Senin pagi langit Bogor tampak mendung, seperti nya hujan akan turun dan kalo sampai hujan anak-anak Pradipa pasti bahagia banget karena Upacara nya mendadak nggak jadi. Tapi sayang nya hujan baru turun pas mereka selesai Upacara. Nggak jadi deh bahagia nya.
Agista sudah beberapa kali mengajak Tsania bicara sejak Tsania sampai di kelas tapi tidak di respon sedikit pun oleh nya sampai sekarang. Agis masih belum mudeng apa salah nya. Kebanyakan joget dangdut jadi rada lola.
Saat ini mereka sedang mengerjakan tugas dari Bu Farida guru Bahasa Indonesia sembari di temani suara hujan dan udara sejuk alami yang bikin pengen tidur.
"Ibu tinggal sebentar ya, jangan ribut." Kata Bu Farida yang di iya kan oleh para penghuni kelas.
Bu Farida keluar selangkah dari pintu kelas. Keadaan mulai sedikit krasak krusuk yang berasal dari anak anak kelas yang mulai berdiri dan berpindah tempat buat liat jawaban yang lain. Kalo kata Azka mau liat jawaban nya sama apa nggak gitu kalo beda ya.. mau samain, gitu.
Agista yang duduk bersampingan dengan Tsania tampak sedikit kalem karena sedang mengerjakan tugas. Namun sesekali ia masih berusaha mengajak bicara Tsania yang tak kunjung di respon oleh nya.
"Tsan jangan diemin gue dong, gue kan ngajak lo ngomong." Ucap Agis setelah selesai mengerjakan tugas nya yang sekarang lagi di copy paste sama Ega.
"Coba lo pikir-pikir dulu salah lo apa." Ucap Tsania pada Agista akhirnya lalu fokus kembali pada tugas nya.
Agista pun tampak langsung berpikir. "Gue kan pas itu cuma manggil si Dika- Astagfirullah! Oke Tsan gue udah tau salah gue apa." Ungkap Agista yang akhirnya menyadari kesalahan nya.
"Apa?" Tanya Tsania.
Agista cengengesan. "Kasih nomer lo ke Dika. Maaf Tsan gue udah lancang, maksud gue lakuin itu supaya lo sama dia bisa temenan gitu."
Tsania menghela napas. "Gue kan nggak kenal banget sama dia Gis. Terus juga dia anak nya gitu suka tawuran, ngeri aja gitu kalo gue temenan sama cowok kaya dia."
"Tapi kalo kata gue Dika nggak semengerikan itu Tsan, justru ya menurut gue dia itu tipe cowok yang bisa ngelindungin cewek gitu." Elak Agista.
"Lo tuh ya Gis kebanyakan baca cerita fiksi remaja, jangan gampang menyimpulkan sesuatu dari luar nya aja. Lo juga tau kan pas dia tawuran sama sekolah lain kaya apa."
"Tapi gue ngerasa nya gitu Tsan, Dika nggak seperti yang lo pikir dan seburuk itu." Kekeuh nya.
"Udah ya Gis bahas dia, karena lo gue terpaksa simpen nomer dia. Gue mau marah sama lo juga sebenernya percuma dan untuk sekarang gue udah maafin lo."
"Makasih Tsan, gue harap suatu saat nanti lo berubah pikiran." Ucap Agis lalu memeluk Tsania.
"Eh ko kalian pelukan? Kenapa?" Nindy datang bersama Dianty ke meja mereka.
"Ini Agis udah lancang kasih nomer hp gue ke Dika, tapi udah gue maafin tenang aja." Jelas Tsania yang dimengerti oleh Nindy dan Dianty.
"Gue dukung Tsan lo sama si cogan itu." Celetuk Nindy yang membuat Agista merasa ada yang mendukung nya.
Tsania tampak heran kepada dua sahabatnya itu karena mereka sangat positif thinking pada Dika.
"Gue juga ikut seneng Tsan kalo lo seneng." Timpal Dianty.
"Kenapa kalian jadi nge-ship-in gue sama Dika. Kalian lupa kalo tipe gue kaya apa?"
"Sholeh, wangi." Ucap Dianty.
"Akhlaknya baik." Sambung Nindy.
"Sayang keluarga." Terakhir ucap mereka bertiga kompak.
"Ada di si Dika?"
⚔⚔⚔
Dika dan beberapa siswa yang di skors selama seminggu karena tawuran, hari ini kembali masuk sekolah seperti biasa.
Setelah pelajaran pertama selesai. Dika, Juned, Medong dan Indra cabut ke kantin karena guru banyak yang datang terlambat karena hujan yang lumayan deras.
"Mang mie soto empat pake telor sama cabe rawit yang dua pake telor aja." Pesan Juned pada Mang Jaka, pedagang mie instan.
"Oke Jang." Ucap Mang Jaka.
Lalu Juned pun beralih untuk memesan minum ke tempat Wa Inah yang es teh nya beda dari yang lain.
"Wa es teh empat ya, yang satu banyakin es batu nya."
"Siap Jun, Uwa jieunkeun heula nya (Uwa buatin dulu ya)."
Kemudian setelah itu Juned membawa empat mangkok berisi mie yang sudah matang menggunakan nampan yang di berikan oleh Mang Jaka. Lalu Medong berinisiatif mengambil es teh yang sudah di buatkan oleh Wa Inah.
Mereka pun makan dengan tenang. Hanya perlu waktu lima belas menit untuk mereka menghabis kan mie rebus dan es teh manis nya. Apalagi Medong kalo lagi mode lapar tingkat dewa, nggak sampe lima menit udah habis makanan nya.
Mengenai kejadian di warteg saat itu, Juned sudah menceritakan pada Medong dan Indra saat dirinya dan Dika kembali ke base camp. Medong dan Indra makin penasaran dengan rupa seorang cewek yang bernama Tsania itu, sebab Juned entah jujur atau hiperbola memberitahu mereka kalau Tsania itu cantik banget kaya titisan bidadari walaupun dia belum tau bidadari itu gimana rupa nya.
Soal Dika yang memiliki nomer ponsel Tsania tidak di ketahui oleh Juned, Medong dan Indra. Ia sengaja tidak ingin spoiler hal itu, karena mengenai Tsania ia tidak ingin bagi-bagi pada teman-teman nya. Sebab mau bagaimana pun dari awal bertemu dengan Tsania ia merasa beruntung sudah di pertemukan dengan orang baik seperti Tsania walaupun sikap nya masih cuek dan sensi pada nya.
Tapi Dika yakin batu yang keras pun apabila terus tertetesi air, batu itu akan berubah bentuk, dan harapan nya juga sama seperti itu pada Tsania. Tak perlu jauh-jauh setidaknya Tsania sudah bisa mau berteman dengan nya ia sudah sangat bersyukur.
⚔⚔⚔
Maaf chapter ini pendek. Mentok bgt. Tapi semoga kalian yang baca suka ya.
Love, Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
STM; Sekolah, Tawuran dan Maura.
Fiksi Remaja[Tolong follow dulu sebelum membaca] Kisah ini berawal dari Insta-Eh! Wattpad. Seorang gadis yang baru saja pulang sekolah lengkap dengan kerudung putih segiempat yang melekat di kepala nya tanpa sengaja di tabrak seorang cowok dengan penampilan ura...