STM : Sabian

690 41 0
                                    


"Pah, berangkat ya."

"Jangan lupa catat pembahasan nya, buat kamu belajar juga."

Sabian atau yang lebih sering di panggil Bian ini pun tersenyum pada Papah nya. "Siap, Pah."

"Papah, nggak mau sampe kamu bohongin Papah sama Mamah lagi."

"Iya, Pah. Bian nggak akan ikut balap liar lagi." Ucap nya sungguh-sungguh.

Kemudian Bian pun melangkah keluar rumah untuk menyalakan motor nya dan bersiap pergi ke tempat tujuan nya.

Nyata nya ia tidak pergi ke tempat kajian, tetapi pergi ke rumah teman nya dan setelah itu pergi ke tempat clubbing, lengkap dengan pakaian yang ia sudah ganti dan disiapkan di rumah teman nya itu.

"Gila lo udah bohong yang ke berapa kali nih?" Tanya salah satu teman Bian yang bernama Panji--tapi bukan Petualang saat Bian baru saja sampai disana.

"Nggak ke hitung." Jawab nya dengan enteng.

"Gila lo Bi, nekat banget." Timpal teman nya yang lain yang bernama Niko.

"Biasa lah, lagi lepas tali penjagaan nya." Ujar Leo, sahabat yang selalu menemani nya. Termasuk saat balap liar kala itu.

"Udah lah nggak usah bahas-bahas yang nggak penting, mau have fun nih gue." Ucap Bian lalu memesan minum pada seorang bartender.

Intinya minuman yang di pesan Bian adalah minuman yang memabukan. Ia hampir meminum sampai sepuluh gelas.

"Ini anak punya masalah hidup apa sih, Le?" Tanya Niko saat melihat Bian yang sudah terduduk di salah satu sofa dengan keadaan setengah sadar.

"Nggak tau gue juga, nggak pernah cerita anaknya."

"Gue juga pernah denger dia di sekolah nya anak pinter, juara terus dan bahkan katanya selalu rutin pergi kajian. Sekarang kenapa malah jadi menyimpang gini?" Timpal Panji.

"Intinya yang gue tau itu ya, Bian ini pengen punya kesenengan sendiri. Selebihnya gue nggak tau faktor yang bikin dia kaya sekarang." Jelas Leo.

"Yaudah lo bawa balik aja tu anak, udah tepar gitu." Titah Panji.

"Iya, gue cabut duluan." Ucap Leo kemudian memapah Bian yang sudah melantur tidak jelas membawa nya masuk ke dalam mobil milik nya. Sengaja ia membawa mobil karena Bian pasti akan mabuk.

Sebelum menancapkan pedal gas, Leo melirik jam tangan di pergelangan tangan kiri nya. Disana waktu menunjukkan pukul dua pagi.

Lalu ia pun melajukan mobil nya untuk sampai di rumah nya yang hanya dirinya tinggal seorang di rumah tersebut.

Sesampai nya dirumah. Leo membaringkan Bian di kasur single yang memang sudah sering menjadi tempat tidur Bian apabila menginap di rumah nya.

Kemudian Leo merogoh saku celana Bian untuk mengambil ponsel milik sahabat nya itu dan mengetikkan pesan pada Papah Bian.

Bian
Pah, Bian nginep dirumah Leo. Baru aja pulang dari kajian, ngantuk banget. Kalo paksain pulang takut kenapa-kenapa.

Nyata nya Leo pun ikut andil dalam membohongi orang tua Bian.


**






Pagi ini sembari berangkat sekolah, Nindy menyempatkan untuk membeli nasi kuning langganan nya untuk sarapan di sekolah.

"Mang, nasi kuning satu ya. Sambelnya banyakin."

STM; Sekolah, Tawuran dan Maura.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang