16. 🥐 Daddy Akhyar

9.1K 657 10
                                    

Wajah Bella gusar saat menerima telepon dari Om ikhsan. Berkali-kali dia memukul-mukul setirnya. Dia kecewa karena Sabine tidak bersikap yang diharapkan.

"Duh. Si Sab gimana sih!," ucapnya sedikit berdecak setelah mengakhiri panggilan dari Ikhsan.

"Emang kenapa, Bel?," tanya Katie yang duduk di sebelahnya.

"Sabine mewek pas mau dipegang Om Bira. Katanya nangis kejer. Si Bira ni nggak tega, trus Sabine disuruh pergi. Dikasih duit sih. Tapi kan gue malu, Ket..., nggak enak. Soalnya gue yang rekomen Sabine ke Om Ikhsan biar dipake Om Bira."

"Hm..., maklumlah, pengalaman pertama. Lagian lo tau kan si Sabine dari awal ragu-ragu gitu, pas ketemu langsung ama gadun yaaa wajarlah takut...,"

"Hah. Bikin masalah aja. Gedeg gue. Untung Om Ikhsan di luar kota. Kalo nggak, bisa-bisa gue yang kehilangan gairah gara-gara nih sabun," rutuk Bella sambil meremas-remas ponsel mahalnya.

"Lo telpon Sabine, Ket. Ada di mana tuh orang!," perintah Bella.

Katie meraih ponselnya dan menghubungi Sabine.

"Hm..., nggak diangkat," gumamnya dengan raut wajah kecewa.

"Duh..., di mana sih tu anak. Bikin hari gue runyam aja," Bella mulai kesal.

"Mungkin pulang, trus tidur kali...,"

Bella mendengus kesal. Sabine benar-benar membuat suasana hatinya kacau.

______

Sementara itu di kamar Hotel Daddy Akhyar

"Edith Sabine Mahfouz...," gumam Akhyar sambil memainkan busa dan mengusap-ngusapkan ke bahu polos Sabine yang tubuh telanjangnyanya sudah berada di dalam bath up. Sementara Akhyar yang masih berpakaian lengkap duduk bersimpuh di sisi luar bath up sambil menatap wajah cantik Sabine. Sesekali jari-jari panjangnya mengelus pipi Sabine perlahan.

Sabine tersenyum ke arah pria lembut itu.

Akhyar sejenak memperbaiki dasi yang masih melekat di kemejanya.

"Kamu cantik..., ada darah arab yang mengalir di tubuh ini?," tanyanya menatap Sabine penuh kagum.

Sabine mengangguk lemah. Dia tampak senang diperlakukan sangat lembut oleh pria berhidung mancung itu.

"Iya. Almarhum Papa imigran Aljazair di Perancis. Trus pindah ke Jakarta sejak umur 16. Mama aku Solo,"

Akhyar tersenyum mendengar jawaban dari mulut mungil Sabine.

_____

Sebelumnya, saat tiba di kamar, Akhyar berhasil membujuk Sabine yang tengah menangis. Lalu dengan tenang dia mendengar keluh kesah dan kisah hidup Sabine. Akhyar melihat ada kejujuran di mata Sabine. Dipeluknya tubuh Sabine erat seakan ingin memberinya kekuatan dan dukungan. Sikap Akhyar yang lembut dan penuh kasih sayang ini sekejap meruntuhkan perasaan sedih Sabine malam itu.

Bahkan tatapan Akhyar pun mampu membuat Sabine melucuti seluruh pakaiannya.

"Bersihkan tubuh kamu, Sayang...," perintah Akhyar setelah selesai puas memandang tubuh polos Sabine yang mulus tak bercela.

_____

"Jadi ini pertama kali kamu mencoba mencari uang?," tanya Akhyar lembut. Diusapnya kepala Sabine yang duduk di sampingnya di tepi tempat tidur.

"Iya, Dad," jawab Sabine. Entah kenapa dia merasa tenang di sisi Akhyar. Sabine merebahkan kepalanya di dada Akhyar, lalu memohon Akhyar memeluk tubuhnya.

"Kamu pasti rindu Papa kamu ya?," desah Akhyar seraya melingkarkan dua tangannya di pinggang Sabine.

Sabine mengangguk. Dia jarang sekali bertemu papanya sejak lahir, karena tugas papanya yang kerap berpindah-pindah.

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang