STM : Perasaan

563 43 1
                                    

Tidak terasa tinggal satu hari lagi Tsania selesai Ujian Nasional. Setelah itu tinggal menunggu kelulusan serta pengumuman SNMPTN.

Pertemanan nya dengan Agis, Nindy, dan Dianty sudah terhitung 3 tahun mereka bersama sama. Melewati segala cerita yang mereka alami dari hal suka bahkan duka. Berawal dari diri nya yang bertemu Agis saat akan mencari kelas dan ternyata mereka satu kelas lalu berlanjut dengan Nindy yang tadi nya agak sulit untuk akrab jadi rame pada akhir nya, juga Dianty yang tampak tenang dan anggun tapi punya sisi receh yang tidak kalah dengan Agis.

Tsania pasti akan merindukan mereka suatu saat nanti.

"Tsan," Tegur seseorang membuyarkan lamunan Tsania. Ia mendongak, ternyata Agis. "Tumbenan gue liat lo bengong gitu biasa nya ngapalin materi, mikirin apa?" Agis duduk tanpa di persilahkan di kursi samping Tsania.

Saat ini mereka sedang istirahat untuk ujian selanjutnya. Dianty dan Nindy sedang ke kantin untuk membeli beberapa makanan, karena mereka selama hampir seminggu ini bergantian untuk saling titip-menitip makanan dan minuman.

Tsania menggeleng. "Nggak, gue lagi tiba-tiba kepikiran kalian aja." Agis menaikkan sebelah alis nya. "Kalian? Gue, Nindy, Dianty?" Tsania mengangguk.

"Iya kalian, sahabat gue." Ucap Tsania yang entah kenapa membuat Agis salting.

Tsania menyadari itu melirik heran pada nya. "Heh kenapa lo?" Agis kemudian menggelengkan kepala nya.

"Gapapa, gue salting aja gitu." Ucap nya lalu tertawa sendiri.

"Plis ya Gis, jangan nambah keanehan baru lagi. Udah cukup gue sabar sama lo." ucap Tsania yang tak habis pikir pada Agis.

"Iya Tsan... oiya nanti lo mau jenguk Dika lagi?" Tsania mengangguk. "Iya nanti sore gue kesana."

Agis pun mengangguk-anggukan kepala nya. "Tsan, maaf gue baru cerita sekarang. Yang waktu itu dari jenguk Dika gue pamit duluan, gue pergi ke rumah nya Sabian. Terus gue ceritain semua kelakuan Sabian yang sebenernya ke orangtua nya."

Tsania sedikit tertegun. "Terus respon orangtua nya dia gimana?"

"Ya shock parah sih Tsan, nggak nyangka kalo anak nya kaya gitu. Terus besok kan nya Om Syakir sama tante Atira ngasih tau gue kata nya mereka jenguk Dika, tapi nggak ajak Sabian. Soalnya masih di hukum sama mereka buat mikirin segala perbuatan yang udah dia lakuin."

"Tapi belom ada ngabarin lagi sih Om Syakir soal Sabian sekarang gimana." Lanjut nya.

"Lo berani banget ya Gis kasih tau semua itu ke orang tua nya."  ucap Tsania tak habis pikir.

"Ya gimana ya Tsan, Sabian harus dapet pelajaran juga. Kalo nggak gitu dia nggak bakal mikir Tsan."

Tsania mengangguk. "Iya juga sih Gis, tapi di balik kelakuan dia yang kaya gitu pasti ada alesan nya kan?"

"Iya pasti ada, cuma alesan nya itu biar dia yang bilang aja ke orangtua nya."

"Bakso datang!!!" ucap Nindy masuk ke dalam kelas diikuti Dianty yang mengekor di belakang sembari membawa es teh poci.

"Yuk makan, makan!" ujar Dianty. "Yang punya gue mana nggak pake mie?" tanya Agis.

"Ini punya lo, keliatan kali Gis mie nya kan kuning." Ucap Dianty. "Ya maaf, udah laper soal nya."

Selalu saja ada perdebatan kecil di antara mereka.

Nindy dan Tsania terkekeh karena mereka. "Udah yuk makan, jangan lupa baca doa." Ucap Tsania.







***




"A, aa teh kapan pulang?"

STM; Sekolah, Tawuran dan Maura.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang