleman...,"
"Trus Om Nechemya? Dia itu kerjanya apa?,"
"Oh..., Om lupa ngasih tau ya? Kontraktor. Pengusaha properti juga,"
Sabine tersenyum melihat anak-anak kecil yang ada di poto-poto selanjutnya.
"Hm..., keponakan Om cowok semua ya?,"
"Iya. Enam-enamnya cowok. Kasihan Mama Om. Suka kewalahan kalo sedang kumpul semua. Soalnya suka berantem. Kecuali kalo Om datang ke sana. Pada diem,"
"Emang Om marahin?,"
"Nggak. Malah manja sama Om...,"
"Oh. Lucu banget kayaknya kalo pada kumpul..., seru ya,"
Niko mengangguk.
Sabine menghela napasnya. Dia tampak sedih.
"Nggak usah sedih. Ntar, Natal ini Om ajak kamu ke sana. Om kenalin sama keluarga Om...,"
Niko tahu, Sabine tidak pernah diikutkan kumpul-kumpul keluarga besar. Selama dirinya mengasuh Sabine selama lebih kurang dua tahun, Mama Carmen memang tidak pernah mengajak Sabine ikut arisan keluarga besar. Begitu juga Mama Lita yang juga jarang sekali menghubunginya. Hingga Sabine yang sedih mengeluh ke dirinya bahwa dirinya seperti tidak diaku. Nikolah yang terus berusaha menenangkan dirinya agar kuat.
"Kira-kira Mama Om mau nerima kedatangan aku nggak ya?," harap Sabine bertanya.
Niko menghela napas berat. Sekilas dia mengingat mamanya menguhubunginya sore tadi. Ada penolakan dari mamanya terhadap diri Sabine.
"Ya..., nanti Om jelasin. Nggak usah khawatir. Om kan sama kamu terus. Nggak ke mana-mana ini,"
Niko lalu merangkul Sabine erat dan mengecup kepala Sabine penuh rasa sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabine (The Unforgettable Girl)
RomansaKisah Sabine yang akhirnya bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Meski harus melewati masa-masa sulit. Selamat membaca kisah ini. Terima kasih... 18+ #1 in agegap (26 January 2021) #1 in sabine(26 January 2021) #5 in apartemen (26 January 2021) #...