STM : Skors dan Cerita

1.4K 74 3
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Mengenai tawuran kemarin kedua pihak dari sekolah Dika dan sekolah Yoga mengetahui hal tersebut. STM Kurnia yang siswa nya sudah sering melakukan aksi tawuran tak pernah jengah apabila dipanggil untuk ke ruang Bimbingan Konseling dan pihak sekolah sudah sangat capek menerima laporan bahwa para siswa nya berbuat rusuh di jalanan.

Baik Dika maupun Yoga kedua nya sama-sama di skors begitu pula dengan antek-antek mereka.


Dika pikir tidak apa-apa apabila ia di skors, karena setidaknya ia dan teman-teman nya sudah berhasil mempertahankan harga diri dan membuktikan ucapan tidak benar yang saat itu di ucapkan oleh Yoga mengenai sekolah nya. Buktinya sekarang SMK Insani sedikit ternodai karena sudah melalukan aksi tawuran.


Entah kenapa di skors kali ini Dika tidak merasa bahagia karena bisa leha-leha di basecamp, tidur sepuas nya dan yang lain nya. Apakah ia akan berhenti tawuran? Jawaban nya tidak. Tapi Dika berpikir untuk melakukan aksi selanjutnya dengan cara aman.


Lampu ide pun menyala!


Untuk aksi selanjutnya ia tidak akan membawa nama sekolah dengan cara tidak memakai seragam sekolah saat melakukan aksi tawuran. Tetapi memakai pakaian seperti kaos dan mungkin untuk celana masih menggunakan celana sekolah atau bisa saja celana panjang.

Saat ini Dika berada dirumah, lebih tepatnya berada di teras rumah. Seperti biasa secangkir kopi hitam tidak pernah absen di kala ia sedang bersantai dimana pun itu.

Kedua orang tua Dika mengetahui bahwa dirinya sering mengikuti aksi tawuran dan sempat saat itu untuk memindahkan dirinya ke sekolah lain namun Dika menolak karena ia selalu berkata pada Ibu nya kalau ia bisa menjaga dirinya apabila sedang tawuran. Bapaknya tampak biasa saja saat anak nya mengikuti aksi tawuran dan sudah sangat lelah untuk menasehati nya, bukan nya tidak peduli hanya saja Bapak nya meminta Dika untuk memberikan sikap tanggungjawab terhadap segala hal yang di lakukan oleh nya.

"Dika!" Panggil Aminah, ibunya dari dalam rumah.

Dika pun beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam rumah. "Iya Ma?"

"Tawuran déui sia?!(tawuran lagi kamu?!)" Tebak Aminah berkacak pinggang.

Bahasa Bogor versi kasar mode on.

"Lah Emak naha nanya deui? kan kamari géus nempo iéu tarang di plester.(lah Ibu kenapa nanya lagi? Kan kemarin udah liat ini jidat di plester)" Ucapnya santai sembari menunjuk dahinya yang masih lengkap dengan kapas dan plester yang menempel.

"Maneh moal tobat apa kumaha sih Dik, Emak géus bersyukur pisan maneh milu ziarah tiap bulan. Emak pikir maneh teu tawuran deui tapi ongkoh we di lakonan géuning.(kamu ngga bakal tobat apa gimana sih Dik? Ibu udah bersyukur banget kamu ikut ziarah tiap bulan. Ibu pikir kamu udah ngga tawuran lagi tapi tetep aja kamu lakuin)."

STM; Sekolah, Tawuran dan Maura.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang