31. 🥐 Nikahi Aku

8.6K 833 17
                                    

Om jemput ya? Kita main ke PI

Nggak usah, Om. Repot. Ciputat kalo dah sore macet. Biar aku naik ojek ke sana. Monolog kan?

Setelah memperoleh izin Ridwan, Sabine meluncur ke mall PI. Dia malah diantar Giok, anak buah Ridwan, dengan motor besar.

_______

Niko tersenyum puas ke arah Sabine yang baru tiba di gerbang mall. Apalagi melihat dandanan Sabine yang sempurna sore itu. Tubuh Sabine dibalut Cardigan rajut coklat dengan celana krem terang. Kaki Sabine tetap menawan meski ditutup oleh sepatu kets limapuluh ribuan. Tas kecil lusuhnya juga tidak merusak penampilannya. Sabine tetap cantik. Ciri khas lainnya adalah rambut pirangnya yang tetap pendek. Kali ini rambutnya ditata rapi, diminyaki, sehingga wajah mulusnya terlihat lebih jelas. Sabine sentuh rambutnya yang rapi itu dengan jepit kecil di sisi kiri kepalanya. Niko senang melihatnya. Sabine tidak berubah, gumamnya dalam hati. Tetap simpel.

Lalu mereka berdua melangkah menuju café yang mereka tuju.

"Masih sering ke sini?," tanya Niko di tengah langkah mereka menuju café.

"Terakhir kan pas aku diajak Tante Evi, Om. Pas kita jalan-jalan seru,"

"Kamu nggak ke sini lagi setelahnya?,"

"Nggak,"

"Sama teman kek?,"

"O..., bukan di sini. Sering ke café Sudirman. Ikutan nongkrong sama Bella dan Katie,"

Niko tertawa. "Nakal ya?," decaknya.

_______

Dan kini mereka berdua duduk berhadap-hadapan di salah satu pojok café. Menu yang mereka pesan pun sudah tertata cantik di atas meja.

"Tinggal dikasih lilin nih. Jadi kayak kencan ya, Om?," komentar Sabine sambil melihat-lihat makanan dan minuman yang sudah siap disantap. Dia memulai meraih peralatan makanan.

Niko senyum-senyum mendengar celoteh Sabine. Dia tahu, Sabine masih menyimpan perasaan khusus terhadapnya hingga sekarang. Terlebih saat mengunjungi kamar kosnya. Buku-buku dongeng lusuh yang sering dia baca, masih saja disimpan Sabine di kamarnya.

Niko pun memulai menyantap makanannya. Sambil sesekali menatap Sabine.

"Boleh nanya sesuatu, Om?,"

"Tentang?,"

"Pernikahan Om."

Niko menghela napas pendek.

"Pasti nanya kenapa cerai?,"

Sabine mengangguk.

"Menurut kamu?,"

"Ya. Mana aku tau,"

Niko tampak seperti memikirkan sesuatu. Ada ragu di raut wajahnya.

"Om mandul...," jawab Niko datar.

Sabine menghentikan makannya. Dia tampak tegang. Tidak menyangka jawaban Niko selantang itu.

"Nggak reaksi...," lanjut Niko. Dia tampak tenang.

Napas Sabine tertahan mendengar pengakuan Niko.

"Tante Evi sangat menginginkan anak. Sebenarnya Om juga mau. Tapi apa daya, Om dinyatakan mandul,"

Sabine meraih tangan Niko. Menggenggamnya.

"Sejak Om dinyatakan mandul, Om tidak memiliki napsu bercinta. Hingga Tante Evi..., she bertrayed me...,"

Tatapan Niko mulai kosong.

Sabine memindahkan kursinya di sisi Niko.

"Dia hamil. Dan bukan anak Om. Tapi anak sahabat Om. Bira namanya, orang yang hampir menyentuh kamu, Sabine,"

Sabine (The Unforgettable Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang